Gowes ke Danau Mawang, merekam denyut pagi di sempadan

  • Whatsapp
Sembari gowes, merekam denyut pagi di tengah danau.

DPRD Makassar

“Nia’ sejarah angkana anne tampaka pattalakangna I Ma’laulung. Ini kerbau besar.” Daeng Ngempo,  (64) warga Mawang. 

PELAKITA.ID – Danau bisa seluas ini karena Ma’laulung. Saking besarnya dan seringnya berkubang di daerah sini hingga lambat laun jadi danau.

Begitu cerita Daeng Ngempo, warga Mawang yang mengaku lahir dan besar di sekitar Danau Mawang saat ditemui di sisi selatan danau itu.

Daeng Ngempo sedang menggembala dua ekor sapinya di sempadan danau. Dia bersepeda. Bergerak perlahan mengikuti arah sapinya.

“Nia’ sejarah angkana anne tampaka pattalakangna I Ma’laulung. Ini kerbau besar,” katanya dalam bahasa Makassar yang berarti ada cerita sejarah tentang tempat ini yang merupakan area kubangan i Ma’laulung.

Dia juga menyebut bahwa danau ini sungguh luas karena mencakup dua kampung di sebelahnya di utara yaitu Kampung Lette dan Ma’la’lang.

“Sekarang sudah dibangun jalan tanggul, warga di sini, di Mawang bagin selatan pakai rakit ke sana. Sebagian. Sekarang sudah pakai kendaraan darat,” tambah Daeng Negmpo, 64 tahun.

Gowes ke Mawang

Cerita lain yang disampaikan oleh Ngempo adalah tentang Tuanta Salamaka atau Syech Yusuf yang disebut pernah atau kerap ke danau ini.

“Tuanta Salamaka pernah ke sini, jadi tau caradde riologi, tu mangngassenga adu ilmu di sini. Ada yang bisa bakar rokok dari tepi topi meski hujan,” katanya. Banyak orang berilmu dulu yang sering ke danau ini adu ilmu.

“Kalau sapi saya cuma dua ekor, mauki tambah tapi susah cari rumput,” tambahnya.

Mawang kini

Saya bertemu Daeng Ngempo saat gowes ke sekitar Danau Mawang pada Selasa, 22 September 2020. Sepagi mungkin berangkat ke sana demi mendapati suasana khas danau yang tenang.

Jarak dari rumah di Tamarunang sekitar 7 kilometer. Jarak yang pas untuk gowes. Setelah melewati jalur Poros Jalan Malino ke timur yang rada menanjak, saya berbelok kiri. Jarak ke dana dari poros jalan utama sekitar 200 meter.

Selain bertemu Daeng Ngempo menggembala sapi, sembari gowes, saya merekam bebera[a realitas di sekiitar dan dalam area danau. Rakit yang tertambat di batang pohon – bahkan terlihat dirantai, lalu seorang pria yang sedang mencari ikan dengan alat tangkap serupa jaring – orang Makassar menyebutnya sodo.

Sisi timur hingga ke utara dan barat, jalan beton sudah mengitari sebagian besar dana. Dari gulma atau tanaman yang tumbuh jelas sekali kalau proses sedimentasi sedang berlangsung hebat di sini.

Penampakan di sisi barat danau.

Di sisi selatan ada masjid megah, lalu agak ke timur telah berdiri tempat peristirahatan, serupa cottage.

Di poros utara di sisi jalan, aneka bangunan sudah berdiri. Ada tempat rekreasi, kedai makan dan minum, bahkan telah dipasangi tempat duduk atau peristirahatan menghadap ke danau.

Di jalur ini, jelang pukul 7 pagi, kendaraan mulai terlihat ramai. Ini merupakan jalur yang digunakan untuk sampai ke Pusat Kota Sungguminasa dan Makassar via Samata.

Di sisi barat, nampak satu rumah mewah dengan pekarangan lebar dan bersisian dengan danau. Tidak jelas apakah ini hasil reklamasi atau lahan warga yang memang tidak terkena air danau. Tidak ada orang yang sempat ditanya terkait bangunan ini, tapi kelihatannya kalau pemiliknya orang istimewa.

Untuk saya, gowes ke Mawang sungguh memikat. Jalurnya menampakkan pemandangan yang lumayan bagus.

Apalagi saat melintas di jalan yang rindang, yang dinaungi pohon-pohon besar seperti di sisi selatan meski tak seberapa banyak pohonnya.

Udara juga cukup segar apalagi adanya banyak bunga teratai yang sedang berbunga, ada yang putih atau pula yang pink.

Sebelum saya meninggalkan tempat itu sekitar pukul 8 pagi, saya menyaksikan seorang pria yang bergerak ke sisi tengah danau dengan membawa jaring.

Dia bersiap memasang jaring. Praktik perikanan yang masih bertahan di danau ini.

Cerita yang disampaikan oleh Daeng Ngempo sebelumnya adalah informasi berkaitan cerita turun termurun warga Mawang tentang danau itu.

Pemandangan danau Mawang

Yang digambarkan Daeng Ngempo bisa jadi hanya sebagian kecil pernik cerita danau ini. Danau seluas kurang lebih 50 Ha ini membentang dari timur ke barat dengan panjang sekitar 1,4 kilometer. Lebar antara 200 hingga 450 meter.

Seperti cerita Daeng Ngempo, Danau Mawang adalah juga tempat budidaya ikan air tawar seperti nila meski saat ini tidak berjalan bagus.

Selain itu, beberapa pihak telah membangun fasilitas atau wahana rekreasi yang bisa jadi photobooth.

Ada yang mau ke Mawang? Gowes? Yuk!

Penulis: K. Azis

Tamarunang, 22 September 2020.

Related posts