Menjawab Rasa Penasaran pada Keluarga Kalla

  • Whatsapp
Silaturahmi penulis dengan Keluarga Smansa 91, Mohammad Zuhair Kalla, ujung kanan (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Saya dibuat penasaran oleh Mohammad Zuhair Kalla, ketua IKA Smansa 91 Makassar.  “Yang kita share itu banyak salah, banyak yang perlu diluruskan.”

Kurang lebih seperti itu jawabannya saat dia membaca postingan saya tentang Fatimah Kalla dan keluarga besar Haji Kalla di grup Pengurus Pusat IKA Smansa.

Sebelumnya saya menulis tentang Fatimah Kalla, susunan putra-putri Haji Kalla dan Hj Athirah, kakek-nenek Zuhair. Tulisan tentang itu dijawab oleh Zuhair yang juga ada di WAG Pengurus Pusat IKA Smansa Makassar.

Read More

“Ketemuki, ngopi.”  Itu lanjutannya.

Ahad pagi jelang siang, atau sekitar pukul 10.00 Wita. Dia menyapa via WA.

“Posisi?”

“Tamarunang, belum mandi.”

“Bisa datang ke Hai Hong 30 menit ke depan.” Tulis Direktur Eksekutif Yayasan Hadji Kalla itu.

Saya bergegas mandi lalu mengajak istri. Maksudnya, mengajak ikut ke Hai Hong. Dia sedang buat sayur kesukaan: selada bening tumis.

Penulis bersama Mohammad Zuhair Kalla bersongkok motif merah (dok: Istimewa)

Kami berangkat pukul 10.30, antara perasaan was-was dan optimis bahwa Zuhair akan menunggu saya atau dia beranjak pergi. Saya juga keliru, rupanya mobil kami ke Koheng. Yang betul Hai Hong Pelita.

“Kebiasaan, selalu gitu, tidak fokus,” seru istri.

Lega, pukul 11.15, Zuhair dan sejumlah teman angkatannya masih menyudut di Lantai 2 Hai Hong Pelita.

Di sana ada Ego, ada pula Labbank. Dua sosok ini intens komunikasi dengan penulis.

Beberapa yang lain wajahnya familiar, semacam backbones 91.

Ada banyak topik perbincangan dengan Zuhair. Tentang keluarga Kalla, mulai dari yang sulung, hingga si bungsu Fatimah Kalla yang saya tulis di sini.

“Saya juga terus terang tidak pernah tanya, siapa gerangan nama ibuta,” kataku ke Zuhair. Dia tersenyum.

“Kalau ibu saya sudah meninggal, namanya Zohrah Kalla,” kata Zuhair yang merupakan cucu pertama lak-laki dari Haji Kalla dan Hj Athirah ini.

Ibunda Zuhair, Zohrah Kalla disebut telah wafat, sama halnya dengan Saman Kalla.

Informasi Pelakita.ID terkait Mohammad Zuhair Kalla dapat dibaca di link ini

Tentang Fatimah Kalla versi Pelakita dapat di baca di sini.

Urutan anak-anak Ibu Athirah

Sebelumnya, penulis browsing sejumlah link berita terkait anak-anak pasangan Haji Kalla dan Hj Athirah.  Awalnya sebagai rasa penasaran tentang kontribusi sosial Keluarga Kalla melalui perusahaan dan organisasi seperti Ikatan Keluarga Alumni Unhas dan Smansa Makassar.

Sebagai pengurus pusat IKA Smansa Makassar, penulis merekam keaktifan dan peran serta keluarga Kalla.

“Di Smansa 81 ada Ibu Fatimah Kalla, di Smansa 86 ada Kak Lisa Kalla, di Smansa 91 ada Zuhair sebagai ketua, di Smansa 94 ada Solihin Kalla, ini luar biasa,” kata penulis saat bersua Zuhair dan kolega 91 itu.

Penulis juga gamang dengan susunan putra-putra Haji Kalla dan Athirah.

Ada sejumlah dengan urutan yang tidak jelas termasuk siapa yang sudah mangkat, penulis penasaran dan rupanya Wikipedia atau bahkan portal berita seperti Kompasiana tidak sepenuhnya bisa diandalkan.

Di internet penulis mendapat informasi:

….di Makassar pula, delapan anak Hadji Kalla dan Athirah lahir, melengkapi tiga anak yang sebelumnya lahir di Watampone sehingga semuanya berjumlah 10 orang: Nuraini Kalla, Muhammad Jusuf Kalla, Zohrah Kalla, Salman Kalla, Achmad Kalla, Suhaely Kalla, Ramlah Kalla, Halim Kalla, Faridah Kalla, dan Fatimah Kalla. 

Ada beberapa hal yang perlu dibetulkan seperti penulisan nama dan urutannya.  Nuraini atau Nurani, Zaman atau Salman. Fatimah, bungsu atau bukan. Begitu yang penulis khawatirkan.

Setelah crosscheck ke sejumlah kolega dan ‘orang dalam Kalla Group’, saya akhirnya menemukan urutan dan penamaan yang betul.

Ini adalah urutan yang betul dari putra-putri Haji Kalla dan Hajjah Athirah. Nuraini Kalla, Muhammad Jusuf Kalla,  Zohrah Kalla, Saman Kalla, Achmad Kalla, Suhaely Kalla,  Ramlah Kalla, Halim Kalla, Faridah Kalla, dan Fatimah Kalla.

Saya beruntung karena Zuhair mengirimkan foto terbaru kebersamaan putra-putri Kalla dan Athirah tersebut.

Lalu saya bergerilya mencari tahu urutan nama dari kiri ke kanan. Saya jadi tahu seperti apa penampilan Suhaeli Kalla, Ramlah Kalla, Nurani Kalla, Fatimah Kalla. Achmad Kalla hingga Faridah Kalla pada satu frame. Untuk alasan tertentu foto tidak perlu saya share di sini.

Bertemu Lisa Kalla dan kolega seangkatan di Maros (dok: Pelakita.ID)

Dari foto itu, saya menyimpulkan sejumlah makna, tentang kebersamaan Keluarga Kalla.

Sejumlah sumber menyebut nama Adwiyah Syatha sebagai istri kedua Haji Kalla, salah satu anaknya adalah Natsir Kalla, suami Rektor Unhas 2 periode, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu.

Penulis dan Natsir Kalla pernah sekelas pada Magister Manajemen FE Unhas Baraya pada 2009 hingga 2011.

Cerita Zuhair

Saya mendengar nama-nama seperti Nuraini Kalla, Muhammad Jusuf Kalla, Zohrah Kalla, Zaman Kalla, Achmad Kalla, Suhaely Kalla,  Ramlah Kalla, Halim Kalla, Faridah Kalla, dan Fatimah Kalla dari Zuhair.

Ibunda Zuhair bernama Zohrah. “Ibu meninggal belum terlalu lama,” kata Zuhair.

Dia juga menceritakan posisinya di keluarga Kalla. Baik di PT Makassar Raya Motor yang berbisnis monil Daihatsu, Yayasan Kalla, tentang LAZIS, manajemen Yayasan, hingga bisnis baru Kalla pada nikel.

“Yayasan Kalla itu sudah ada sejak 80-an, setelah Pak JK, lalu masuk Ibu Ima,” kata pria yang kini bertangugng jawab untuk operasional Yayasan Kalla ini.

Zuhair bicara tentang manajemen usaha, pengambilan Keputusan dan peran strategis dari sosok seperti Solihin Kalla.

Dia juga menceritakan bagaimana Kalla fokus pada pendidikan, pada pembangunan keagamaan, perannya di Makassar Raya Motor yang eksis di tiga provinsi Sulsel, Sulteng dan Sultra.  Juga tentang bagaimana menentukan posisi perusahaan tumbuh di tengah suasana politik sebagai hal niscaya.

Linimasa Bisnis Kalla

Informasi tentang sejarah, sepak terjang bisnis keluarga Kalla sudah banyak dibagikan di jaga maya.

Kompas misalnya, menyebut Kunci Sukses Berpuluh Tahun KALLA, berawal dari Kegigihan Hadji Kalla.

1937, Hadji Kalla menikah dengan Athirah. Setahun setelahnya, ia membeli sepetak toko di Pasar Bone. Toko “Sederhana”. Diapun dikenal sebagai saudagar tekstil di Bone.

1951, Hadji Kalla dan Athirah mengajak anak keduanya, Jusuf Kalla, ke Makassar. Sempat kena krisis, untuk menyelamatkan usaha dan keluarganya, Hadji Kalla terpaksa menjual Toko Sederhana.

1952, Kalla mendirikan Namlozee Venonchap (NV) Hadji Kalla Trading Company. Inilah cikal bakal KALLA dan menjalankan usaha di bidang perdagangan, tekstil, ekspor dan impor, serta jasa transportasi lalu merambah usaha impor besi, semen, susu, dan penyedia layanan transportasi.

1959, NV Hadji Kalla Trading Company kembali terguncang karena adanya kebijakan pemotongan nilai mata uang (sanering) untuk mengatasi inflasi yang terjadi di Indonesia saat itu.

Peraturan tersebut dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia yang menjabat kala itu, yaitu Soekarno.

Haji Kalla dan Hj Athirah (dok: Kalla Group)

1967, Hadji Kalla menyerahkan kepemimpinan bisnisnya kepada Jusuf Kalla. Saat itu, Jusuf Kalla sudah lulus kuliah dari Universitas Hasanuddin.

Jusuf Kalla memperluas jangkauan NV Hadji Kalla Trading Company dengan mengimpor produk otomotif. Jusuf Kalla berhasil menjadikan NV Hadji Kalla Trading Company sebagai importir produk Toyota.

1969, Jusuf Kalla bersama beberapa rekannya mendirikan perusahaan kontraktor sipil bernama PT Bumi Karsa.

Pada dekade pertama memimpin NV Hadji Kalla Trading Company, Jusuf Kalla telah mendirikan 10 perusahaan baru. Beberapa di antaranya adalah PT EMKL Kalla Raya, PT Bukaka Agro, dan PT Bukaka Meat.

Jusuf Kalla ketiga dari kiri bersama kolega saat mulai mengelola langsung perusahaan setelah diberikan kepercayaan penuh  oleh ayahnya Haji Kalla (dok: Kalla Group)

1984, Jusuf Kalla mendirikan Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Islam Hadji Kalla. Yayasan ini dibangun untuk menangani kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan.

Pada periode yang sama, NV Hadji Kalla Trading Company merambah ke bisnis penyedia transportasi dan jasa logistik melalui PT Jelajah Laut Nusantara.

1990-an, NV Hadji Kalla mendirikan PT Baruga Asrinusa Development dan Sahid Makassar Persada. Kedua perusahaan ini fokus pada pembangunan permukiman dan hotel besar di Makassar.

1999, kepemimpinan Jusuf Kalla digantikan oleh adik perempuannya, Fatimah Kalla.  Pada masa itu, Jusuf Kalla diangkat sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia.

2014-2019, Jusuf Kalla sebagai wapres ke-10 mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia kembali menjadi wapres ke-12 periode 2014-2019 mendampingi Presiden Joko Widodo.

2000-an, NV Hadji Kalla Trading Company bertransformasi menjadi KALLA di bawah kepemimpinan Fatimah Kalla.

Bisnisnya pun terus berkembang ke berbagai bidang.

Hingga saat ini, KALLA telah terlibat dalam delapan bidang usaha inti, yaitu otomotif, transportasi dan logistik, land and property, hospitality, konstruksi, manufaktur, energi, serta pendidikan. KALLA juga memiliki 24 subunit bisnis di berbagai sektor.

Editor: Denun

Related posts