‘Policy Brief’ rumput laut oleh peneliti Kemitraan Riset Australia – Indonesia PAIR

  • Whatsapp
Peluncuran PAIR Lab Unhas - AIC (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Kaum muda, rumput laut, keterampilan, kesehatan, dan perkeretaapian Sulawesi Selatan menjadi titik fokus proyek bersama yang disiapkan oleh para peneliti dari Kemitraan Riset Australia-Indonesia (PAIR).

Ppaaran mengenai hasil riset rumput laut ibi disampaikan oleh Dr Syamsul Pasaribu dari IPB Unievrsity.

Di depan undangan, Dr Syamsul menceritakan proyek-proyek tersebut mengkaji isu-isu utama yang berkaitan dengan ekonomi dan masyarakat Sulawesi Selatan, mencatat tantangan utama serta peluang bagi pembuat kebijakan dan sektor swasta.  Hal tersebut sangat relevan mengingat pesatnya pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial di provinsi Sulawesi Selatan.

Read More

Saat ini, pemerintah Indonesia tengah memprioritaskan pengembangan industri rumput laut, baik di tingkat nasional, provinsi, maupun daerah.

Hal ini karena Indonesia adalah produsen rumput laut karaginan terbesar di dunia dan berkontribusi pada mata pencaharian setidaknya 66.000 rumah tangga. Industri ini telah berkembang melalui berbagai inisiatif kewirausahaan dari seluruh aktor yang terlibat.

Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa berbagai aspek, termasuk produksi, pemrosesan, perdagangan, dan investasi, telah banyak berubah dan diperlukan dukungan  kebijakan atau peningkatan program. Penelitian ini berfokus pada rumput laut karaginan dan penggunaannya sebagai agen pembentuk gel atau pengental dalam pengolahan makanan maupun berbagai kegunaan lainnya.

Riset ini berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan, penghasil lebih dari sepertiga rumput laut nasional, dan  rekomendasi dari riset ini utamanya berfokus pada petani kecil.

Indonesia berada dalam posisi yang kuat untuk memanfaatkan keunggulan kompetitifnya di sektor produksi rumput laut. Keberhasilan ini bergantung pada kemampuannya untuk mengatasi berbagai tantangan. Beberapa aspek yang  perlu diperhatikan untuk menciptakan industri rumput laut yang inovatif dan berkelanjutan.

Ringkasan

Saat ini, pemerintah Indonesia tengah memprioritaskan pengembangan industri rumput laut, baik di tingkat nasional, provinsi, maupun daerah. Hal ini karena Indonesia adalah produsen rumput laut karaginan terbesar di dunia dan berkontribusi pada mata pencaharian setidaknya 66.000 rumah tangga.

Industri ini telah berkembang melalui berbagai inisiatif kewirausahaan dari seluruh aktor yang terlibat. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa berbagai aspek, termasuk produksi, pemrosesan, perdagangan, dan investasi, telah banyak berubah dan diperlukan dukungan kebijakan atau peningkatan program.

Penelitian ini berfokus pada rumput laut karaginan dan penggunaannya sebagai agen pembentuk gel atau pengental dalam pengolahan makanan maupun berbagai kegunaan lainnya.

Riset ini berlokasi di Provinsi Sulawesi Selatan, penghasil lebih dari sepertiga rumput laut nasional, dan rekomendasi dari riset ini utamanya berfokus pada petani kecil. Indonesia berada dalam posisi yang kuat untuk memanfaatkan keunggulan kompetitifnya di sektor produksi rumput laut.

Keberhasilan ini bergantung pada kemampuannya untuk mengatasi berbagai tantangan. Dalam ringkasan kebijakan ini, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan untuk menciptakan industri rumput laut yang inovatif dan berkelanjutan.

Temuan Studi ini mengeksplorasi berbagai aspek dari rantai nilai rumput laut. Temuan dari riset yang kami lakukan terangkum di bawah ini:

Produksi

Produksi rumput laut menguntungkan, namun hanya ada sedikit ruang laut yang tersisa untuk perluasan industri. Beberapa hal yang menjadi perhatian para produsen adalah tantangan lingkungan, termasuk cuaca dan hama, dan juga ketersediaan tenaga kerja.

Kontribusi terhadap pembangunan desa atau daerah pelosok

Pembudidayaan rumput laut berkisar dari usaha skala kecil hingga besar dengan 30 persen petani lokal menghasilkan 60 persen dari total produksi.

Tugas yang membutuhkan kerja intensif seperti mengikat benih telah menjadi bentuk pekerjaan yang signifikan bagi penduduk desa. Namun, hanya ada sedikit ruang laut yang tersisa untuk para pendatang baru yang ingin memulai produksi.

Penyerapan teknologi

Petani mengadopsi teknologi dan praktik baru jika ada bukti bahwa hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan. Mereka umumnya mendapatkan informasi dan belajar dari mulut ke mulut.

Transfer pengetahuan dengan cara ini lebih relevan dibandingkan program penyuluhan teknis yang dilakukan secara resmi.

“Petani itu belajar dari mata. Walaupun di jelaskan seharian mengenai potensi keramba lobster dan teknologi lain, jika mereka belum melihat petani lain mendapat hasil banyak, mereka tidak akan lakukan. Kecuali mereka yang memiliki uang lebih dan berani bertaruh.”

Zonasi

Sebagian besar kawasan budidaya rumput laut telah ditetapkan melalui negosiasi dan aturan-aturan informal, sehingga memungkinkan terjadinya persaingan untuk sumber daya dan ruang laut. Sistem zonasi formal memerlukan konsultasi publik yang ekstensif agar berhasil.

Polusi plastik

Botol plastik menyediakan cara yang hemat biaya untuk mengapungkan rawai (bentangan) rumput laut, tetapi cara ini menghasilkan limbah plastik dan dapat mengakibatkan kerusakan laut.

Perangkat apung atau pelampung alternatif harus murah, ringan dan dapat digunakan kembali. Jika tidak tersedia, maka skema pembuangan limbah untuk botol plastik bekas perlu dibuat.

Kualitas rumput laut

Harga rumput laut tidak mencerminkan parameter kualitas, seperti kelembapan dan tingkat kontaminasi elemen lain seperti pasir, sehingga tidak banyak insentif yang tersedia untuk meningkatkan teknik atau standar kualitas.

Rantai nilai global

Daya saing internasional Indonesia sebagai produsen rumput laut karaginan terbesar di dunia membuatnya berada di posisi yang tepat untuk mengambil keuntungan lebih jauh dari industri bernilai triliunan yang sedang tumbuh ini.

Lebih lanjut, industri ini memiliki berbagai saluran perdagangan, termasuk ekspor berdasarkan perjanjian perdagangan Indonesia-Australia (IA-CEPA), pemrosesan dalam negeri, atau dengan menarik investasi asing. Kebangkitan Cina:

Hubungan Cina-Indonesia sejauh ini merupakan yang paling penting dalam industri karaginan global. Cina adalah aktor penting dalam pembelian rumput laut karaginan dan mengelola rumput laut karaginan di dalam negeri. Hal ini telah mendorong persaingan, namun pengawasan lingkungan atau peraturan belum maksimal.

Kebijakan industri dan perdagangan

Menempatkan kontrol pada industri rumput laut, seperti subsidi, tarif, larangan ekspor, atau harga dasar, telah terbukti tidak berhasil di berbagai wilayah di kawasan Asia Tenggara, sehingga cara-cara ini tidak perlu dilakukan.

Penelitian dan pengembangan

Peningkatan industri rumput laut yang signifikan dapat didukung dengan berbagai penelitian terkait produk, stok bibit, dan pengembangan berbagai metode baru.

Riset-riset baru seperti manajemen penyakit dan faktor lingkungan juga harus dimasukkan. Teknologi yang sedang berkembang: Industri rumput laut dapat memperoleh manfaat dari teknologi yang sedang atau harus diuji, seperti penggunaan data citra satelit, spektroskopi atau pengujian menggunakan cahaya inframerah untuk mendeteksi karakteristik dan kualitas, dan digitalisasi pembiayaan mikro jangka pendek.

Pengumpulan dan pelaporan statistik

Perkiraan produksi rumput laut sepertinya berlebihan. Kementerian Kelautan dan Perikanan dapat meningkatkan akurasi dengan mempublikasikan statistik yang telah dikumpulkan dan memberikan data harga rumput laut.

Sensus pertanian nasional mendatang dapat menjadi peluang perubahan untuk mengkalibrasi ulang pengumpulan data.

Tantangan memahami industri rumput laut dan bagaimana manfaatnya baik secara sosial maupun ekonomi membutuhkan analisis mendalam kehidupan sehari-hari desa penghasil rumput laut.

Peneliti melakukan investigasi lapangan selama 18 bulan di Desa Pitu Sunggu, Kabupaten Pangkep, dan Desa Laikang, Kabupaten Takalar untuk menghasilkan bukti dalam penelitian ini.

Ruang laut yang sesuai terbatas, sehingga meningkatkan persaingan untuk sumber daya dan ruang. Melalui proses yang bertahap di tingkat desa atas klaim individu terhadap petak budidaya laut, semua ruang laut yang tersedia untuk pembudidayaan rumput laut telah dialokasikan.

Produsen yang telah bekerja sejak awal sudah bisa mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga rumput laut.

Pada saat yang sama, terjadi peningkatan konsentrasi produsen skala besar di desa yang diteliti: 30 persen petani skala besar berkontribusi pada 60 persen dari total produksi; dan 5 persen teratas menghasilkan 20 persen rumput laut.

Munculnya produsen skala besar dapat memainkan peran yang semakin meningkatkan produksi rumput laut di Sulawesi Selatan melalui peningkatan skala produksi, diversifikasi risiko, dan pemasaran produk berkualitas lebih tinggi.

Namun, hal itu membatasi pengaruh dari budidaya rumput laut untuk pengentasan kemiskinan karena memberikan hambatan yang signifikan bagi para petani baru. Karena pemerintah berupaya mengembangkan zona laut baru untuk budidaya rumput laut, sistem zonasi formal harus diinformasikan melalui konsultasi publik dan mempertimbangkan pengaturan informal yang ada.

 

Editor: K. Azis

Related posts