ISLA UNHAS gelar bincang bisnis kelautan, alumni pertama Maxi Tjoa: Syarat sukses ada empat

  • Whatsapp
Para peserta bicang bisnis kelautan yang digelar ISLA Unhas (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Ikatan Sarjana Kelautan Unhas (ISLA) Unhas menggelar diskusi daring terkait prospek usaha berbasis kelautan di tahun2021 sekaligus merefleksi pengalaman bisnis 2020, (27/11).

Ada empat narasumber yang hadir memberi pokok-pokok pikiran yaitu Maxi T. Tjoadi, alumni Kelautan Uhnas 88 (dulu mash bernama Iilmu dan Teknologi Kelautan), Darwis Ismail, Kelautan 92, Muhammad Fahri, Kelautan 93 dan Subhan Amir, Kelautan 97.

Read More

Maxi adalah satu dari tiga Sarjana Keautan Unhas yang diwisuda pertama kali dalam tahun 1993. Sementara Darwis adalah Ketua Ikatan Sarjana Kelautan (ISLA) Unhas yang berprofesi sebagai pengusaha di Jakarta.

Selain sebagai kontraktor proyek infrastruktur dan pengadaan barang dan jasa, Darwis sedang merintis juga usaha tambak di Takalar.

Narasumber ketiga adalah Fahri.

Dia direktur perusahan konsultan dan kontraktor berbasis di Jayapura dan telah kurang lebih 20 tahun bergelut di bidang ini.

Sementara Subhan adalah bankir BUMN yang mengelola bisnis kedai kopi bernama Fanaticoffee di Makassar.

“Anak-anak keluatan bisa memanfaatkan peluang usaha di Labuan Bajo. Saat ini ada beberapa peluang seperti membuka usaha bengkel mesin kapal. Perbaikan mesin kapal sangat diperlukan. kurang teknisnya dan kalau bisa terhubung dengan bengkel authorized,” katanya.

Menurut Maxi, untuk bisa menjadi pengusaha sukses atau berhasil kita harus punya atau menjalankan setidaknya empat syarat.

“Pertama harus punya kejujuran, punya semangat, pantang menyerah, setelah itu kepintaran,” jelas pra yang mengaku berhenti sebagai bankir karena ingin menggeluti bisnis sendiri dan sesuai passion-nya selam.

“Lebih bebas dan bisa mengatur diri sendiri,” kata  sosok yang juga pernah menggeluti bisnis pertambangan ini dan saat ini mengelola resor serta kapal wisata pinisi di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Sementara itu, Darwis Ismail menyatakan bahwa ke depan trend bisnis yang akan mewarnai khalayak ada beberapa.

“Di antaranya bisnis berbasis energi,  kebutuhan dasar, bisnis kesehatan, cargo online dan saham serta ‘money business’,” katanya.

“Sementara untuk di sektor kelautan misalnya bisnis yang menyuplai kebutuhan konsumsi, suplai ikan ke pasar grosir dan rumahan serta industri. Yang kedua bisnis budidaya udang dan ikan hidup serta bisnis pariwisata khusus di pantai,” sebut Darwis.

Pada saat yang sama Fahri menyarankan agar organisasi selam di Kelautan Unhas bisa dikelola dengan baik.

“Selain utuk pendidikan selam dasar dan selanjutnya dilakukan kursus sebagai dive guide untuk ecotourism sehingga alumni yang pnya keahlian selam sudah siap kerja setelah tamat kuliah,” sarannya.

Subhan, pembicara terakhir menyatakan bahwa untuk menggeluti usaha diperlukan kesukaan atau passion.

“Saya penikmat kopi, dan buka warung kopi karena memang menyukai kopi. Jadi itu salah satu cara untuk menyalurkan hobby juga,” katanya.

Tanggapan peserta

Acara bincang-bincang ini diikuti oleh tidak kurang 50 orang peserta dan dimoderatori oleh Sekretaris ISLA Unhas, Cahyadi Rasyid.

Acara ini juga diikuti alumni Kelautan Unhas yang juga anggota DPRD Bone Bolango, Amran Mustapa.

“Diagendakan saja secara rutin, kalau bisa tiga kali sebulan atau sekali enam bulan,” katanya.

Sementara itu M Zulficar Mochtar, alumni Kelautan angkatan 90 yang juga mantan Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan menyatakan pentingnya legal basis dan businsess plan.

Dia menyarankan agar dalam memulai usaha perlu dibuatkan peta bisnis adan gambaran pembiayaan.

Dr Muhammad Ilyas, alumni angkatan 88 yang seangkatan dengan Maxi yang kini jadi pejabat eselon II di BPPT menekankan perlunya penyiapan dan penguatan SDM dalam hal ini mahasiswa dan fresh graduate Kelautan dalam bidang survey dan pelatihan.

Dia menyatakan bahwa pihaknya pernah menggelar pelatihan yang semestinya relevan dengan kebutuhan alumni Kelautan tetapi tidak ada yang mendaftar dari Unhas.

“Saat ini kami juga menggunakan tenaga outsourcing untuk mempermudah pekerjaan lapangan atau survey,” kata alumni S3 Jepang ini.

Dia juga menyebut perlunya perluasan cabang ilmu bagi anak-anak Kelautan, hal yang disebutnya selama ini hanya terkonsentrasi pada GIS atau Indraja.

“Instrumentasi laut kurang,” katanya.

Acara yang dimulai pukul 19.00 WITA ini berlangsung hingga pukul 22.30 dan juga diikuti senior Kelautan seperti Muhammd Yassir Tahir, Muchsin Situju, Kemal Rahman Massi, Amiruddin Mirdin Kasim, hingga Cece alumni angkatan 2000-an.

 

Related posts