PELAKITA.ID – Kota Ternate adalah kota kecil yang menyimpan begitu banyak cerita, sejarah, dan perubahan dari masa ke masa.
Dalam buku terbarunya, intelektual produktif asal Maluku Utara, Herman Oesman, mengajak kita untuk menyusuri jejak kota ini, menyingkap berbagai aspek yang membentuk wajah Ternate saat ini.
Buku ini bukan sekadar kumpulan tulisan, tetapi sebuah perjalanan literasi yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan kemungkinan masa depan kota ini.
Saat membaca halaman demi halaman, kita seolah berjalan di lorong waktu, mengunjungi tempat-tempat bersejarah dan memahami dinamika sosial yang terus berkembang.
Salah satu bab yang menarik perhatian saya adalah Bab 14, yang mengisahkan perjalanan dari Banteng Oranye hingga Kota Baru. Ini bukan sekadar cerita biasa, melainkan kisah yang memiliki resonansi pribadi bagi saya.
Sebagai seseorang yang pernah tinggal di Benteng Oranye karena keluarga saya adalah bagian dari Brimob, saya merasakan bagaimana perubahan terjadi dari dekat.
Pindah dari Benteng Oranye ke Kompleks Pohon Pala, lalu ke Kota Baru, memperlihatkan bagaimana ekologi dan ruang hidup manusia saling beradaptasi.
Di setiap tempat ini, terdapat jejak ekologi yang menjadi penciri khas. Nama-nama seperti Kompleks Pohon Pala memiliki sejarah tersendiriāsebuah pelajaran besar bagi kita tentang bagaimana identitas kota terbentuk.
Tulisan lainnya di siniĀ
Apakah kita bisa menjawab dengan baik jika anak-anak kita bertanya, mengapa sebuah pemukiman disebut demikian?
Begitu pula dengan fenomena estuari yang terbentuk oleh cekungan tangkapan air atau catchment area. Kita bisa melihat bagaimana manusia mengubah ruang: menimbun empang, mendirikan rumah, lalu menamainya sebagai Kota Baru.
Buku ini mengajak kita untuk merenung dan memahami bagaimana kota ini terus berkembang dengan berbagai dinamika sosial, ekologis, dan ekonomi.
Lebih dari sekadar sejarah dan penanda kota seperti landmark, icon, atau bahkan trademark, buku ini memberikan wawasan bagi generasi mendatang. Ia menjadi benchmarking yang sangat baik dalam memahami perubahan kota serta sebagai referensi dalam menatap masa depan perkotaan.
Herman Oesman berhasil menyajikan narasi ini dengan apik dan menarik, membuat kita semakin memahami Kota Ternate dari sudut pandang yang lebih luas dan mendalam.
Buku ini benar-benar layak dibaca, tidak hanya oleh warga Ternate, tetapi oleh siapa saja yang peduli pada perubahan kota dan ekologi sosialnya.
____
Ditulis oleh Assoc. Prof. Dr. Ir. Muhd Nur Sangadji, DEA, Kepala PPLH Universitas Tadulako, Penasehat Management Perkotaan (Urban Management Advisory/UMA), Program City Development Strategy (CDS) – UNDP, 2002-2003.