Buah manis perjuangan Abdul Halim, calon Bupati Konawe Kepulauan

  • Whatsapp
Pasangan Halim dan Untung bersama simpatisan nan mililtan (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Nama Abdul Halim mencuat pada kontestasi Pilkada Konawa Kepulauan (Konkep) yang akan digelar pada Desember 2020. Sosok kelahiran Desa Lawey, Pulau Wawonii ini telah memegang tiket untuk maju sebagai calon Bupati dari jalur perseorangan.

Satu per satu tapak jalan untuk dapat sampai pada kursi Bupati Konawe Kepulauan telah dilaluinya. Setelah verifikasi faktual yang alot, Abdul Halim yang berpasangan Untung Taslim dinilai KPU Konkep lolos berkas. Adalah Ketua KPU Iskandar yang menyatakan demikian.

Read More

Masa lalu yang getir

Saat bertemua Pelakita.ID di Jakarta Kota, beberapa waktu lalu, Halim mengaku menghabsikan masa kecil di Wawonii, di salah satu desa bernama Lawey.

“Dulu, saya jadi penjual jeruk. Jeruk Wawonii. Tapi dengan berjualan jeruk itu saya bisa sekolah, kuliah dan memperoleh jabatan menantang baik di lingkup Pemprov Sulawesi Tenggara maupun di Kabupaten Wakatobi” kata birokrat yang mengaku punya jiwa LSM ini.

“Waktu masih kecil, saya tinggal di kebun dengan ibu dan adik,” kenang Halim yang mengaku saat itu kedua orang tuanya berpisah. Dia dapat mengenal ayahnya setelah dewasa.

Pria kelahiran 6 April 1965 ini memulai pendidikan di SD Wawouso meski menurutnya tidak mudah sebab ibunya tidak punya uang cukup untuk menyekolahkannya. Beli baju dan peralatan sekolah.

“Karena itu saya berjualan jeruk. Jeruk yang saya petik di kebun kakek saya bawa ke sekolah untuk berjualan. Tidak main-main pak jaraknya, itu setiap hari saya lakukan,” katanya sembari menyungging senyum. Dia ada di Jakarta untuk menyiapkan proses pencalonan dirinya termasuk kebutuhan tim suksesnya.

Halim melanjutkan ceritanya.  Jeruk tersebut dia pikul ke sekolah. Hasil penjualannya dia tabung. “Setelah celengan itu penuh barulah dibuka. Ini yang saya rasakan betul hikmahnya. Itu pulalah sumber biaya saya sekolah.” akunya.

Tapi kisah harus dan getir Halim terus mendera jalan hidupnya. Saat kelas 4 SD, ibunya meninggal dunia.

“Setelah ibu saya meninggal, dengan adik perempuan, saya harus menumpang di rumah tante. Selain itu kami juga kerap ke rumah paman. Tahun 1977, saya ikut paman yang bertugas di Baubau. Saya sekolah lagi di sini,” ucap Halim.

“Paman saya namanya Komas Rusman, beliau kerja di Departemen Agama Kabupaten Buton, saat itu saya lanjutkan sekolah di SD 5 Bau-Bau tapi tidak lama sebenarnya, saya balik ke Wawonii. Untungnya, saya diikutkan ujian penamatan dan lulus,” ucapnya.

Setelah taman SD, dia kembali lagi ke Baubau. “Saya masuk di MTSN 1 Bau-Bau. Untuk melanjutkan sekolah, membiayai kebutuhan sekolah, saya jual es di sekolah. Sesekali jadi buruh pelabuhan,” sebutnya lagi.

Selama di Baubau ini, Halim merasa hampir semua pekerjaan diterima dan dijalaninya. “Saya jual es, jual rokok di terminal Baubau, jadi buruh bongkar barang di pelabuhan ha-ha-ha,” tambahnya sembari terbahak.

Dari Baubau, Halim remaja pindah ke MTS Negeri 1 Kendari. “Sampai tamat saya lanjut di SMPP Negeri 59 Kendari atau sekarang bernama SMA 4 Mandonga.  Tamat 84,” lanjutnya.

Dia menceritakan bahwa sejak pindah di Kendari pada kelas 2 Tsanawiyah sampai dengan kelas 2 SMA/SMPP dia tinggal di rumah Abdullah Gafar di Jalan Lasolo. “Beliaulah yang membiayai saya pada saat itu. Dia bapak angkat saya,” ucap Halim.

Merasa sudah harus mandiri, Halim remaja memutuskan untuk membuat pondok kecil di tepian Kota Kendari.

“Saya bikin pondok kecil, hanya ada lampu pelita. pada setiap sudut ruangan. Ini yang luar biasa karena saya merasa seperti menemukan kegairahan baru untuk mandiri dan bekerja saja,” kenangnya.

Hidup di Kota Kendari yang sudah mulai menggeliat saat itu tidak membuat Halim patah semangat.

“Di pondok kecil itu, persis pondok di kebun. Saya bisa masuk kuliah di Fakultas Pertanian UHO dari pondok itu. Saat kuliah, saya tahu kalau perlu uang SPP makanya saya jual kayu batangan untuk dijadikan pagar rumah serta untuk kayu bakar. Bahkan pernah jualan batu kali sekaligus jadi kuli bangunan,” paparnya.

Satu persatu pengalaman getir dan sulit itu berhasi dilaluinya.

Jalan karir

Ada yang membuat Halim patut berbangga saat menjadi wisudawa di UHO kala itu. “Saya sempat jadi asisten dosen dan mahasiswa teladan di fakultas. Ketika wisuda, saya ditunjuk kampus untuk mewakili wisudawan Fakultas Pertanian untuk menyampaikan kesan pesan pada waktu itu,” ucapnya.

Apa yang diceritakan Halim di atas sungguh inspiratif. Dai seorang anak piatu, ditinggal ayah saat balita, dia bisa sampai di puncak karir sebagai birokrat. Di pernah jadi asisten di Wakatobi lalu pernah menjadi Kepala Bappeda di Konawe Kepulauan.

Jabatan-jabatan yang pernah diembannya sungguh strategis dan bisa menggambarkan kapasitas dan komitmennya.

Inilah riwayat pekerjaan Abd Halim. Sebagai assisten Dosen Faperta Tahun 1989 di  Universitas Haluoleo lalu menjadi asisten sinder PTP. XXIII Kolaka Tahun 1990 hingga 1991. Dia pernah pula jadi TKS-T Penghijauan di Kabupaten Buton antara tahun 1992 hingga 1994.

“Saya pernah jadi Kasubid potensi wilayah badan riset daerah wilayah Provinsi Sulawesi. Tenggara dari tahun 2001 hingga 2003 lalu sebagai Kasubid Kesejahteraan Sosial BAPPEDA Provinsi Sultra tahun 2003 hingga 2009,” katanya.

“Pernah jadi sekretaris BAPPEDA Kab. Wakatobi Tahun 2009 hingga 2013 mendampingi Dr Abdul Manan, yang juga dosen UHO saat ini. Lau terakhir sebagai Asisten 1 Setda Wakatobi tahun 2013 sebelum menjadi Kepala BAPPEDA di kampung halaman, di Kabupaten Konawe Kepulauan, kabupaten yang kami sama-sama perjuangkan untuk jadi wilayah otonom sejak lama,” akunya.

Begitulah, pembaca sekalian. Cerita luar biasa dan menunjukkan bahwa jika ada semangat dan fokus, jalan hidup bisa lebih baik. Dari sebagai anak penjual jeruk, btuh bangunan, penjual rokok lalu jadi pejabat penting di daerah sendiri.

Terbetik  kabar, Abdul Halim dan pasagannya Untung Taslim sudah mendapat persetujuan dari KPU Konawe Kepulauan untuk ikut pada kontestasi Pilkada Serentak Desember 2020.

Jalan si anak penjual jeruk manis Wawonii itu kini terbuka untuk pencapaian lebih membanggakan, membanggakan untuk warga biasa, membanggakan untuk semua, untuk bisa bersama mendorong perubahan di kampung halaman tercinta, Konawe Kepulauan. Mari sambut fajar baru untuk Konawe Kepulauan!

 

 

Related posts