Pembunuhan bermotif jual organ, Kombes Budhi: Konten negatif internet pengaruhi perilaku anak

  • Whatsapp
Kapolrestabes Makassar, Kombes Budhi Haryanto saat memberikan keterangan pers (dok: istimewa)

DPRD Makassar

MAKASSAR, PELAKITA.ID – Humas Polda Sulsel merilis peristiwa pembunuhan berencana anak 11 tahun dengan dugaan motif penjualan organ tubuh yang terjadi di wilayah Polrestabes Makassar, 10/1/2022.

Melalui akun Instagram Humas Polda Sulsel, Kapolrestabes Makassar, Kombes Budhi Haryanto memberi penjelasan terkait pembunuhan dimaksud dengan kronologi korban dibonceng pelaku dan berujung pada ditemukannya korban tak lagi bernyata di kawasan Nipa-nipa Maros.

“Hari ini kita merilis perkara pembunuhan berencana, pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak,” ucap Kombes Budhi.

Read More

Peristiwa ini menurutnya bermula dari adanya laporan anak hilang dan polisi melakukan penyelidikan dan ternyata anak hilang sudah ditemukan dalam keadaan meninggal.

“Hlangnya anak itu karena dibunuh oleh seseorang, ada dua pelaku,” ungkap Budhi.

“Saya bagi menjadi tiga aspek, aspek sosiologis, dimana keluarga tersangka, ataupun pergaulan tersangka pada hal-hal yang negatif,” ucapnya.

“Contohnya tersangka mengkonsumsi konten negatif, tentang jual beli organ, dari situ tersangka terpengaruh, tersangka ingin kaya, ingin memilik harta,” ucapnya.

Menurut Budhi, itu kemudian muncul niat tersangka dan berencana organ anak yang dibunuh akan dijual.

Aspek kedua yang dimaksud Budhi adalah bahwa tim penyelidik akan mendatangkan psikolog atau psikiater untuk mengetahui sejauh mana tersangka tega melakukan perbuatannya.

“Yang ketiga, tentunya, aspek yuridis,” kaRa Budhi.

“Ini kita jerat dengan pasal pembunuhan berencana dan perlindungan anak pasal 34/2002, yang ancaman hukumannya dikurangi setengah.

“Ingat bahwa konten-lonten negatif sangat berpengaruh pada perilaku anak-anak kita,” ucapnya lagi. Dia menyebut seringkali, anak-anak  dibiarkan ke dunia maya dan hal-hal negatif sering terjadi.

“Inilah contoh tentang penggunaan konten internet yang tidak tepat sasaran,” ujar Kombes Budhi.

 

 

Related posts