Jejak Perjuangan Kak Mappi, Inspirasi Sepanjang Hayat | Jumardi Lanta

  • Whatsapp
Andi Mappinawang (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Beberapa kata terakhir yang terucap dalam perbincangan kami masih terasa jelas di telinga.

Saat itu, saya baru saja menerima pesan di grup WhatsApp Sahabat FIK ORNOP yang dikirim oleh Kak Khudri Arsyad, mantan Koordinator FIK ORNOP, pada Selasa pagi, 28 Januari 2025.

Pesannya mengabarkan kepergian Kak Mappinawang. Berita duka ini begitu mengejutkan, hingga saya segera menelepon Kak Khudri untuk memastikan kebenarannya.

Dengan suara berat, ia membenarkan bahwa Kak Mappi telah berpulang setelah keluar dari kamar mandi.

Air mata tak tertahan saat mengenang sosok yang telah lama menjadi inspirasi dalam perjuangan gerakan organisasi masyarakat sipil.

Perkenalan kami dimulai pada tahun 1994 di Kantor Lembaga Mitra Lingkungan (LML), tempat saya bekerja sebagai asisten teknik dalam program revitalisasi kawasan kumuh perkotaan. Sejak saat itu, hampir setiap minggu, Kak Mappi hadir di kantor LML dengan motor Yamaha A 100 biru muda.

Ia aktif dalam Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBHI) Sulawesi Selatan dan selalu lantang menyuarakan ketimpangan sosial.

Di LML, saya juga sering bertemu dengan para aktivis seperti Kak Wahyuddin Kessa, Bakhtiar Mas’ud, Nasiruddin Pasigai, Andi Jamaluddin Ibrahim, serta beberapa akademisi dan pegiat sosial lainnya.

Bersama mereka, kami kerap berdiskusi mengenai gerakan ekonomi kerakyatan dan berbagai isu sosial lainnya. Tahun 1995, kantor LML berpindah ke Jl. Hertasning V No. 1 dan menjadi sekretariat sementara FIK LSM/ORNOP Sulsel.

Kedekatan saya dengan Kak Mappi semakin erat saat kami merintis Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Sulawesi Selatan.

Sebagai Koordinator Tim, ia selalu memberi semangat dan arahan hingga lembaga ini berhasil berdiri dengan Prof. Dr. Mansyur Ramli sebagai Ketua dan Kak Mappi sebagai Ketua Harian.

Bersama YLBHI Sulsel dan FIK LSM/ORNOP, saya turut serta dalam berbagai advokasi, termasuk pelatihan pembaruan agraria yang menghadirkan para aktivis nasional.

Kak Mappi bukan hanya mentor, tetapi juga sosok yang bijaksana dalam mengambil keputusan. Pada tahun 2004, ketika Yayasan Esensi—lembaga yang ia dirikan bersama beberapa rekan—ditawari kerja sama dengan PT. INCO Tbk, sempat terjadi perbedaan pendapat di antara para pendiri.

Namun, Kak Mappi dengan tenang menegaskan bahwa lebih baik lembaga yang memiliki kapasitas dan pengalaman dalam pemberdayaan masyarakat yang menangani proyek ini, daripada pihak lain yang tidak memahami kondisi lapangan.

Pendekatannya yang tidak egois dan selalu mempertimbangkan manfaat bagi masyarakat menjadi pelajaran berharga bagi saya.

Bersama Kak Mappi, saya juga berkesempatan mendampingi pelatihan kader PKK di Selayar, kampung halamannya. Pengalaman naik pesawat kecil dengan kapasitas 12 orang menuju Selayar menjadi kenangan tersendiri yang tak terlupakan.

Tak lama setelah itu, saat saya mengabarkan rencana pernikahan, Kak Mappi begitu mendukung, bahkan turut serta mengantar saya hingga ke pelaminan.

Ketika ia terpilih sebagai Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulawesi Selatan, intensitas interaksi kami mulai berkurang karena kesibukannya. Namun, ia tetap menyempatkan waktu untuk silaturahmi di Sekretariat Yayasan Esensi dan berdiskusi tentang berbagai isu sosial.

Hingga beberapa tahun terakhir, kami masih sering bertukar pikiran, termasuk saat Yayasan COMMIT bermitra dengan PT. Vale Indonesia pada tahun 2017. Ia selalu memberikan saran dan membuka akses untuk kerja sama dengan berbagai pihak.

Kini, Kak Mappi telah berpulang. Ia meninggalkan kita dengan sejuta kenangan, perjuangan, dan warisan nilai yang tak ternilai.

Sikapnya yang luwes, mudah bergaul dengan siapa saja, serta dedikasinya terhadap masyarakat sipil membuat namanya dikenang oleh banyak kalangan. Saat berita kepergiannya tersebar, media sosial dipenuhi ucapan belasungkawa. Selamat jalan, Kak. Semoga cahaya rahmat Allah menerangi peristirahatanmu. Al-Fatihah. (*)