Wawancara PELAKITA: Persentase kemiskinan Lutra menurun: Indah Putri Indriani

  • Whatsapp
Penulis bersama Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani dan Bupati sebelumnya, Arifin Junaidi (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID –  Pelakita.ID yang ikut rombongan Ketua IKA Unhas Wilayah Sulawesi Selatan bersilaturahmi ke Bupati Lutra memanfaatkan kesempatan bertanya terkait kemiskinan yang membelit Lutra.

“Siapa bilang? Betulkah BPS bilang Luwu Utara termiskian di Sulsel?” balas Bupati Indah Putir dengan mata tajam.

“Statistik,” balas Pelakita.

Read More

“Betulkah BPS bilang Luwu Utara paling miskin?” balasnya. “

Tidak kan?” tambahnya.

Statisik menyebut ada 42 ribu orang miskin di Luwu Utara atau masuk ke dalam lima kabupaten dengan persentase orang miskin tinggi. Sekali lagi, persentse.

Bandingkan dengan misalnya Bone yang disebut jumlah orang miskinnya mencapai 80-an ribu orang pada momentum yang sama.

Membaik

Menurut Indah, kalau pakai standar IPM., arau indeks pembangunan manusia, prestasi Lutra terus meningkat.  Pertumbuhan ekonomi pun meningkat dari dari 3,90 persen tahun 2021 meningkat menjadi 5,45 persen tahun 2022.

Tokoh Luwu Raya Ir H. Majid Tahir bersama Ketua IKA Unhas Sulsel, Moh Ramdhan Pomanto dan Bupati Indah Putri Indriani (dok: Pelakita.ID)

Dia menyebut meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dari tahun ke tahun dan pertumbuhan ekonomi yang juga terus membaik bermuara pada penurunan angka kemiskinan dan juga pengangguran.

“Ada peningkatan IPM dan jumlah orang miskin. Kalau angka 42 ribu harus dilihat dari waktu ke waktu,” ujarnya ke Pelakita.ID yang menanyakan langsung pendapatnnya tentang klaim bahwa Luwu Utara masuk 5 besar kabupaten miskin di Sulsel.

Dia menyebut hingga 2022, pemerintah daerah telah mampu memperbaiki sejumlah indikator.

“IPM membaik, ada peningkatan kualitas hidup manusia dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia menjadi menjadi 70,51 tahun 2022,” ucapnya. Dia menyebut ada kenaikan 0,3.

Pada kesempatan yang sama dia mengungkapkan ada pertumbuhan ekonomi. Penurunan tingkat kemiskinan menjadi sekitar 13 persen.

Penelusuran Pelakita menyebutkan, pertumbuhan ekonomi naik dari 3,90 persen tahun 2021 meningkat menjadi 5,45 persen tahun 2022.

Pertumbuhan ekonomi ini turut mempengaruhi penurunan tingkat kemiskinan dari 13,59 persen tahun 2021 menurun menjadi 13,22 persen tahun 2022. Sementara PDRB perkapita meningkat dari 44,33 juta tahun 2021 menjadi 48,96 juta tahun 2022.”

Selain penurunan angka kemiskinan, meningkatnya IPM dan pusitifnya pertumbuhan ekonomi berdampak besar pada penurunan angka pengangguran 3,91 persen tahun 2021 menjadi 2,81 persen tahun 2022.

Tentang jumlah orang miskin di Lutra

Dia tidak menampik bahwa persoalan kemiskinan memang selalu dikaitkan ke Lutra.

“Saya juga tidak tahu mengapa selalu kita, tapi saya tidak peduli. Kami bekerja saja,” ucap alumni Hubungan Internasional Fisip Unhas angkatan 1995 ini.

“Saya membaca banyak berita, banyak kritik terkait itu. Kalau soal jumlah itu, begitu adanya tetapi kan ini tidak bisa dilepaskan dari sejumlah hal,” ucapnya di depan Ketua IKA Universitas Sulsel, Moh Ramdhan Pomanto dan mantan Bupati Arifin Junaidi.

Ada beberapa pandangan Indah terkait fenomena kemiskinan di Luwu Utara yang Pelakita.ID garis bawahi.

“Yang pertama ini mesti dipahami bahwa daerah kami luas dan jumlah penduduk tak sebanyak kabupaten lain,” ucapnya.

Kabupaten Luwu Utara terdiri dari 15 kecamatan, 7 kelurahan dan 166 desa. Pada tahun 2017, kabupaten ini memiliki luas wilayah 7.502,58 km² dan jumlah penduduk sebesar 364.828 jiwa.

Bandingkan dengan Bone yang sudah mencapai penduduk 800 ribu jiwa.  Dengan luas wilayah sekitar 4.559,00 km2, rata‐rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bone adalah 162 jiwa/km2.

Indah menyebut ada beberapa pekerjaan atau bidang pembangunan yang bukan menjadi domainnya, seperti jalan raya dan pembangunan infrastruktur lain.

“Sebaran warga ada di beberapa titik jauh, akses terbatas dan ini yang menjadi salah satu penilaian orang termasuk Statistik,” ucap dia.

“Yang kedua adalah kami ada banyak warga pendatang, para pekerja kebun, atau pedagang seperti kakao asal Soppeng dan sekitarnya, termasuk dari Toraja,” tambahnya.

Menurut Indah, para pekerja ini menjadikan Luwu Utara sebagai ladang usaha namun kembali ke daerah asal dengan membawa hasil, komoditi dan uang.

Indah bilang, rumah-rumah mereka seadanya dan kadang tak terurus layaknya rumah warga tempatan karena hanya digunakan saat menanam atau panen komoditi.

Dia tak menampik bahwa bisa saja, rumah-rumah dan segala kondisinya itu akan jadi indikator statistik.

Ada beberapa hal lain juga yang perlu menjadi perhatian terkait pengelolaan sumber daya Luwu Utara yang disebut Indah sebagai kaya, banyak lokasi tambang, dan sumber komoditi kehutanan dan perkebunan yang luar biasa besar.

Bagi Indah membincang dimensi keekonomian seperti itu tidak bisa dilepaskan dari kewenangan daerah kabupaten.

Dia menyebut sebagai Bupati, ada keinginan besar untuk bisa berperan di situ.  Termasuk membangun secara maksmal daerah seperti Seko, pedalaman, pesisir, dan sekitarnya.

“Tap ikan kita sudah tahu semua bahwa area itu adalah kewenangan Pusat atau provinsi, seperti sungai dan kehutanan, bahkan laut,” imbuhnya.

Ketua IKA Unhas Sulsel Moh Ramdhan Pomanto mengajak alumni Unhas di Lutra untuk bersama Pemda dan stakeholder lain membangun Lutra (dok: Pelakita.ID)

Kemiskinan menurun

Pembacaan Pelakita.ID, sejak 1999, saat Luwu Utara baru terbentuk, tingkat kemiskinan memang sudah sangat tinggi.

Tahun 2004, tingkat kemiskinan Luwu Utara 14,70 persen, tahun 2013 (15,52 persen), tahun 2009 (16,40 persen) dan tahun 2008 berada pada persentase tertinggi 18,38 persen.

Sejak Indah Putri Indriani jadi Bupati Luwu Utara, tingkat kemiskinan di Luwu Utara berhasil ditekan secara beruntun selama 5 tahun terakhir, dengan kata lain sejak 2016  hingga 2020 angka kemiskinan selalu turun. Dari tahun 2016 berada pada kisaran 14,38 persen, turun menjadi 14,33 persen di tahun 2017.

Pada 2018, kembali ditekan turun secara signifikan menjadi 13,69 persen. Selanjutnya, pada 2019, kembali turun menjadi 13,60 persen dan pada 2020, tingkat kemiskinan Luwu Utara menyentuh level terendahnya sepanjang sejarah terbentuknya Luwu Utara, yaitu 13,41 persen.

Indah menyebut pengentasan kemiskinan di Luwu Utara telah dilakukan melalui sejumpah program.  Ada banyak penghargaan terkait prestasi bidang pendidikan, pengelolaan kesehatan.

“Kami ada banyak penghargaan terkait penanganan isu kesehatan, isu pendidikan, kemiskinan pun sudah kita tekan,” jelasnya.

“Ada penutunan angka kemiskinan dalam lima tahun terakhir. Selebihnya untuk lebih memaksimalkan upaya penurunan itu, marilah kita sesama IKA Unhas saling bantu, bukan sebailnya,” tutupnya.

Pelakita.ID pamit dengan puas bersama rombongan IKA Unhas Sulsel.

Ada dua alasan, pertama karena sudah mendengar langsung jawaban Bupati Luwu Utara terkait isu kemiskinan dan yang kedua kenyang setelah menikmati kapurung berisi daging ayam kampung dan ikan bale cambang dari anak Sungai Rongkong.

Thank you, Ibu Indah!

 

Penulis: K. Azis

 

Related posts