Sah! Anas Iswanto Anwar Guru Besar Moneter Internasional Teranyar FEB Unhas

  • Whatsapp
Prof. Dr. Anas Iswanto Anwar, SE., MA., CWM., CRBC. (dok: Istimewa)

Kebijakan Moneter Global berfokus pada bagaimana bank sentral suatu negara mengatur suku bunga dan jumlah uang beredar untuk menjaga inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta stabilitas keuangan.

PELAKITA.ID – Jejaring pertemanan akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas, Anas Iswanto Anwar satu persatu memberi selamat. Mulai dari IKA Smansa Makassar hingga Ikafe Unhas.

“Selamat kepada kakanda Anas Iswanto Anwar, Alumni Smansa 82 atas diberikannya gelar Guru Besar Bidang Ekonomi Moneter Internasional.” Demikian ucapan Ketua IKA Smansa Makassar yang juga Bupati Barru, A. Ina Kartika Sari, Kamis, 27/3/2025.

Read More

Demikian pula ucapan selamat dari ketua Ikafe Hendra Noor Saleh dan Sekjen Mohammad Suaib Mappasila.  Semoga bahagia, semua bangga.

Wakil Dekat 3 FEB Unhas itu baru sama mendapat Surat Keterangan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi yang menyatakan bahwa Anas Iswanto Anwar telah memenuhi kompetensi kelayakan untuk kenaikan Jabatan Akademik Dosen ke tingkat Guru Besar atau Profesor dalam bidang Ekonomi Moneter Internasional.

Pria bernama lengkap Anas Iswanto Anwar Makkatutu itu lahir di Makassar pada 16 Mei 1963 dan saat ini berstatus sebagai Dosen Tetap di Universitas Hasanuddin. Resmi dan sah sudah dia menyandang Guru Besar FEB Unhas.

Sebelumnya, Anas menyelesaikan pendidikan tertinggi pada jenjang S3 di bidang Ekonomi Pembangunan dan sebelumnya menjabat sebagai Lektor Kepala sejak 1 Januari 2009.

Saat ini, ia telah mencapai pangkat Pembina Tingkat I (IV/b) yang mulai berlaku sejak 1 April 2024. Pengangkatan sebagai Guru Besar itu sesuai Nomor: 06631/B4/DT.04.01/2025 pada tanggal 26 Maret 2025 sebagai bukti sah atas kompetensi yang telah dipenuhi.

Tentang Ekonomi Moneter Internasional

Kepada Pelakita.ID, Anas Iswanto menerangkan bidang spesialisasinya. Dikatakan, Ekonomi Moneter Internasional merupakan cabang ilmu ekonomi yang membahas bagaimana sistem keuangan dan moneter beroperasi dalam skala global.

”Fokus utamanya adalah pada pergerakan uang, kebijakan moneter, nilai tukar, serta arus modal antarnegara. Semua faktor ini memiliki dampak langsung terhadap perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi suatu negara,” terangnya.

Dalam konteks globalisasi, sebut Anas, kebijakan moneter suatu negara tidak hanya berpengaruh di dalam negeri tetapi juga dapat memengaruhi stabilitas ekonomi negara lain.

”Keputusan bank sentral di negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, sering kali memiliki efek domino terhadap negara-negara lain melalui perubahan suku bunga, inflasi, dan nilai tukar mata uang,” jelasnya.

Ditambahkan Anas, dalam studi Ekonomi Moneter Internasional, terdapat beberapa dimensi utama yang perlu diperhatikan.

”Sistem Moneter Internasional adalah aturan dan kebijakan yang mengatur nilai tukar mata uang dan sistem pembayaran antarnegara. Contohnya adalah sistem standar emas, Bretton Woods, hingga sistem nilai tukar mengambang yang digunakan saat ini,” tambahnya.

Sementara, Kebijakan Moneter Global berfokus pada bagaimana bank sentral suatu negara mengatur suku bunga dan jumlah uang beredar untuk menjaga inflasi, pertumbuhan ekonomi, serta stabilitas keuangan.

”Salah satu contohnya adalah kebijakan suku bunga The Fed (bank sentral AS) yang sering kali memengaruhi nilai tukar dolar dan berdampak pada ekonomi negara berkembang,” ungkapnya.

Anas menyebut, dimensi lainnya adalah nilai tukar dan pergerakan mata uang, yang mempelajari bagaimana nilai tukar ditentukan dan bagaimana fluktuasinya dapat memengaruhi ekonomi suatu negara.

”Sebagai contoh, ketika rupiah melemah terhadap dolar AS, biaya impor akan meningkat, tetapi daya saing ekspor Indonesia bisa membaik.  Selain itu, arus modal internasional juga menjadi faktor penting, yang mencakup investasi asing langsung (FDI) dan investasi portofolio,” paparnya.

Investasi asing ke Indonesia atau pembelian obligasi pemerintah oleh investor global adalah contoh nyata dari pergerakan modal internasional.

Anas menyatakan, dalam konteks perdagangan global, keseimbangan neraca pembayaran menjadi indikator penting untuk melihat kesehatan ekonomi suatu negara.

Jika impor lebih besar dari ekspor, maka akan terjadi defisit neraca perdagangan, yang bisa berdampak pada stabilitas nilai tukar.

”Sementara itu, krisis keuangan global juga menjadi bagian dari studi Ekonomi Moneter Internasional, mengingat dampaknya yang luas terhadap perekonomian dunia,” ujarnya.

”Krisis keuangan Asia 1997, misalnya, menunjukkan bagaimana spekulasi terhadap baht Thailand memicu depresiasi besar-besaran mata uang di Asia Tenggara, termasuk rupiah, yang akhirnya menyebabkan resesi ekonomi di banyak negara,” tambahnya.

Dalam praktiknya, sebut Anas, ekonomi moneter internasional memiliki banyak contoh konkret. Kebijakan suku bunga The Fed sering kali menjadi acuan bagi negara lain.

”Ketika The Fed menaikkan suku bunga, dolar AS menguat, menyebabkan mata uang negara berkembang melemah.  Hal ini berimbas pada peningkatan biaya impor, tetapi juga dapat menguntungkan sektor ekspor,” imbuhnya.

”Selain itu, fenomena perang mata uang (currency war) juga sering terjadi, di mana suatu negara sengaja melemahkan mata uangnya untuk meningkatkan daya saing ekspor. China, misalnya, pernah melakukan devaluasi yuan guna mendukung industri ekspornya,” ujar Anas.

Menurut Anas, integrasi ekonomi dan moneter juga bisa dilihat dari pembentukan Uni Eropa, yang memperkenalkan euro sebagai mata uang tunggal untuk meningkatkan stabilitas perdagangan antarnegara di kawasan tersebut.

”Kebijakan moneter di wilayah ini sepenuhnya dikendalikan oleh Bank Sentral Eropa (ECB). Di sisi lain, peran Dana Moneter Internasional (IMF) juga sangat penting dalam menjaga stabilitas moneter global,” tambahnya.

Hanya saja, lanjut Anas, IMF kerap memberikan pinjaman dan bantuan kebijakan moneter kepada negara-negara yang mengalami krisis ekonomi, seperti yang terjadi dalam bailout Yunani saat krisis utang Eropa.

”Dari semua aspek tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ekonomi Moneter Internasional memainkan peran penting dalam memahami hubungan ekonomi antarnegara,” jelasnya.

Konteks Indonesia

Dikatakan Anas, globalisasi telah membuat kebijakan moneter suatu negara memiliki konsekuensi yang jauh lebih luas daripada hanya dalam lingkup domestik.

”Dengan pemahaman yang baik tentang pergerakan uang, nilai tukar, dan arus modal internasional, suatu negara dapat menyusun kebijakan ekonomi yang lebih adaptif dan stabil dalam menghadapi dinamika perekonomian global,” ujarnya.

Anas kembali menegaskan bahwa sesungguhnya, setiap negara memiliki bank sentral dengan tiga tugas utama: kebijakan moneter (inflasi), sistem pembayaran, dan pengawasan.

Ilustrasi

”Namun, tidak semua negara menempatkan ketiga tugas tersebut di bawah bank sentral.  Di Indonesia, awalnya ketiga fungsi ini berada di Bank Indonesia (BI), tetapi kemudian fungsi pengawasan dipisahkan dan dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” terangnya.

Kata Anas, sistem moneter internasional bervariasi antar negara, termasuk pergerakan nilai tukar dan arus modal, yang sangat dipengaruhi oleh suku bunga domestik.

”Suku bunga dalam negeri cenderung menyesuaikan dengan suku bunga luar negeri, terutama dari Amerika Serikat (AS),” sebutnya.

Selain itu, tambahnya, kebijakan moneter yang berpihak pada UMKM berperan besar dalam kemajuan sektor ini di berbagai negara.

”Dukungan terhadap UMKM dapat meningkatkan daya saing produk dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indonesia perlu memperhatikan hal ini agar UMKM dapat berkembang lebih pesat,” lanjutnya.

Anas mengaku beruntung sebab selama ini ada Mata Kuliah Ekonomi Moneter Internasional diampunya.

”Ditambah dengan beberapa riset saya yang membandingkan kebijakan moneter di berbagai negara. Hal ini memperkaya pemahaman saya tentang bagaimana kebijakan moneter memengaruhi perekonomian global,” pungkasnya.

Editor: Denun

 

 

 

 

Related posts