PELAKITA.ID – “Di mata saya, Daeng Ilyas adalah sosok pemikir yang visioner dan pekerja keras—seorang ’workaholic’ sejati yang juga mampu menjadi motivator bijak bagi orang-orang di sekitarnya.”
Demikian pengakuan Guru Besar Ilmu Perikanan yang juga ketua Tim Penjaminan Mutu Universitas Unanda Palopo, Prof Irman Halid.
“Sebagai yuniornya semasa kuliah di Fakultas Ilmu Kelautan Unhas, saya merasakan langsung bagaimana beliau banyak menempa, mendorong, dan memotivasi kami untuk terus berkembang,” kata alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan 90 ini.
“Sebagai Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan, setiap kali melakukan kunjungan kerja ke wilayah Luwu Raya, Daeng Ilyas selalu menyempatkan diri berdiskusi hangat dengan para yuniornya,” kata dia.
”Itu bukan sekadar bentuk perhatian, tapi cerminan ketulusan seorang senior yang ingin terus terhubung dan memberi makna dalam setiap perjumpaan,” kata Irman.
”Yang membuat beliau semakin berkesan Daeng Ilyas adalah pribadi yang sombere—ramah, terbuka, dan penuh kehangatan dalam bersikap. Sosok pemimpin yang tidak hanya dihormati, tapi juga disayangi,” tambahnya.
Kepemimpinan di IKA FIKP Unhas
Dia menambahkan bahwa dalam organisasi alumni bukan hanya soal menyusun acara reuni atau sekadar mengumpulkan donasi tahunan.
Lebih dari itu, pemimpin alumni harus mampu merawat jejaring, membangun rasa memiliki, serta menggerakkan anggotanya menuju tujuan bersama yang lebih besar.
Dalam konteks ini, kepemimpinan yang kuat dan bermakna akan menentukan seberapa hidup dan berdampaknya organisasi alumni di tengah masyarakat
Seiring waktu, organisasi alumni telah berevolusi dari sekadar wadah nostalgia menjadi ruang strategis bagi kolaborasi lintas bidang.
”Oleh karena itu, gaya kepemimpinan dalam organisasi ini pun perlu berkembang—menjadi lebih inklusif, komunikatif, serta relevan terhadap isu-isu sosial, pendidikan, dan kemasyarakatan,” ujar Irman.
Salah satu karakter utama kepemimpinan alumni yang baik adalah inklusif dan partisipatif.
Seorang pemimpin perlu membuka ruang bagi semua alumni—lintas angkatan, profesi, dan latar belakang—untuk merasa diterima dan terlibat. Ketika kepemimpinan mampu menciptakan atmosfer yang terbuka dan menyambut semua suara, maka organisasi alumni akan menjadi rumah bersama, bukan milik segelintir orang.
”Namun inklusivitas saja tidak cukup. Seorang pemimpin alumni juga harus visioner namun tetap realistis. Ia memiliki pandangan jauh ke depan tentang arah organisasi, namun tetap membumi memahami tantangan dan potensi riil yang dimiliki,” tambahnya.
”Visi tanpa tindakan adalah mimpi belaka, dan tindakan tanpa arah bisa jadi langkah yang sia-sia. Keseimbangan antara mimpi besar dan aksi nyata adalah fondasi dari kepemimpinan yang efektif,” pungkas Prof Irman.
Editor Denun