KKP libatkan INFHEM dalam pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan perikanan budidaya

  • Whatsapp
INFHEM sangat berperan dalam jaminan kesehatan ikan (dok: KKP)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan perikanan budidaya sangat penting dalam menentukan keberhasilan produksi perikanan budidaya. Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melibatkan peran Indonesia Network on Fish Health Management (INFHEM).

Dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (25/2), Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan permasalahan terkait penyakit ikan dan lingkungan perikanan budidaya semakin kompleks dengan intensitas yang semakin tinggi, sehingga dapat menjadi faktor utama dalam penurunan produksi, bila tidak segera ditangani.

Read More

“INFHEM sebagai salah satu stakeholder perikanan budidaya yang telah banyak berkontribusi dan memiliki komitmen di bidang kesehatan ikan dan lingkungan,” sebut Slamet.

“Peran stakeholder turut menentukan keberhasilan program sub sektor perikanan budidaya, sebagaimana senantiasa Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono instruksikan untuk terus berkonsolidasi dengan seluruh stakeholder terkait, dalam rangka memajukan sub sektor perikanan budidaya,”ujar Slamet.

INFHEM menjadi organisasi profesi yang produktif dengan beragam latar belakang keahlian dan bidang yang digeluti serta beranggotakan peneliti, akademisi, mahasiswa, penyuluh perikanan, pembudidaya ikan, pengusaha sarana produksi serta pengambil kebijakan. Ini menjadikan INFHEM sebagai mitra dan kontributor dalam pengambilan keputusan pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan.

“Beberapa peran nyata INFHEM yang kita rasakan manfaatnya antara lain penyelenggaraan pelatihan vaksinator dan penyelenggaraan outlook penyakit ikan serta rekomendasi-rekomendasi teknis pengendalian panyakit ikan”, tutur Slamet.

Selain itu, INFHEM juga giat dalam melakukan advokasi dan edukasi terutama untuk pemberian pemahaman dan penjelasan tentang pengelolaan kesehatan ikan pada masyarakat khususnya pencegahan penyakit melalui media online atau cetak dan juga melalui forum seperti seminar dan diskusi.

“Akan ada pemilihan pengurus baru untuk tahun 2021 hingga 2023. Untuk itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pengurus INFHEM periode 2017 hingga 2020. Saya berharap, semoga INFHEM semakin baik dan berkembang di bawah kepengurusan yang baru, sehingga semakin berkontribusi nyata dalam pembangunan perikanan budidaya,” terang Slamet.

Secara terpisah, Ketua INFHEM periode 2017 hingga 2020, Maskur mengatakan bahwa INFHEM telah menjadi mitra Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP sebagai lembaga ahli dalam menangani penyakit dan pengelolaan kesehatan ikan di Indonesia.

“Dalam hal menangani panyakit ikan, anggota INFHEM berperan sebagai taskforce (gugus depan) dalam menangani penyakit baru atau emerging diseases, seperti TiLV (Tilapia Lake Virus) pada ikan nila dan AHPND (Acute Hepatopancreatic Necroses Disease) pada udang”, ujar Maskur.

Selain itu, INFHEM juga terlibat dalam kerja sama dengan FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nation) bersama Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya KKP untuk beberapa proyek, diantaranya surveilan panyakit udang EHP (Enteroctozoon Hepatopenaei), antimicrobial resistance pada bidang akuakultur serta Progressive Management Pathway for Aquaculture Biosecurity (PMP/AB).

“INFEHM juga menginisiasi program vaksinasi mandiri benih lele bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI). Program ini bertujuan untuk mengedukasi para pembenih lele dan pembudidaya tentang vaksinasi secara mandiri sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi usaha mereka,” tambah Maskur.

 

Related posts