Pelaksanaan WCD 2020 di Kota Kendari: Masyarakat harus disiplin, Pemkot perbanyak tempat sampah di ruang publik

  • Whatsapp
Ganeras muda Kota Kendari gelar WCD 2020 (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – World Cleanup Day (WCD) Indonesia kembali hadir sebagai kegiatan tahunan bersih-bersih dan memilah sampah secara serentak di seluruh Nusantara. Setelah sukses melibatkan 9.5 juta relawan pada 2019, WCD Indonesia kembali bersama jutaan relawan di tahun 2020 dengan kampanye yang sama, menyasar 13 jutaan peserta.

Kegiatan ini juga diselenggarakan serentak di 180 lebih negara di dunia. Sejak dua tahun berturut-turut 2018-2019, dan sekarang masuk di tahun ke 3. Indonesia menjadi negara yang memimpin aksi Cleanup terbesar di dunia, disusul Pakistan.

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia tidak menghentikan terlaksananya kegiatan  besar ini, walau beberapa negara melakukan kampanye yang berbeda, seperti digital cleanup, individual cleanup dan regular cleanup.

WCD di Sultra

World Cleanup Day di Sulawesi Tenggara sendiri, dilaksanakan sebagai individual cleanup, di mana masyarakat diajak terlibat untuk ikut aksi cleanup dan pilah sampah dari rumah dan lingkungan.

Di Kota Kendari, sejumlah komunitas, mahasiswa Ilmu Kelautan UHO dan relawan menjadi ‘pemulung’ dalam sehari, demi menciptakan Kendari bebas sampah.

Ada tiga pusat yang menjadi lokasi World Cleanup Day di Kendari yaitu Pelataran Tugu Religi Sultra, Bungku Toko, dan Kendari Water Sport.

Secara bersama-sama, sampah yang berserakan di kawasan tersebut dibersihkan, mulai dari daun kering, ranting, hingga sampah plastik. Rupanya, sampah plastik menjadi ‘penguasa’ pelataran Tugu Religi, Bungku Toko, dan Kendari Water Sport.

Mahasisa Ilmu Kelautan UHO bersama warga bersihkan pesisir dari sampah di Kota Kendari (dok: istimewa)

Di tangan Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan UHO dan Komunitas Rumah Hijaisu, sampah telah diubah melalui daur ulang.

Maryunus La Mada Selaku Ketua HIMA IK UHO, mengaku bahwa sampah plastik menjadi bahan yang menjadi masalah secara global,  nasional maupun daerah.

“Indonesia tercatat sebagai penyumbang sampah plastik di laut nomor dua sedunia setelah China.  Kesadaran menjaga lingkungan, harus menjadi bagian dari budaya hidup setiap masyarakat, dan generasi mahasiswa,” kata Maryunus.

Menurutnya, sampah plastik bukan saja tugas pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini tetapi menjadi tanggung jawab kita bersama.

“Perlu sama-sama membangun kesadaran diri untuk mengolah sampah plastik secara mandiri. Kita juga harus membangun semangat dan mengubah mindset untuk tidak lagi membuang sampah ke muara atau ke laut sebab berdampak buruk bagi kelangsungan hidup biota laut maupun masyarakat kota Kendari,” kata Maryunus.

Muh Yunan selaku leader World Cleanup Day Sultra Kota Kendari tahun sebelumnya, mengaku sampah plastik bisa diolah menjadi paving blok, dengan proses sederhana, sekitar satu-dua kilogram mampu menghasilkan satu paving blok dengan daya tahannya tak kalah dengan model serupa dari semen.

Muh Yunan telah melakukan riset, dan membuat sampel daur ulangnya sampah plastik. “Kita lebih mengarah kepada upaya pemberdayaan generasi muda Sultra melalui pengolahan sampah. Sampah-sampah plastik bisa dibuatkan paving block dengan campuran pasir biar kuat,” ucap Yunan yang juga ikut berpartisipasi di World Clean Up Day tanggal 19 September 2020 ini.

Mahasiwa Ilmu Kelautan UHO Kendari berpartisipasi pada acara WCD 2020 (dok:istimewa)

Apa yang bisa dilakukan saat ini terkait masih maraknya pembuangan sampah ke laut harus dibarengi dengan gerakan peduli sampah.

“Salah satunya, memperbanyak bak atau tong sampah di ruang publik di Sulawesi Tenggara khusus Kota Kendari dan sekitarnya. Sementara masyarakat kota Kendari harus disiplin untuk membuang sampah pada tempat semestinya, janganlah dibuang ke laut,” kata Jawadin salah seorang relawan WCD 2018 hingga saat ini asal Kendari.

Jawadin setuju pemanfaatan sampah plastik melalui proses daur ulang karena dapat bernilai ekonomi dan menjadi lahan pekerjaan tambahan bagi warga kota. Pengakuan serupa juga disampaikan oleh Muh. Iryansyah Nasir, Leader World Clean Up Day.

“Saya miris melihat kawasan MTQ wilayah Tugu Religi Sultra, Bungku Toko, dan Kendari Water Sport yang dikotori sampah plastik. Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah. Masyarakat luas seharusnya lebih aktif juga menciptakan Kendari bersih dari sampah,” kata Iryansyah.

Yunan menambahkan bahwa sejauh ini, yang masih kurang adalah tempat sampah di penjuru Kota Kendari terutama di area publik.

“Pemerintah Kota Kendari memang mesti lebih banyak menyediakan tempat sampah. Maksudnya yang mudah diakses atau dijangkau, jadi orang tak perlu lagi jalan jauh untuk membuang sampah,” tutup Yunan.

Related posts