Bakhtiar, penyuluh KKP dari Wajo penemu Vanamerator penyelamat bisnis udang

  • Whatsapp
Plt Gubernu Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman saat memberikan piagam penghargaan kepada Bakhtiatr, penyuluh BRSDM KKP dari Wajo yang berhasil menemukan inovasi Vanamerator (dok: istimewa)

DPRD Makassar

“Produksi udang juga meningkat 60 sampai 70 ekor sudah mencapai 1 kilogram dengan peningkatan pendapatan dari 9,5 juta per hektare per panen menjadi 28 juta per hektare per panen.”

Bakhtiar, penyuluh BRSDM KP – KKP dari Wajo

PELAKITA.ID – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengembangkan inovasi untuk mendukung kemajuan sektor kelautan dan perikanan, salah satunya dilakukan oleh penyuluh perikanan.

Read More

Pada 6 September lalu, Penyuluh Perikanan Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) Bakhtiar, berhasil menyabet penghargaan TOP 30 Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2021 tingkat Provinsi Sulsel, kategori pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Bakhtiar menciptakan alat vanamerator pengganti kincir alternatif bagi lokasi tambak yang tidak memiliki jaringan listrik.

Bakhtiar menciptakan alat vanamerator pengganti kincir alternatif bagi lokasi tambak yang tidak memiliki jaringan listrik.

Berangkat dari keprihatinannya melihat rendahnya tingkat produksi yang berdampak pada minimnya penghasilan masyarakat pembudidaya, muncullah gagasan inovasi teknologi sebagai upaya stabilisasi oksigen terlarut dalam air tambak secara merata di permukaan, pertengahan, maupun di dasar tambak.

Tujuannya agar dapat membantu keberlangsungan hidup udang vaname, sehingga menekan angka kematian udang. Bakhtiar pun menciptakan inovasi alat vanamerator yang merupakan alat pengganti kincir alternatif bagi lokasi tambak yang tidak memiliki jaringan listrik, bernama Vanamerator Hebat Tradisional.

Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono.

Sebelumnya diberitakan, Menteri Trenggono Trenggono mendorong upaya pengembangan riset dan inovasi untuk kesejahteraan masyarakat di sektor kelautan dan perikanan.

Berkat inovasinya, Bakhtiar mendapat penghargaan yang diserahkan langsung oleh Plt. Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman pada rangkaian kegiatan Launching Knowledge Management Repository dalam Replikasi Inovasi Pelayanan Publik dan Pembukaan Kompetisi Replikasi Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2021, di Makassar.

Bakhtiar merupakan penyuluh perikanan pada Satuan Administrasi Pangkal (Satminkal) Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros di bawah Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Plt. Gubernur Sulsel dalam sambutannya menyampaikan, pihaknya akan mendorong percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui gerakan satu instansi satu inovasi one agency one innovation.

“Semua sentra inovasi bisa dijadikan percontohan pengembangan dan mereplikasi inovasi khususnya inovasi yang sudah masuk TOP 30 Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2021 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan,” ujar Andi.

Pihaknya pun menilai, inovasi ini mampu membuka peluang kerja sebanyak 1.000 orang dibandingkan sebelumnya yang hanya dapat mempekerjakan sebanyak 400 orang.

Saat ini, Vanamerator Hebat Tradisional telah diaplikasikan di lokasi tambak Kecamatan Keera yang lokasinya belum tersedia jaringan listrik. Sebanyak enam Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) yang terdiri dari Pokdakan Tappae, Pokdakan Cillange, Pokdakan Malluse Empan, Pokdakan Malluse Tasi, Pokdakan Mattiro Bulu Watti, dan Pokdakan Malluse Empan, pun telah mengaplikasikan alat ini.

Berkat semangat dan kegigihannya, Bakhtiar pun berhasil mengangkat derajat wilayah kerjanya di Desa Keera, Kecamatan Keera, Kabupaten Wajo.

Tidak hanya itu, Vanamerator Hebat Tradisional juga diadopsi oleh beberapa pembudidaya udang vaname di daerah lain, seperti Kecamatan Bola, Kecamatan Sajoanging, Kecamatan Takkalalla, dan Kecamatan Penrang. Menurutnya, kondisi yang serba sulit di tengah pandemi Covid-19 bukanlah waktu untuk berpangku tangan, ia jadikan keadaan ini sebagai tantangan yang harus ditaklukkan.

“Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya udang vaname sebelumnya adalah penyediaan oksigen terlarut dalam air masih mengandalkan kondisi alam sehingga mengakibatkan tingkat kematian udang mencapai 50 persen per hektare per panen,” kata Bakhtiar.

“Kondisi ini menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas hanya berkisar 250 kilogram per hektare per panen dan berdampak pada rendahnya penghasilan pembudidaya yang masih berkisar 9,5 juta rupiah per panen. Selain itu produksi udang yang dihasilkan di dalam 1 kg berkisar 100 sampai 120 ekor per kilogram dengan harga 38 ribu hingga 42 ribu rupiah per kilogram,” jelas Bakhtiar.

Alat vanamerator ini berfungsi menyediakan oksigen terlarut dalam air, yang membantu keberlangsungan kehidupan udang vaname. Alat ini dibuat dengan rangkaian pipa paralon yang dirakit secara paralel dan dihubungkan ke selang spiral dengan mesin pompa air dan ujungnya, lalu memasukkan vanamerator ke media air tambak.

Vanamerator tidak perlu dinyalakan terus menerus, hanya pada saat dini hari atau dalam keadaan cuaca mendung dimana diperkirakan tambak dalam keadaan kekurangan oksigen, dibandingkan dengan penggunaan kincir yang harus menyala secara terus menerus.

Manfaat Vanamerator

“Sejak pemakaian alat vanamerator hebat ini, terbukti mampu menyediakan oksigen terlarut di dalam tambak sehingga tingkat kematian udang vaname menurun menjadi 35 persen. Nilai tambah dan keunggulan inovasi ini adalah tingkat produksi bisa mencapai 430 kilogram per hektare per panen pada penebaran 50 ribu ekor per hectare,” ungkap Bakhtiar.

“Produksi udang juga meningkat 60 sampai 70 ekor sudah mencapai 1 kilogram dengan peningkatan pendapatan dari 9,5 juta per hektare per panen menjadi 28 juta per hektare per panen,” tambahnya.

Ketua Pokdakan Labuleng Syamsu Alam mengatakan, Pokdakan binaannya yang terletak di Kecamatan Sajoanging, Kabupaten Wajo tersebut merasakan banyaknya manfaat dengan diterapkannya teknologi ini.

“Kami sangat bersyukur selalu didampingi oleh Pak Bachtiar selaku penyuluh perikanan di Kabupaten Wajo. Adanya Vanemerator Hebat Tradisional mampu mengatasi berbagai permasalahan di lokasi tambak kami yang minim listrik. Penggunaan listrik pun akan memakan biaya yang mahal. Adanya teknologi ini mampu meningkatkan produktivitas tambak sehingga berdampak terhadap perekonomian warga Sajoanging,” ujarnya.

Tak hanya masuk TOP 30 Kompetensi Inovasi Pelayanan Publik tahun 2021 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. sebelumnya, inovasi ini juga mendapat penghargaan dari Bupati Wajo pada 16 Agustus 2021, sebagai Inovator Vanamerator Hebat Tradisional yang berhasil masuk dalam TOP 30 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) Sulawesi Selatan.

 

Sumber: KKP

Related posts