Warkop Cikiang, simbol sejarah panjang perkopian Pinrang

  • Whatsapp
Ishaq Rahman di Warkop Cikiang Pinrang (dok: Ishaq Rahman)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Anda keliru jika menyebut hanya Toraja atau Enrekang yang dahsyat dengan kopinya. Pinrang pun punya biji kopi terbaik, dia punya sejarah perkopian yang tak kalah menarik.

Pinrang adalah juga kabupaten dengan produksi kopi berlimpah. Kopi banyak dipasok dari kawasan pegunungan Lembang. Kopi Robusta khas Lembang sedari dulu sudah menjadi incaran penikmat kopi. Karena itu wajar jka warung kopi sudah ada sejak bertahun silam. Karena itu wajar jika warung kopi ini lekat dengan kesan sejarah perkopian di Pinrang.

Bertahun silam? Iya, Warung Kopi Cikian, adalah warung kopi khas yang telah dibuka sejak seratusan lalu. Warung Kopi Cikiang itualah namanya.

Read More

Informasi tentang Warkop Cikiang ini dibeber Ishaq Rahman, dosen Hubungan Internasional Fisip Unhas,

“Tidak mudah mempertahankan warkop hingga berusia lebih 100 tahun. Namun, itulah yang berhasil dilakukan Warkop Cikiang, di Jalan Sultan Hasanuddin, Kabupaten Pinrang,” sebut Ishaq.

Dia menemukan Warkop Cikiang saat ke Pinrang beberapa waktu lalu. “Ketika berkunjung ke kota ini beberapa waktu lalu – sebagaimana layaknya kalau berkunjung ke kota lain –  saya selalu bertanya:, warkop apa yang paling lama usianya di sini?” ungkapnya.

“Saya mendapat jawaban dari warga sekitar, serta menurut konfirmasi dari Google,” terangnya.

Warung Kopi Cikiang, unduk warung kopi lainnya di Pinrang. Salah satunya Forest Coffee ini (dok: Pelakita.ID)

Menurut Ishaq, Warkop Cikiang, berdiri jauh sebelum Indonesia merdeka. Pendirinya adalah Thamfi Min atau biasa disapa Pimming.

“Itulah sebabnya, awalnya tempat minum kopi dengan pendamping Roti Kaya ini dulu sekali dikenal sebagai Warkop Pimming,” imbuh Ishaq.

Lalu, lanjut pria yang akrab disapa Icaq ini, pada tahun 1950-an, warkop diwariskan kepada Cikiang. Lelaki yang beristrikan The Ai Tho ini adalah anak dari Pimming.

“Sejak tahun 2007, tempat minum kopi yang mulai buka pukul 06.30 pagi ini berganti nama menjadi Warkop Cikiang. Sekarang dikelola oleh generasi ketiga, Nikawati Thamrin (52 tahun) yang akrab disapa Mame,” lanjut Icaq.

Dikatakan, jenis kopi mungkin sama dengan warkop lainnya. Namun racikan dan (sepertinya ada ramuan) berbeda, sehingga cita rasanya pun khas. Mungkin inilah yang membuat pelanggannya tetap setia.

“Nah, jika ingin merasakan sensasi masa lalu di Pinrang, mampirlah di Warkop Cikiang. Tapi jangan lupa ya, hanya untuk minum kopi saja,” tutup alumni Jepang ini.

Editor: K. Azis

Related posts