PELAKITA.ID – Indonesia, sebagai negara dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia, tengah menghadapi tantangan besar dalam menjaga ekosistem terumbu karangnya.
Data dari laporan Status Terumbu Karang Dunia 2021 yang dirilis oleh Global Coral Reef Monitoring Network (GCRMN) menunjukkan bahwa sekitar 70% terumbu karang di Indonesia berada dalam kondisi kurang baik hingga rusak.
Merespons situasi ini, terbentuklah Jaringan Adopsi Karang Indonesia, sebuah inisiatif yang mengajak berbagai pihak untuk berkontribusi dalam perlindungan dan pemulihan ekosistem laut.
Terkait itu, berlangsung di Unhas, JOB Tomori Pertamina Medco Energi, bersama ADSI Aassociation Dive Safety Indonesia, Pemda Banggai dan sejumlah praktisi konservasi karang menggelar seminar dan deklarasi Jaringan Adopsi Karang Indonesia.
Menurut Muhammad Syakir, salah satu inisiator adopsi karang Indonesia dari JOB Tomori Pertamina – Medco Energi, bergabungnya berbagai pihak dalam Jaringan Adopsi Karang Indonesia diharapkan dapat menginisiasi langkah pemulihan terumbu karang yang saat ini mengalami tekanan dahsyat.
“Sejumlah penyelam, komunitas selam, pemerhati pariwisata bahari, peneliti, dan masyarakat luas telah bersepakat meluncurkan Jaringan Adopsi Karang Indonesia ini, yang telah dipersiapkan sejak tahun lalu,” ujar alumni Ilmu Kelautan Unhas ini.
Paparan Rektor JJ
Rektor Unhas menegaskan pentingnya konservasi terumbu karang sebagai investasi masa depan. Dalam pemaparannya mengenai Optimalisasi Program Adopsi Karang sebagai Solusi Konservasi Berkelanjutan, ia menekankan bahwa Indonesia adalah pusat keanekaragaman hayati laut dunia, dengan terumbu karang sebagai aset ekologis yang tak ternilai.
“Kerusakan terumbu karang disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pemutihan karang akibat perubahan iklim, perikanan destruktif dengan bom dan sianida, pencemaran laut dari limbah industri serta plastik, hingga pariwisata yang tidak berkelanjutan,” jelas Prof. JJ.
“Jika tidak segera ditangani, dampaknya bisa sangat serius. Populasi ikan akan menurun drastis, abrasi dan erosi pantai semakin parah, keanekaragaman hayati laut terancam, serta sektor ekonomi seperti perikanan dan pariwisata akan mengalami kerugian besar,” tambahnya.
Rektor Unhas menegaskan pentingnya konservasi terumbu karang sebagai investasi masa depan. Dalam pemaparannya mengenai Optimalisasi Program Adopsi Karang sebagai Solusi Konservasi Berkelanjutan, ia menekankan bahwa Indonesia adalah pusat keanekaragaman hayati laut dunia, dengan terumbu karang sebagai aset ekologis yang tak ternilai.
“Kita harus memahami pentingnya terumbu karang sebagai aset bangsa. Indonesia adalah bagian dari Coral Triangle, kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia,” sebutnya.
JJ juga menegaskan bahwa terumbu karang memiliki kapasitas resiliensi luar biasa dan perlu dikelola secara berkelanjutan.
“Pengelolaan terumbu karang bukanlah pemborosan, melainkan investasi bagi masa depan ekonomi dan lingkungan Indonesia. Oleh karena itu, saya mengajak seluruh pihak untuk memperkuat komitmen dan kolaborasi dalam menjaga ekosistem laut,” tambahnya.
Dalam acara tersebut, Rektor Unhas juga mengapresiasi inisiatif Jaringan Adopsi Karang Indonesia yang diluncurkan di kampusnya.
“Kita perlu membangun gerakan konservasi yang lebih masif dan terencana. Pengelolaan kawasan konservasi laut harus dilakukan secara efektif, dengan memilih spesies karang yang lebih resiliensi untuk memastikan keberlanjutannya,” harapnya.
Menurutnya, ilmu kelautan memiliki peran strategis dalam memahami keseimbangan ekologi dan menemukan solusi berbasis sains untuk meningkatkan ketahanan ekosistem laut. Oleh karena itu, ia mengajak pemerintah daerah, akademisi, dan pelaku industri untuk berkolaborasi dalam mendukung upaya konservasi.
Pendekatan multi-pihak sangat diperlukan agar kebijakan yang diterapkan tidak hanya berorientasi pada perlindungan lingkungan, tetapi juga mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat pesisir.
Pada kesempatan yang sama, Rektor JJ menyampaikan terima kasih kepada Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Banggai, Ismed Wardana, yang turut memaparkan langkah-langkah konservasi yang telah diterapkan di wilayahnya bersama JOB Tomori Pertamina – Medco Energi.
Ismed menjelaskan program Akar Merah (Adopsi Karang Metode Receptor), sebuah inovasi dalam pengelolaan ekosistem laut yang terintegrasi dengan pengembangan destinasi wisata berkelanjutan di Pantai Kilo 5.
Program ini bertujuan untuk menjaga kelestarian terumbu karang sekaligus meningkatkan daya tarik wisata di kawasan tersebut dan telah berjalan sukses berkat kolaborasi dengan JOB Tomori.
Selain Ismed, hadir tim JIB Tomori Pertamina – Medco Energi, akademisi dan pakar karang Indonesia Prof Munasik Motali dari Undip yang juga memaparkan pengalaman konservasi karang di Karimun Jawa, Lily Damayanti dari MARS yang sukses melaksanaan program restorasi karang di Pulau Badi, Bontosua dan sejumlah perairan. Acara dipandu oleh fasilitator seminar, Dr Syafyddin Yusuf, dari FIKP Unhas.
Fadly PADI Jadi Ambassador
Seminar ini semakin istimewa dengan kehadiran Andi Fadly Arifuddin alias Fadly PADI, yang mengikuti acara dari awal hingga akhir. Ia dengan antusias menyatakan kesiapannya untuk didapuk sebagai Duta Jaringan Adopsi Karang Indonesia.
“Semangat konservasi bahari harus terus digaungkan. Saya berharap dengan menjadi bagian dari jaringan ini, upaya konservasi karang bisa berjalan sukses,” ungkap Fadly.
Ia juga membagikan pengalamannya dalam berbagai program konservasi, termasuk penanaman sejuta terumbu karang dan upacara bendera bawah laut pada peringatan HUT ke-70 Indonesia pada 2015.
“Dari situ akhirnya saya makin peduli dengan terumbu karang. Kekayaan hayati Indonesia adalah salah satu harta paling berharga yang harus kita jaga bersama,” tutupnya.
Pada kesempatan tersebut, dalam rangka memperkuat sinergi dalam pelestarian terumbu karang, telah dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara JOB Tomori, Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), dan Asosiasi Dive Safety Indonesia (ADSI).
Beberapa komunitas selam yang akan berpartisipasi dalam acara ini antara lain:
- Tomori DC – Luwuk Banggai
- Bahari Diving Club Sumsel
- Paradise Dive Center Kabupaten Kepulauan Talaud
- KOMPAK BARRIER REEF Desa Botutonuo Kab. Bone Bolango, Gorontalo
- GGI SCUBA – Makassar
- Sangkarrang Ocean Dive (SOD) Makassar
- OYE Selam Indonesia
- BKKPN Kupang-Maros
- Yayasan Pinisi Pusaka Indonesia
- Diver Santuy Gorontalo
- Salolo Diving Club (SDC) UNTAD Palu
- Divers Corner Palu
- PPKPMP LPPM UNTAD
- Marine Science Diving Club Universitas Hasanuddin (MSDC-UH) – Makassar
- Lembaga Maritim Nusantara – Makassar
- Yayasan Fakfak Molo Indonesia – Fakfak, Papua Barat
- Aceh Ocean Diving Club Universitas Syiah Kuala (ODC_USK)
- Universitas Khairun, Ternate
- FPIK Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
- Marine Diving Club FPIK ULM, Banjarbaru
- Bira Dive Centre Bulukumba
- Pelakita.ID
Redaksi