Posisi kaum muda Sultra dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan  

  • Whatsapp
Potensi kelautan dan perikanan di WPP 714: situasi di perairan Pulau Wangi-wangi, salah satu destinasi wisata di Sultra (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Seperti apa masa depan sumber daya kelautan dan perikanan Sulawesi Tenggara, sepuluh atau dua puluh tahun ke depan? Di mana kaum mudanya eksis, apakah menjadi bagian dalam upaya pemanfaatan sumber daya ikan, pariwisata bahari, atau jasa kelautan lainnya, atau hanya jadi penonton?

Itu pula yang menjadi pertanyaan Pelakita.ID saat menyinggung jumlah pulau Sultra yang mencapai 655 buah pulau sementara ada lebih 500 yang tak berpenghuni.

Read More

Kebijakan Pemprov

Mempunyai pulau sebanyak itu adalah kekayaan luar biasa bagi Sultra. Karena itu pula, grand design pengembangan kelautan perikanan di Sultra menyasar pemanfaatan perairan di sekitar pulau-pulau ini terutama di area Wilayah Pengelolaan Perikanan 714.

Menurut Ali Mazi, sebagaimana disampaikan pada beberapa kesempatan, kebijakan dan komitmen Pemprov ini perlu didukung oleh kesiapan sumber daya manusia dan ketersediaan sarana prasarana. “Program industri perikanan harus didukung oleh kita semua, terutama generasi muda Sultra,” katanya pada beberapa kesempatan.

Sementara itu, Ketua Ikatan Sarjana Kelautan (ISKINDO) Sultra, Amadhan Takwir menyebut bahwa Sultra memiliki luas daratan 38.140 kilometer persegi sementara luas laut 114.879 km persegi atau 75 persen.

“Panjang garis pantai 1.740 kilometer dengan jumlah pulau 651. Penduduk pada 2019 sebesar 2,663,654 jiwa sementara laju pertumbuhan 2,18 persen,” ungkap dosen Jurusan Ilmu Kelautan FPIK Universitas Halu Oleo saat mempresentasikan potensi kelautan dan perikanan Sultra beberapa waktu lalu.

Dia juga menyebutkan bahwa ada proyeksi bahwa penduduk Sultra bisa mencapai  4,504,843 jiwa pada tahun 2050, hal yang perlu diantisipasi.

Pemprov Sultra melalui Gubernur Ali Mazi telah mengantisipasi dengan adanya Garbarata atau Gerakan Pembangunan Terpadu Wilayah Daratan dan Lautan-Kepulauan.

Geliat usaha di pesisir dan pulau-pulau Sultra yang dipaparkan ketua ISKINDO Sultra ini di antaranya pembangunan PPS Kendari, tahun ada 2020 rencana pengembangan. Lalu ada pembangunan pelabuhan ekspor di Batuputih Poleang Selatan Bombana.

“Ada industri pengolahan rumput laut di Poleang Bombana, sentra industri perikanan Kamaru, Kabupaten Buton dengan luas kawasan mencapai 400 ha. Saat ini dalam tahap studi kelayakan. Lalu rencana industri pengalengan  ikan di Wawonii Tengah, Desa Tumbu Tumbu Jaya yang menyasar luas lokasi 110 ha,” tandasnya.

Lokasi-lokasi dan rencana pengembangan ini menurut Awier merupakan bagian dari memandang potensi sumber daya kelautan dan perikanan Sultra yang berada pada area wilayah pengelolaan perikanan (WPP) 713 dan 714.

Meski demikian, Amadhan mengingatkan perlunya antisipasi pada kesiapan SDM dan prinsip nilai keberlanjutan dalam pelaksanaan program ini.

“Kesiapan SDM ini harus bisa memproyeksikan keterlibatan generasi muda, khususnya bagaimana anak-anak muda di Sultra memiliki keterampilan khusus bidang kemaritiman, tidak hanya tenaga kerja formal berijazah kelautan perikanan, tetapi juga tenaga kerja terampil yang tersertifikasi bidang kemaritiman,” katanya kepada Pelakita.ID

“Tantangan SDM ke depan akan lebih besar lagi utamanya  bagaimana rencana bisnis dan investasi bidang kelautan dan perikanan termasuk UMKM dalam menghadapi revolusi industri 4.0,” imbuhnya.

WPP 714 (lingkaran kuning)

Di tingkat pendidikan tinggi, selain pendidikan vokasi dan politeknik kelautan yang memang fokus pada teknis keterampilan khusus.

“Sebenarnya  ada peluang yang bagus terhadap isu SDM ini yakni kebijakan kampus merdeka oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kebijakan Kampus merdeka akan mengarahkan adanya kewajiban dukungan industri sektor ril terhadap peningkatan SDM bagi calon sarjana,” katanya.

Para mahasiswa menurut Amadhan dapat menjalankan magang, pendampingan teknis dan pelatihan khusus sehingga nantinya ketika kuliah selesai, diharapkan mereka memiliki keterampilan khusus yang dibutuhkan dunia industri.

“Diharapkan nantinya alumni pendidikan formal bidang kelautan dan perikanan nantinya memiliki jiwa dan minat wirausaha. Jika ini didorong dengan serius, maka tidak menutup kemungkinan nantinya Sultra akan menjadi kutub industri perikanan baru khususnya di Indonesia Timur,” tandasnya.

Hardin Bambang, ASN di DKP Wakatobi ikut berbagi pandangan terkait posisi kaum muda Sultra ini.

“Peran pemuda alumni kelautan dan perikanan akan sangat menjanjikan dalam mengambil peran aktif mengelola potensi di Sultra,” katanya. Olehnya itu, lanjut Hardin, pemuda harus menyiapkan diri sebelum terlambat karena persaingan kualitas SDM dan skill ke depan akan sangat ketat.

Skill dalam IT dan spesifik keilmuan di bidangnya harus dioptimalkan. Selain itu yang sangat pentng adalah moral dan etika dalam pergaulan di era yang penuh dinamika,” tambahnya.

Dia melanjutkan bahwa terkait peluang lapangan kerja, jangan selalu berpikir akan jadi PNS atau ASN saja.

“Banyak sekali peluang wirausaha bidang kelautan dan perikanan dan sektor pendukungnya. Jika ingin jadi orang sukses, usaha di bidang perikanan menjadi salah satu pilihan utama,” kata alumni Ilmu Kelautan Unhas yang pernah studi di Australia ini.

Pandangan ketua ISLA UHO

Sementara itu, Arwan Arif Rahman, Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Universitas Halu Oleo (ISLA UHO) menyebut bahwa tantangan SDM Kelautan dan Perikanan adalah bagaimana mengelola potensi yang ada dengan berfokus pada penyediaan lapangan kerja.

“Sebenarnya terbagi menjadi dua cara pandang. Pertama sejauh mana ketersediaan lapangan kerja yang mampu menyerap SDM unggul yang diproduksi oleh Universitas/Institusi Pendidikan Formal setiap tahunnya,” katanya.

“Sejauh ini dapat dikatakan sangat sedikit, kebanyakan berharap dengan program penerimaan PNS atau honor di Pemerintahan,” imbuh Arwan.

Menurutnya, dunia industri yang bergerak di bidang ini masih sangat sedikit terutama di Sultra.

“Walaupun  kita juga bisa berharap banyak ke depan dengan besarnya keseriusan pemerintah Sultra pada sektor perikanan dan mulai besarnya arus investasi di sektor perikanan. Semoga saja terealisasi ya,” harapnya.

“Kedua, melihat sektor kelautan perikanan sebagai potensi bisnis yang besar dan menjanjikan. Saya melihat kekurangan alumni kita di sini, tidak beraninya kita mengeksekusi potensi perikanan yang ada,” tambahnya.

“Beberapa daerah di Sultra sepanjang perjalanan saya berdiskusi dengan pengepul bahkan pengusaha perikanan yang cukup sukses, sangat sulit kita temui yang memiliki latar belakang perikanan dan kelautan,” lanjut Arwan.

Dia melihat itu seperti di Kecamatan Kolono Timur. “Terdapat pengusaha perikanan yang sukses berlatar belakang Sarjana Pendidikan. Pertanyaannya, bukannya kalau sarjana Kelautan/Perikanan akan lebih hebat lagi?” katanya.

“Bahkan kalau lebih jauh lagi persentase lulusan SMP dan SMA jauh mendominasi bisnis dan investasi di bidang perikanan,” ucapnya.

Arwan berharap, hal ini harusnya sudah bisa dimulai saat di bangku kuliah atau harus ada fasilitasi dari kampus juga melalui serangkaian program-program kewirausahaan kelautan dan perikanan.

“Sementara di Pemerintah Provinsi, harus serius, harus punya road map yang jelas serta tidak asal bangun atau melibatkan tenaga kerja. Pastikan SDM setempat yang kompeten, dan punya komitmen jangka panjang,” tegasnya.

“Bisa kita bayangkan, kalau sarjana perikanan atau kelautan berlomba –lomba menjadi pengusaha perikanan dengan memanfaatkan ilmu dan pengalamannya selama berkuliah, pasti akan dahsyat,” ujarnya.

Menurut Arwan, ke depan, jika ini terwujud, pasti akan jarang kita temui adanya nelayan yang mengeluh kenapa udang Vaname mati mendadak.

“Kita pasti menemui petambak tangguh yang mampu menjelaskan terjadinya penurunan PH Salinitas dan lain sebagainya. Di sisi lain juga akan menjaga ekosistemnya karena memang itu tempat hidup dia dan lahan bisnisnya,” imbuhnya.

“Kita juga tidak akan mendengar penurunan kualitas ikan hasil tangkapan karena dikelola dengan pendekatan ilmu den teknologi. Sehingga, tidak ada solusi terbaik selain menyadari peluang kita menjadi businessman dan businesswoman di sektor perikanan dan kelautan yang sangat potensial ini,” tutupnya.

Kontributor: Jawadin

 

Related posts