Bincang Daring WAG KAU, Terpolitisasi dan terlibat Organda, mahasiswa perlu kanal penyaluran kreativitas

  • Whatsapp
Salahuddin Alam Dettiro (dok: Pelakita.ID)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Direktur IKA Unhas, Salahuddin Alam Dettiro, alumni Fakultas Sastra Unhas yang mengaku masuk ke Tamalanrea pada tahun 1987 butuh waktu 9 tahun untuk menyelesaikan studinya.

Dia menceritakan itu saat membagikan pengalaman dan perspektifnya pada Bincang Daring WAG Kolaborasi Alumni Unhas yang bertema Arah Pergerakan Mahasiswa, Jejaring Alumni dan Unhas bersama Prof JJ.

Dia sedia berbagi pandangan dan masukan terkait bagaimana sebaiknya Unhas ke depan bersama beberapa alumni Unhas seperti Mulawarman, Arqam Azikin, Maqbul Halim, Mappabali, Suaib Mappasila, Taswin Munir hingga Aslan Abidin.

Read More

Mahasiswa berpolitik

“Seperti apa dunia kemahasiswaan tahun 90-an, sebenarnya kurang lebih sama. Ada peminumnya, ada juga yang bikin karya ilmiah yang bagus. Ada yang berkesenian, ada berolahrraga, relatif sama,” jelasnya.

Menurutnya, yang membedakan adalah kondisi eksternalnya dimana saat dia mahasiswa, partai politik yang ada cuma ada tiga dan belakangan ini semakin banyak partai dan menyeret mahasiswa benam di dalamnya.

“Bahwa elemen mahasiswa banyak juga yang terlibat di politik, mereka punya afiliasi dari luar, sudah banyak warna dan dan visi misi sendiri,” ungkap Dettiro.

Hal lain yang juga disampaikan olehnya adalah saat ini sudah banyak berkembang pemikiran ‘kiri’ di Unhas.

“Sekarang sudah banyak organisasi kiri di kampus, kalau jalan-jalan ke kampus, kita bisa lihat logo PKI, juga di sekitar kampus,” ucapnya.

Meski demikian, dia menyebut itu sebagai hal menarik sebagai pergulatan intelektual.

“Sah sah saja hanya saja Unhas, Fakultas, Departemen harus mampu mengelola situasi itu,” ujarnya. Dia menyebut itu sebagai dInamika. Hal sama juga terjadi di Mahasiswa Pencinta Musalla atau MPM.

Di organisasi itu kelompok Wahdah, ada kelompok Salafi Saudi hingga belakangan ada masuk kelompok Syiah.

“Yang saya mau bilang pimpinan kampus terutama kemahasiswa harus punya pola penyaluran pembinaan, untuk dibuatkan kanal-kanal ke mahasiswa agar mereka tersalurkan,” imbuhnya.

“Sepanjang tidak melanggar kode etik.”

Marak Organda

Hal lain yang juga menjadi cermaan Dettiro terkai situasi kemahasiswaan kini di Unhas adalah maraknya Organda atau Organisasi Daerah.

“Belakangan semakin banyak Oganda dari daerah, ini juga banyak memicu situasi-situasi panas, membawa-bawa nama fakultas, membawa nama kampung dan dilabeli fakultas A, B,” katanya.

Terkait adanya pertemuan antara mahasiswa dari FIIKP dan Peternakan, Dettito menyebut itu sebagai insiiatif Ketua Umum PP IKA Unhas – Andi Amran Sulaiman – yang menawarkan duduk bersama sembari buka puasa untuk mendengarkan cerita mahasiswa.

“Mereka diajak tanpa membawa embel-embel BEM dan lain-lain,” ucapnya.

Yang disampaikan mahasiswa menurut Dettiro adalah bahwa mereka butuh suasana bermain, cair. “Mereka butuh ruang dan panggung untuk mengapresiasi mereka,” jelas Dettiro.

Dia menyebut suasana seperti itu harusnya menjadi perhatian dan bisa disalurkan melalui peran pimpinan universitas atau fakultas.

“Apalagi ada direktur baru Andi Akhmar, mantan WD3, terkait hubungan alumni dan pengembangan dana abadi Unhas,” tambahnya.

Hal lain yang juga ditekankannya adalah bahwa dengan adanya MWA sebagaimana menjadi pemberitaan, bisa juga diarahkan untuk membantu dalam pemenuhan dana abadi Unhas.  “Jadi kita butuh pihak eksternal, tidak semata internal.”

Dia juga mengutip polemik yang diutarakan Prof Dwia, tentang beberapa nama seperti Tony Wenas, Bahlil Lahadalia dan Arsyad Rasyid Kadin yang tidak ikut pertemuan, atau hadir belakangan.

“Ini juga contoh apakah tidak munckin ditunda agar pihak-pihak yang dianggap bisa bermitra dengan Unhas bisa masuk duduk bersama. Dalam suasana santai, sebelum membuat keputusan,” harapnya.

Meski demikian, dia menghargai perkembangan yang ada.

“Apapun saya kira, Unhas butuh eksternal untuk men-support pencapaian, Mas Menteri dengan program Merdeka Belajar itu kan sebelumnya alumni yang punya usaha yang baik akan dapat memagangkan adik-adik ke usahanya masing-masing,” ucapnya.

Dia memperjelas ini seperti ketika Ketua Umum PP IKA Unhas Andi Amran diajak oleh JK untuk tandang ke Fakultas Teknik Unhas.

“Ketika ketum diundang ke Fakultas Teknik Unhas di Gowa, ada 40 orang mahasiswa Fakultas Teknik untuk magang di perusahaan dan hal serupa juga di Fakultas Ekonomi,” jelasnya.

“Kalau ini dilakukan banyak alumni akan bisa tersalurkan  melalui program Merdeka Belajar, Kampus Merdeka itu,” tambahnya.

Dia juga mengaku tak mempersoalkan apakah kemahasiswaan ada pada WR1 atau WR3, yang penting ada kerangka kerj,a ada orientasi, ada keberlanjutan, dan buatkan program.

“Jadi ada yang bisa dislaurkan, program di kampus atau di luar kampus, selaku ketua MWA dan internal tapi inikan sudah ada keputusan dan berproses. Moga-moga yang terpilih id MWA bisa membangun sinergi internal dan eksternal,” harapnya.

Yang juga tak kalah penting menurut hemat Dettiro adalah peran Unhas dalam mewarani isu-isu nasional.

“Dari sisi akademik, saya belum tahu apakah Unhas ini sudah mengusul naskah akademik di Senayan yang jumlahnya bisa sampai ribuan itu,” tambahnyaa mengutip Mulawarman yang pernah mempersoalkan kurangnya kontriibusi Unhas pada hal-hal seperti itu.

“Apakah Unhas pernah di-rekeng, ketika misalnya, ikut merevisi UU Cipta Kerja. Apakah Unhas direkening, tidak sekadar sosialisasi. Banyak pakar-pakar kita, ini disebaiknya didorong,” tutup Salahuddin Alam Dettiro.

 

Editor: K. Azis

 

Related posts