Catatan Menolak Lupa “Pak Dewan” Supriansa (bagian 3): Diarak keliling kampus, lupa foto wisuda

  • Whatsapp
Supriansa (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – SELALU ada kejutan di hari wisuda. Momen wisuda menjadi hari bahagia setiap mahasiswa. Perjuangan di bangku kuliah akhirnya terbayarkan dengan kelulusan dan resmi menyandang gelar sarjana.

Hari wisuda dirayakan meriah, yang disaksikan banyak orang dan keluarga wisudawan.

Bentuk kejutannya macam-macam. Ada yang memanfaatkan momen itu memberi kado spesial kepada orang tuanya, resmi meminang kekasihnya, dan sebagainya. Perasaan mereka pun campur aduk. Ada yang sampai menitikkan air mata. Haru bercampur riang.

Pun usai prosesi sakral wisuda yang berbau akademik, perayaan kebahagiaan itu berlanjut. Kali ini riuh dengan aktivitas foto-foto, selfie dan dokumentasi lainnya.

Juru potret dadakan pun menjamur menawarkan jasanya di sekitar area lokasi wisuda.

Yang terkena kejutan saat itu: Supriansa.S eorang aktivis mahasiswa era-98 yang hari itu resmi bergelar sarjana hukum di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar. Beberapa tahun silam.

Teman satu perjuangan di masa kuliah memberikan ucapan selamat.

Ia tak menyangka sama sekali dirinya yang masih pakai baju toga tiba-tiba digotong beramai-ramai keliling kampus hingga naik bus Damri untuk merayakan kelulusan. Begitu heboh dan semarak.

Tampak juga sesama aktivis mahasiswa lainnya ikut mengiringi arakan tersebut.

Tujuan mereka mengantar dan “mengawal” sang wisudawan yang juga Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UMI Makassar itu menuju kantor Polisi.

Ada apa gerangan? Rupanya hari wisuda itu bersamaan Supriansa diminta oleh kawan-kawannya untuk melaporkan seseorang terkait aksi demonstrasi yang pernah dilakukan.

Maklum, pada saat berstatus mahasiswa, Supriansa dikenal aktif terlibat dalam sejumlah aksi menyuarakan aspirasi rakyat.

Orasinya nyaring dan kerap menggelar dialog dan mendatangkan tokoh-tokoh nasional di Makassar. Sebutlah, Bambang Widjoyanto, Adnan Buyung Nasution, Hendardi, Mulyana W. Kusumah serta sederet tokoh kritis pada masa Orde Baru.

“Iya….benar ketika itu masih pakai baju toga dia (Supriansa,red) didaulat menumpangi bus Damri bergerak menuju sampai ke kantor Polisi,” kisah Selle KS Dalle, salahseorang koleganya sesama aktivis mahasiswa melalui chat whatsap, Kamis 22 Mei 2023.

Pemilihan pakaian toga dalam pemeriksaan hari itu, lanjut cerita Selle, sebagai simbolisasi bahwa para aktivis mahasiswa dan dunia intelektual yang berjuang dan bekerja sebagai “agent of change” di tengah masyarakat sedang berkabung. Dan aparat negara sebagai pelaksana undang-undang cenderung berupaya membungkamnya.

Pada masa Reformasi, Supriansa yang waktu itu sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Hukum UMI Makassar, yang ikut menggerakkan aksi mahasiswa untuk turunkan Soeharto sebagai Presiden.

Selain itu Supriansa juga tercatat sebagai Presidium Ikatan Senat Mahasiswa Hukum Indonesia (ISMAHI) yang terpilih di Padang (Sumbar) tahun 1996-1998.

————-

Kejutan kedua. pasca perayaan unik di hari wisuda yang digelar kawan-kawannya tersebut, Supriansa baru sadar kalau dirinya tak punya selembar pun dokumentasi foto-foto saat wisuda.

Padahal saat itu ia datang bersama Indo-nya (panggilan ibu dalam masyarakat Bugis,red). Sedangkan Ambo-nya (panggilan ayah dalam masyarakat Bugis,red) berhalangan.

Ia merasa foto wisuda itu penting. Karena menjadi “barang bukti” saat dirinya pulang kampung menghadap Ambo di Soppeng. Dugaannya betul.

“Pura nitu diwisuda anak’mu (bhs Bugis artinya: sudah di wisuda anakmu), ” kata Indo kepada ayah Supriansa.

“Mana pale foto wisudanya? (bhs Bugis artinya: mana foto wisudanya?),” tanya Ambo seraya melirik ke arah Supriansa yang hanya terdiam membisu di samping Indo-nya.

“Degaga foto, deku mateppe sarjana ko (bahasa Bugis:tidak ada foto wisuda saya tak percaya dirimu sudah sarjana,red),” tegas Ambo.

Satu-satunya foto ‘barang bukti” yang tersisa dan berhasil diperoleh Supriansa adalah saat momen dirinya berjabat tangan dengan Rektor di atas panggung.

Itu pun setelah ‘menggeledah” arsip dokumentasi visual di bagian akademik kampus.

Penulis: Rusman Madjulekka

Editor: K. Azis

Related posts