Kolom Amran Razak: Anis Kaba dan Mahasiswa Penyair

  • Whatsapp
Muh Anis Kaba (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Kabar duka meninggalnya penyair dan dramawan sepuh, Muhammad Anis Kaba beredar melalui berbagai grup Whatsapp.

Anis dikabarkan meninggal dunia pada pukul 11:55 Wita,  Rabu, 3 Januari 2024 di kediamannya Jalan Kelinci No. 6B-6C, Bonto Lebang, Mamajang, Makassar.

Ia berpulang ke Sang Khalik jelang usia 82 tahun. Sosok bernama lengkap Muhammad Anis Kaba lahir di Limbung, Kabupaten Gowa, 21 April 1942.

Read More

Penyair dan dramawan sejak tahun 1964 itu terbilang produktif di masanya.

Sajak-sajaknya banyak dimuat di berbagai media, antara lain Mingguan Ekspres, Mingguan Posma, Mingguan Patria, Majalah Bawakaraeng, hingga Harian Pedoman Rakyat di pertengahan tahun 1960 hingga 1970.

Pada rentang waktu itu, cekikan penguasa Orde Lama dan Orde Baru bisa mencengkeram penyair-dramawan Indonesia.

Kala itu, Anis berkiprah di antara sahabatnya, Rahman Arge, Arsal Alhabsyi, Husni Djamaluddin, dan Aspar Paturusi.

Kepergiannya mengingatkan kembali sohib-sohib saya almarhum Ridwan Effendy, Moch. Yayath Pangerang dan Muhammad Ali sebagai kolega-kental saya – penghuni Biara Romo-romo di Lorong Kambing 108 Jl. Mesjid Raya Lorong 108 rumah orang tua saya.

Nama-nama yang saya sebut itu adalah dramawan dan penggiat seni di lingkup Dewan Kesenian Makassar dan Dewan Kesenian Sulawesi Selatan, hingga akhir hayatnya.

Begitu pula mengenang jajaran senior penggiat seni-budaya berasal dari kampus Unhas seperti almarhum Mattulada, M. Anwar Ibrahim, Ishak Ngeljaratan dan Fahmi Syarif.

Saya lebih banyak menempatkan almarhum Muhammad Anis Kaba (MAK) sebagai pustawakan seni-budaya lantaran kepiawaannya mengumpulkan dan mengoleksi karya seni-budaya terutama dari Sulawesi Selatan.

Ia tak akan berhenti mengejar kebutuhan koleksinya jika tahu ada karya sahabat dan seniman muda yang diluncurkan.

Bagi kami sederet kecil penyair kampus, sosok MAK pintar merawat hubungan personal dengan kerabat seniman dan budayawan termasuk kami dari kampus Unhas.

MAK memberi ruang tanpa debat berarti ketika kami harus hadir di gelanggang seni-budaya di mana Anis berada di situ.

Sosok MAK adalah sosok anak Limbung yang pintar menata kata dengan nada rendah, karenanya MAK di mata kami memiliki ‘kata-penghubung’ yang menyejukkan tanpa pretensi.

Apakah karena kami mendapatkan ‘ruang tersendiri’ di hati almarhum sebagai anak kampus? Almarhum pernah kuliah di Fakultas Sospol Universitas Hasanuddin memilih jurusan Publisistik.

MAK meraih gelar sarjana muda pada Fakultas Sospol, jurusan limu Komunikasi di Universitas Sam Ratulangi, Manado, tahun 1978. Dia pensiunan ASN Pertanian.

Sesekali tiba-tiba almarhum muncul di pertapaan kami di Lorong Kambing 108 Baraya, Mesjid Raya.

Dia biasanya membawa kabar dari Dewan Kesenian Makassar (DKM) mengajak kami hadir dan berpartisipasi di acara tertentu. “Suatu kehormatan bagi kami yang suka membandel”.

Sikap rendah hati ditunjukkannya dengan membuat kejutan melayani yuniornya siapa pun itu meskipun baru dikenalnya, suatu kebiasaan langka di Kawasan Dewan Kesenian Makassar (DKM).

Bagi saya, MAK adalah seorang penyair religius, yang tidak pernah berhenti belajar, dan tekun dalam membaca karya sastra terutama puisi meskipun usia membatasi geraknya.

Sebulan lalu, Desember 2023, almarhum bersama dua penyair lain Syahriar Tato dan Muhammad Amir Jaya meluncurkan kumpulan puisi religus mereka bertajuk “Nyanyian Tiga Pengembara”.

Anis mempersembahkan 31 karya puisinya, suatu pengembaraan panjang menelusuri kedamaian dan kebesaran Ilahi.

Sebait puisinya berjudul “gairah cinta” – kumpulan terbarunya Nyanyian Tiga Pengembara :

Melupakan hari-hari sengketa
Gairah cinta di bumi yang fana
Bersimpuh dalam sembah
Hanya kepadaNya

Kita kehilangan sosok bersahaja yang setia menongkrongi perjalanan seni-budaya di Sulawesi Selatan. Karya dan persahabatannya akan menjadi cerita tersendiri di hati sahabat dan seniman muda Sulawesi Selatan.

Penulis:
AMRAN RAZAK, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin, Makassar. Pendiri Serikat Penyair Kampus, 1978. Kumpulan puisi Sosok Itu (DKM-Balance Pers Group), 1984. Menerbitkan kumpulan puisi kampus : TAMALANREA antologi puisi tiga layer; sajak-sajak cinta dari kampus merah UNHAS (1980-1990), Garis Khatulistiwa, 2019.

Related posts