Penemuan itu mengguncang keyakinannya hingga ia mengakui bahwa Al-Qur’an bukanlah karya manusia.
PELAKITA.ID – Di antara deretan kitab suci yang pernah turun ke bumi, hanya satu yang tetap utuh, tak berubah satu huruf pun sejak pertama kali diturunkan: Al-Qur’an. Ia bukan sekadar kitab agama, tetapi mukjizat abadi yang terus berbicara kepada manusia lintas generasi.
Keajaibannya tidak hanya dirasakan secara spiritual, tetapi juga terbukti dalam dunia ilmu pengetahuan.
Jika mukjizat para nabi terdahulu hanya dapat disaksikan oleh umat di zamannya, Al-Qur’an adalah mukjizat yang dapat diuji kapan saja dan oleh siapa saja. Tak sedikit ilmuwan yang menemukan cahaya kebenaran dalam ayat-ayatnya hingga akhirnya bersyahadat.
Dr. Maurice Bucaille, seorang dokter Prancis, takjub saat meneliti jasad Firaun yang diawetkan. Ia menemukan bahwa Firaun mati tenggelam, persis seperti yang diabadikan dalam Al-Qur’an (QS. Yunus: 92).
Penemuan itu mengguncang keyakinannya hingga ia mengakui bahwa Al-Qur’an bukanlah karya manusia.
Bukti kemukjizatan Al-Qur’an juga tampak dalam berbagai ilmu modern. Ayat-ayat tentang embriologi yang diungkap 1.400 tahun lalu (QS. Al-Mu’minun: 12-14) baru bisa dibuktikan oleh ilmu kedokteran abad ke-20.
Ilmuwan seperti Dr. Keith Moore, seorang ahli embriologi terkemuka, mengakui bahwa pengetahuan dalam Al-Qur’an tak mungkin berasal dari manusia di era Nabi Muhammad.
Bukan hanya sains, inspirasi Al-Qur’an juga mengajarkan pola hidup sehat yang terbukti bermanfaat bagi tubuh. Konsep tahajud yang dianjurkan dalam Al-Qur’an kini terbukti sebagai terapi ketenangan jiwa dan peningkatan imunitas tubuh.
Pola makan yang diatur dalam Islam—seperti tidak berlebihan (QS. Al-A’raf: 31), mengonsumsi madu sebagai obat (QS. An-Nahl: 69), serta anjuran puasa—semakin banyak dibuktikan manfaatnya dalam dunia medis. Ilmu modern kini mengakui bahwa puasa dapat meningkatkan metabolisme, memperbaiki sel tubuh, bahkan memperpanjang umur.
Tak heran jika semakin banyak ilmuwan dan cendekiawan yang akhirnya berislam setelah meneliti keajaiban Al-Qur’an. Mereka yang awalnya skeptis justru menemukan bahwa kitab ini bukan sekadar bacaan, tetapi pedoman hidup yang menyimpan rahasia besar tentang alam semesta dan manusia.
Namun, betapa banyak di antara kita yang telah memiliki mukjizat ini, tetapi membiarkannya tersimpan di rak, menjadi pajangan tanpa pernah dibuka dan dihayati? Padahal, Al-Qur’an bukan sekadar untuk dibaca, tetapi untuk diresapi, diamalkan, dan dijadikan jalan hidup.
Ia bukan hanya pelipur lara, tetapi juga peta menuju kebahagiaan sejati.
Jika dunia menawarkan ketidakpastian, Al-Qur’an adalah kepastian yang tak tergoyahkan. Jika ilmu pengetahuan terus berkembang, Al-Qur’an telah lebih dulu mengungkap kebenaran yang baru disadari manusia ribuan tahun kemudian.
Inilah mukjizat yang tak terbantahkan, bukti cinta Ilahi bagi mereka yang mau berpikir.
Maka, jangan biarkan cahaya ini hanya menjadi simbol tanpa makna.
Mari hidup dalam naungannya, membacanya dengan hati, memahaminya dengan akal, dan mengamalkannya dengan tindakan. Sebab, di dalam Al-Qur’an bukan hanya ada petunjuk, tetapi juga kehidupan—kehidupan yang penuh berkah, kebijaksanaan, dan keabadian.
Wallahu A’lamu Bissawaab.
___
Penulis Muliadi Saleh, adalah Alumni Pesantren IMMIM, Pengurus DPP IAPIM, Ketua DKM Masjid Fatimah.