Doa ibu adalah doa yang mustajab, yang dapat menjadi pelindung dan pembuka jalan bagi anak-anaknya. Inilah yang kita harus yakini dan berada di barisan ini.
PELAKITA.ID – Anakku Marina, terima kasih telah berbagi kabar kalau sudah tiba di Galesong. Terima kasih telah menunaikan pesan ayah dari jauh.
“Bisakah datang ke Galesong temui nenek? Dua hari lalu saya video call dan minta sesuatu.”
Begitu percakapan kita sebelum engkau dan ibumu ke Galesong pagi ini.
Sekali lagi terima kasih sudah berbagi pelukan untuk Amma’.
Pengalaman Pribadi
Sepekan ini saya banyak memikirkan ibu, selalu begitu kalau sedang perjalanan jauh.
Ini pengalaman pribadi sebab ada memori personal yang buat saya selalu waswas. Dalam bulan November 2016, saya sedang berada di Pulau Rote Nusa Tenggara Timur – dekat Australia – saat ayah Azis Daeng Salle wafat.
Saat itu untuk kembali ke Galesong, penulis mesti melalui penerbangan Rote, Kupang, Surabaya lalu Makassar. Kuasa Allataala masih bisa memandikan almarhum Bapak.
Walau teknologi memungkinkan untuk selalu terhubung, namun rasanya tidak afdol tanpa menatap langsung, atau memeluk orang tua. Itu pandangan pribadi saya, bagaimana dengan kita’?
Oleh sebab itu, saat Amma berharap sesuatu, selalu ada upaya untuk memenuhi harapannya. Meski, kali ini lewat anak sulungku.
Pendek cerita, tanpa harus menyebut ulang, atau menulis di laman ini, saya berteman dengan banyak orang yang juga punya pengalaman seperti saya, terutama di FB, hingga dunia nyata.
Ada kawan yang ayah, atau ibunya berpulang saat dia dalam perjalanan atau tinggal jauh dari sisi orang tuanya.
Ada yang hari ini ayahnya meninggal, besok lusa ibunya. Itulah ketentuan Yang Maha Kuasa.
Di balik itu, saya juga memuji beberapa kawan yang menunjukkan jiwa kesatria menerima ketentuan itu dan menguatkan pandangannya tentang perlunya doa, asa baik, dan terus melanjutkan kebaikan-kebaikan dengan menjalarkan ajaran orang tua: berbaik sangka pada orang, berbagi dan saling mendoakan.
Di usia seperti ini, yang sudah 50 plus, nyali kita tak seberani masa remaja, berani menembus Je’ne Kebo Taka Bonerate, atau menembus hutan Aceh Takengon bahkan Tanah Papua, seperti dulu. Kini, ada banyak kekhawatiran, bahkan atas gejala fisik seperti pusing-pusing, mual. Dan sejumlah kemungkinan tak terelakkan.
Hingga akhirnya, kita tiba pada penegasan bahwa tetap terhubung, berbaik perlakuan pada orang tua, ayah, ibu, atau minimal mendoakan jika sudah berpulang, adalah jalan terbaik ketimbang mencipta konflik atau melihat sesuatu dari sisi negatif.
Mengapa Amma’ begitu istimewa?
Mengapa begitu? Ya, sebab dalam Islam, ibu misalnya, memiliki kedudukan yang sangat tinggi dan penuh kemuliaan.
Islam menempatkan ibu dalam posisi yang istimewa, dengan berbagai perintah dalam Al-Qur’an dan hadis yang menegaskan pentingnya menghormati dan berbakti kepada ibu.
Keistimewaan ini bukan tanpa alasan, sebab seorang ibu menghadapi berbagai pengorbanan besar dalam mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak-anaknya.
Allah SWT secara khusus menekankan pentingnya berbuat baik kepada orang tua, terutama ibu.
Dalam Al-Qur’an disebutkan: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (Surah Luqman 31:14)
Ayat ini menggambarkan perjuangan seorang ibu sejak awal kehidupan seorang anak. Kehamilan yang penuh tantangan, proses melahirkan yang penuh risiko, hingga menyusui dan membesarkan anak dengan penuh kasih sayang, menjadikan seorang ibu berhak atas penghormatan dan rasa syukur yang luar biasa dari anak-anaknya.
Nabi Muhammad juga menegaskan keutamaan seorang ibu dalam sabdanya: “Surga berada di bawah telapak kaki ibu.” (Sunan An-Nasa’i 3104).
Ungkapan ini bukan sekadar metafora, melainkan sebuah penegasan bahwa jalan menuju surga sangat bergantung pada bagaimana seseorang memperlakukan ibunya.
Berbakti kepada ibu adalah kunci utama untuk meraih keberkahan hidup di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.
Dalam sebuah hadis yang terkenal, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah di antara manusia yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik dariku?”
Nabi menjawab, “Ibumu.” Sahabat itu bertanya lagi, “Lalu siapa?”
Beliau kembali menjawab, “Ibumu.” Sahabat itu bertanya lagi, “Lalu siapa?”
Nabi masih menjawab, “Ibumu.”
Baru pada pertanyaan keempat beliau mengatakan, “Kemudian ayahmu.” (Sahih Bukhari & Sahih Muslim).
Hadis ini menunjukkan bahwa seorang ibu memiliki tiga kali lebih banyak hak atas kasih sayang dan perhatian seorang anak dibandingkan seorang ayah, sebagai bentuk penghargaan atas perjuangannya yang luar biasa.
Keistimewaan ibu dalam Islam juga terlihat dalam kekuatan doa yang dimilikinya. Rasulullah bersabda: “Tiga doa yang tidak akan ditolak: doa orang tua untuk anaknya, doa orang yang berpuasa, dan doa seorang musafir.” (Sunan Ibn Majah 3862).
Doa ibu adalah doa yang mustajab, yang dapat menjadi pelindung dan pembuka jalan bagi anak-anaknya. Inilah yang kita harus yakini dan berada di barisan ini.
Kita tahu persis, pengorbanan seorang ibu tidak hanya terbatas pada perawatan fisik, tetapi juga mencakup kelelahan mental dan emosional dalam membesarkan anak-anaknya.
Bahkan, seorang ibu yang meninggal saat melahirkan mendapat status syahidah, yaitu mati syahid, yang merupakan salah satu derajat tertinggi di sisi Allah SWT. Islam sangat menghargai perjuangan seorang ibu hingga pada titik nyawa sekalipun.
Menghormati dan berbakti kepada ibu bukan hanya tanggung jawab moral, tetapi juga kewajiban spiritual.
Dengan memberikan kasih sayang, perhatian, dan penghormatan kepada ibu, seseorang tidak hanya mendapatkan kebahagiaan di dunia, tetapi juga jaminan keberkahan di akhirat.
Saya kira, seorang anak yang berbakti kepada ibunya akan merasakan keberkahan dalam hidupnya, sementara mereka yang durhaka akan kehilangan keberuntungan dan ridha Allah SWT.
Dalam Islam, ibu adalah pilar kasih sayang, pengorbanan, dan bimbingan.
Mereka adalah guru pertama bagi kita semua. Dia pendamping setia dalam setiap fase kehidupan, dan sosok yang doanya selalu menyertai langkah-langkah kita.
Jadi sosodara, berbuat baik kepada ibu adalah bentuk nyata dari keimanan hakiki. Ibu lambang keberanian bagi siapapun. Bagi yang menyadari.
Semoga kita semua termasuk ke dalam golongan anak-anak yang berbakti dan mendapatkan rahmat Allah melalui restu seorang ibu.
Terima kasih untuk Intan Marina, anakku, yang telah membuat semua baik-baik saja.
Semoga ‘surat’ ini memberi inspirasi kekuatan, membuka harapan umur panjang bagi kita semua, untuk berbagi kebaikan bagi sekitar, beribadah, peroleh ridho dari Allah SWT.
Muscat, 15/3/2025