Bayang-Bayang Tanpa Nurani: Kisah di Balik Senyum yang Menipu Baco La Bor

  • Whatsapp

PELAKITA.ID – Malam itu, di sebuah kafe kecil di sudut kota, Becce La Fea duduk berhadapan dengan seseorang yang baru dikenalnya beberapa bulan lalu. Baco La Bor , begitu pria itu memperkenalkan diri, memiliki pesona yang sulit diabaikan.

Kata-katanya selalu tenang, senyumnya menawan, dan sorot matanya menyiratkan kecerdasan yang dalam. Dari luar, tak ada yang aneh darinya. Namun, semakin lama Becce La Fea mengenalnya, semakin terasa ada sesuatu yang janggal.

Becce La Fea mulai menyadari bahwa Baco La Bor  nyaris tak pernah menunjukkan empati. Saat Becce La Fea bercerita tentang kesulitan yang ia alami,  Baco La Bor  hanya menanggapi dengan senyum simpul, seakan-akan penderitaan itu hanya sekadar kisah menarik tanpa bobot emosional. Di balik tatapan ramahnya, ada kehampaan yang tak dapat dijelaskan.

Lambat laun, Becce La Fea pun sadar bahwa Baco La Bor  bukan hanya seseorang yang tak berempati, tetapi juga seorang manipulator ulung.

Ia pandai merangkai kata, menenun kebohongan dengan begitu lihai hingga sulit dibedakan dari kebenaran.

Setiap pujian yang ia berikan ternyata hanyalah alat untuk mengendalikan orang lain, setiap janji yang diucapkan hanyalah ilusi tanpa niat untuk ditepati. Namun, daya tarik Baco La Bor  terlalu kuat untuk diabaikan.

Pesonanya begitu memikat, membuat siapa pun yang mengenalnya akan terperangkap dalam jaring kepercayaannya. Ia tampak seperti pria sempurna, seseorang yang memahami segala hal, yang bisa membuat orang lain merasa istimewa.

Tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang menyeramkan—ketiadaan rasa bersalah. Tak peduli berapa banyak hati yang ia hancurkan, berapa banyak luka yang ia tinggalkan, Baco La Bor  tetap melangkah tanpa beban.

Bukan hanya Becce La Fea yang mengalami ini. Ada banyak cerita lain tentang mereka yang terperdaya oleh orang-orang seperti Baco La Bor.

Dia yang tampak begitu percaya diri, penuh karisma, dan menguasai percakapan, tetapi di baliknya menyimpan ketidakpedulian yang mendalam.  Mereka melanggar batas, mempermainkan norma, dan menjalani hidup tanpa konsekuensi.

Kisah ini bukan sekadar cerita tentang seseorang yang dingin dan manipulatif. Ini adalah pengingat bahwa tidak semua yang menawan itu baik, tidak semua yang tampak peduli benar-benar memiliki hati.

Beberapa orang hanya berpura-pura, menyembunyikan kegelapan di balik topeng kesempurnaan.

Namun, meski dunia memiliki bayang-bayangnya, bukan berarti kita harus hidup dalam ketakutan.

Kesadaran akan keberadaan mereka adalah langkah pertama untuk melindungi diri. Jangan mudah terbuai oleh pesona, pelajari tanda-tanda, dan percaya pada intuisi.

Sebab, di balik senyum yang paling memikat sekalipun, bisa saja tersembunyi nurani yang telah lama mati.

Redaksi