Opini MRR: Survey LSI, untungkan Anies

  • Whatsapp
Anies Baswedan bersama Muhammad Ramli Rahim (kanan)

DPRD Makassar

“Paparan survey ini sebenarnya menarik, 3 King atau Queen Maker justru dalam posisi dilematis dalam bersikap.”

Muhammad Ramli Rahim (MRR) – Ketua Umum Jaringan Nasional Mileanies 24.

Read More

PELAKITA.UD – Paparan survey ini sebenarnya menarik, 3 king atau queen maker justru dalam posisi dilematis dalam bersikap. Muhammad Ramli Rahim (MRR) – Ketua Umum Jaringan Nasional Mileanies 24.

Rillis hasil riset Denny JA (LSI) menyebutkan ada margin of error 2,9 persen, artinya ada angka 5,8 persen yang bisa dimainkan dan data mainan 5,8 persen itu masih dianggap bisa dipertanggungjawabkan.

Dengan margin error 2,9, kandidat yang disenangi atau kandidat yang memesan bisa dinaikkan 2,9 persen dari data sebenarnya sementara kandidat yang tidak disenangi bisa diturunkan 2,9persen.

Seperti buah simalakama, dimakan mati bapak, tak dimakan mati mama. LSI seolah menempatkan Megawati, Prabowo dan Airlangga dalam posisi sulit.

Airlangga misalnya, meski memiliki parpol tapi realistisnya menurut LSI, jika ingin menang, Airlangga sebaiknya memilih jadi cawapres

Sementara Prabowo dalam analisa LSI, meskipun elektabilitasnya teratas tapi sulit untuk menang

Megawati lebih repot lagi. Mega sangat dilematis, mencalonkan Puan, hampir pasti kalah menurut paparan itu, mencalonkan Ganjar malah bisa membuat PDIP berpindah tangan dari Trah Soekarno.

Sebagai Ketua Umum Jaringan Nasional Mileanies, saya justru curiga bahwa elektabilitas Anies masih di atas data yang ditampilkan dan itu tidak salah jika mengacu pada margin of error yang ditetapkan, yaitu 2,9persen, artinya, data sebenarnya bisa digeser 2,9persen keatas atau kebawah.

Justru dari paparan LSI ini terlihat bahwa Anieslah yang paling potensial memenangkan pilpres 2024, meskipun berada di peringkar ketiga dengan selisih tipis dengan Ganjar dan masih dalam margin of error, artinya, bisa jadi angka anies sebenarnya jauh diatas Ganjar.

Dengan status sebagai “tahanan kota” dimana Anies hampir-hampir tak punya ruang dan waktu keluar dari Jakarta. Keluar sedikit saja, meskipun itu urusan pemprov DKI, semua pada ribut.

Kunjungan Kerja Anies ke Cilacap, Ngawi dan Sumedang mendapat protes keras padahal sangat jelas bahwa itu urusan Anies sebagai Gubernur DKI, jauh dari aroma pilpres 2024.

Anies juga belum melakukan klarifikasi apapun atas segala tuduhan dan fitnah terhadap dirinya dan kinerjanya. Anies hanya akan menjawabnya dengan karya bukan dengan kata apalagi menggunakan tim buzzer.

Dengan hampir tak pernah keluar DKI saja, Anies sdh bertengger di 3 besar hampir semua survey yang dipaparkan bahkan  tak jarang di posisi puncak.

Anies juga belum secara terstruktur bergerak, Mileanies baru dibentuk sebulan lalu dan masih fokus membangun struktur di 232 kabupaten/kota sementara komunitas lainnya yang berniat membantu Anies juga masih bergerak sendiri-sendiri.

Terkait rencana Pilpres Februari 2024, terdapat banyak keuntungan bagi Anies dalam berakselerasi meningkatkan elektabilitasnya jelang Pilpres 2024.

Sesuai yang ditetapkan pemerintah dan DPR, Pilpres digelar Februari 2024 sehingga pendaftran Pilpres itu akan dilakukan sekitar Juni atau Juli 2023. Artinya, nama-nama yang sering disebut bakal nyapres masih menjabat di masa itu kecuali Anies Baswedan.

Ganjar dan Ridwan Kamil, akan sulit memiliki ruang akselerasi di luar wilayah pemerintahannya. Karena mereka akan mengakhiri jabatannya September 2023, jika mereka keluar dari provinsinya maka akan dipersoalkan karena keluar dari tanggungjawab jabatannya sebagai gubernur.

Sementara Anies Baswedan mengakhiri jabatannya di Oktober 2022., artinya Anies punya ruang yang begitu luas untuk keluar dari Jakarta guna mengatur strategi, mengunjungi banyak daerah untuk menaikkan elektabilitasnya tanpa dibebani dengan jabatan publik.

Selama ini Anies jadi ‘tahanan kota’. Anies sebisa mungkin tidak keluar dari Jakarta. Jika ia keluar Jakarta pun itu ada urusannya sebagai Gubernur.

Misalnya kemarin dia ke Ngawi, Cilacap dan Sumedang semua dalam kapasitasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tentu ini akan berbeda kalau dia bukan gubernur.

Anies bisa kemana saja dengan difasilitasi oleh jaringannya. Indonesia bukan hanya Jakarta. Dan kami jaringan Anies akan membawa beliau menyentuh langsung masyarakat kemana Anies mau.

Kemudian keuntungan lainnya, bagi Anies adalah  adanya konvensi Partai Nasdem misalnya. Anies akan lebih leluasa mengikuti konvensi itu.

Misalnya Nasdem mewajibkan sosialisasi di 34 provinsi. Anies tentu saja tidak punya beban, karena Anies bukan gubernur lagi.

Berbeda dengan calon lain yang masih punya jabatan publik, mereka tidak seleluasa Anies.

Keuntungan lain bagi Anies yang mana kinerjanya sebagai pejabat publik akan mudah terukur karena sudah habis masa jabatannya.

Mengapa terukur? Saat habis masa jabatannya di 2022, bisa dilihat apakah ia melakukan korupsi atau tidak selama menjabat. Kemudian janji kampanyenya apakah sudah terealisasi atau belum, lalu sejauh mana perkembangan DKI dimasa kepemimpinan Anies.

Misalnya, akan tuntasnya Jakarta Internasional Stadium yang memiliki kapasitas penonton terbesar di Indonesia dan akan memenuhi standar pelaksanaan piala dunia di Indonesia. Lalu penanganan banjir. Penurunan titik banjir di Jakarta luar biasa progresnya.

Penanganan kemacetan, Jakarta sudah mendapat penghargaan dengan koneksi transportasi publik terbaik dunia dengan Jak linko. OKOCE sekarang terjawab dengan JakPreneur dan seterusnya.

Semua itu akan dengan mudah dipaparkan ke Masyarakat sebagai implementasi tata kerja Anies dari Gagasan lanjut narasi hingga jadi karya.

Tampaknya Anies memang punya peluang besar merebut tongkat estafet kepemimpinan yang akan ditinggalkan Presiden Jokowi pada 2024 mendatang.

 

Penulis: Muhammd Ramli Rahim

Related posts