Unhas, Pusat Kajian Hililirisasi Nikel Indonesia, Rektor JJ: Kalau Perlu ‘Unhas – Vale’

  • Whatsapp
Unhas siap jadi Pusat Kajian Nikel Indonesia (dokL Pelakita.ID)

PELAKITA.ID – Di tengah geliat pembangunan dan inovasi industri pertambangan serta semakin terbukanya keran investasi, Ikatan Alumni (IKA) Teknik Universitas Hasanuddin menggelar Simposium Nasional bertajuk “Hilirisasi Nikel Indonesia” pada Rabu, 26 Februari 2025, di Hotel Unhas Makassar.

Ketua Ikatek Unhas, Sapri Andi Pamulu menyatakan , kegiatan ini lebih dari sekadar ajang intelektual, simposium ini menjadi bagian dari rangkaian perhelatan akbar tahunan “Halal bi Halal IKA Teknik Unhas 2025”, yang menghimpun para pemikir, praktisi, dan pemangku kebijakan dalam satu ruang diskusi yang bermakna.

“Dalam forum ini, gagasan dan strategi akan diracik demi merancang masa depan hilirisasi nikel Indonesia—sebuah langkah yang bukan hanya strategis, tetapi juga bernilai historis bagi industri nasional,” tegas Sapri, alumni Teknik Sipil Unhas angkatan 1987.

Dikatakan, hilirisasi nikel bukan hanya sebuah kebijakan nasional, tetapi juga kesempatan emas bagi kita semua untuk turut serta dalam pembangunan yang berkelanjutan.

“Kami berharap, dari simposium ini lahir rekomendasi yang tak sekadar mengawang di angan, tetapi benar-benar aplikatif dan dapat menjadi panduan bagi industri maupun pemerintah,” tuturnya penuh optimisme.

Pada simposium yang dihadiri tidak kurang 300 peserta offline dan daring ini, hadir perwakilan Direktorat Pembinaan Program Minerba Kementerian ESDM, Ir. Rizal Kasli, ST, IPU, ASEAN Eng dari DPP Asosiasi Penambang Nikel.

Lalu ada Ir. Abu Ashar, Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia. Tak ketinggalan, para praktisi dan akademisi seperti Zainuddin Syahril, ST, MTMM, IPM, ASEAN Eng (Head of Operation Excellence PT Vale Indonesia), dan Iwan Syahroni (Deputy Departemen Head of HSE Harita Nickel), Dr Ilham Muhammad, Dr Agus dari Departemen Pertambangan UMI dan berbagi wawasan mengenai praktik terbaik dalam industri nikel.

“Kami menghadirkan diskusi yang menyeluruh, membedah kebijakan hilirisasi, tantangan yang ada, serta peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya di kancah global. Harapannya, hasil dari simposium ini dapat menjadi masukan berharga bagi seluruh pemangku kepentingan,” jelas ketua panitia, Dedi Irfan.

Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menyatakan, hilirisasi bukan sekadar agenda, melainkan cita-cita besar. Dan dalam simposium ini, setiap ide, diskusi, dan rekomendasi yang lahir adalah fondasi bagi masa depan industri nikel yang lebih mandiri, lebih berdaya saing, dan lebih bermartabat.

“Dalam dunia yang terus berkembang, hilirisasi nikel menjadi salah satu isu strategis yang tidak bisa diabaikan. Universitas Hasanuddin (Unhas) kini mengambil peran sentral dalam upaya tersebut dengan menginisiasi Pusat Riset dan Pengembangan Hilirisasi Nikel,” sebutnya.

Dia bahkan menyebut hal tersebut sebagai hal yang perlu dideklarasikan. ”Kalau perlu namanya Puslitbang Nikel, Unhas – Vale, atau semacam itu,” ucapnya.

Simposium yang dihadiri peserta dari berbagai latar belakang ini menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara akademisi, alumi, praktisi, pihak industri, masyarakat dan pemerintah.

Rektor JJ memberi apresiasi atas hadirnya sejumlah pihak, regulator, asosiasi industri, serta perwakilan dari berbagai lembaga pemerintahan dan alumni. Disebutkan, acara ini telah menjadi ajang pertemuan praktisi dari kampus-kampus ternama yang memiliki kepedulian terhadap pengolahan sumber daya mineral di Indonesia.

Dikatakan JJ, kehadiran para akademisi, alumni, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi bukti bahwa dunia pendidikan tinggi tidak lagi hanya berfokus pada teori, tetapi juga bergerak dalam ranah implementas.

Unhas, sebut JJ, dengan seluruh sumber daya dan jejaringnya, kini berada di garis depan dalam perjuangan ini. Dan dengan semangat kebersamaan, masa depan industri nikel nasional yang mandiri dan berdaya saing tinggi bukan lagi sekadar impian—melainkan sebuah keniscayaan.

Senada dengan Rektor JJ, Sapri Andi Pamulu menegaskan kembali bahwa acara ini bukan sekadar pertemuan akademik, tetapi lebih dari itu, merupakan tonggak awal bagi sebuah gerakan besar.

”Dengan komitmen dan kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah, hilirisasi nikel di Indonesia bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah visi yang siap diwujudkan,” tambahnya.

Ketua IKA Unhas, Andi Amran Sulaiman yang diwakili Sekjen Yusran Jusuf sangat mengapresiasi keterlibatan Ikatek Unhas dalam kolaborasi ini.

”Selama satu bulan terakhir, hampir tidak ada hari tanpa kegiatan. Seminar, diskusi seputar kebijakan, hingga pertemuan dengan berbagai pihak terus berlangsung. Ini menunjukkan bahwa inovasi dan kemajuan teknologi adalah bagian tak terpisahkan dari ekosistem akademik, alumni dan industri,” ujar Yusran.

Kata dia, keaktifan alumni di Ikatek juga menjadi hal menarik dan patut menjadi contoh bagi IKA lain.

Ikatek Unhas, kata Yusran, tak lagi sekadar hanya mengadakan reuni tahunan, tetapi kini telah menjelma menjadi aktor penting dalam berbagai agenda produktif, khususnya dalam pengembangan teknologi industri.

Yusran juga menyinggung bahwa sebagai bentuk keseriusan, hasil diskusi dan rumusan strategis dari acara ini mesti disampaikan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto.

”Langkah ini diharapkan dapat mempercepat implementasi kebijakan yang mendukung hilirisasi nikel, termasuk dalam aspek regulasi, investasi, dan penguatan riset teknologi,” jelasnya.

Hilirisasi Nikel oleh Unhas: Menuju Kemandirian Industri Nasional

Ketua Departemen Teknik Geologi Unhas, Hendra Pachri, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Namun, selama bertahun-tahun, sebagian besar nikel yang dihasilkan masih diekspor dalam bentuk bahan mentah.

”Upaya hilirisasi menjadi langkah strategis yang harus segera diakselerasi agar Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri pengolahan nikel global,” sebut Hendra.

Dia setuju dan memang ini menjadi harapan keluarga besar Departemen Geologi, Pertambangan dan Ikatek secara umum tentang pentingnya membangun pusat riset dan pengembangan yang mumpuni.

”Potensi besar yang dimiliki Sulawesi Selatan, khususnya dalam industri nikel, menjadi alasan kuat mengapa Unhas harus berperan sebagai lokomotif perubahan,” sebut Hendra.

Pihaknya, di Departemen Geologi, ingin memastikan bahwa sumber daya yang kita miliki tidak lagi hanya diekspor mentah, melainkan dapat diolah dan dimanfaatkan sendiri.

” Dengan hilirisasi, Indonesia bisa menjadi eksportir produk nikel bernilai tambah, bukan sekadar pemasok bahan baku,” tegasnya.

Apa yang disampaikan Hendra tersebut dielaborasi lebih jauh pada pemaparan sejumlah sosok praktisi dan pengambil kebijakan usaha nikel seperti Abu Ashar dari PT Vale Indonesia Tbk hingga Iwan Sahroni dari Harita Nickel di Pulau Obi.

Abu Ashar, alumni Teknik Mesin Unhas angkatan 1987 memaparkan hulu hilis kebijakan dan industri nikel PT Vale, mulai dari visi hingga komitmen pada pengelolaan aspek Ekonomi,Sosial dan Tata Kelola. Sementara Iwan memaparkan proses usaha pertambangan di Pulau Obi dalam skema terintegrasi.

Redaksi