Jejak bisnis dan analogi mutiara Muhammad Ramli Rahim

  • Whatsapp
Muhammad Ramli Ramli saat menjadi naarsumber pada FGD Penguatan Daya Saing Ekonomi Nasional yang digelar oleh IKA Unhas dan PP IKA Unhas Samarinda (dok: pelakita.id)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Sila ketik nama ‘Muhammad Ramli Ramli’ pada kotak pencari Google. Apa hasilnya?

Yang pasti, per 7 Agustus 2021, hits Google menuliskan 1.050.000 hasil (0,39 detik). Artinya apa, secara sederhana menggambarkan sumber, konten atau link yang berkaitan nama itu.

Read More

Atau kalau mau lebih sederhana, seberapa populer nama itu muncul dalam ‘kegiatan’ laman-laman penyedia konten.

Coba bandingkan dengan mengetik ‘IKA Unhas’, hits-nya 223.000 hasil (0,43 detik) atau ketik nama Kamaruddin Azis yang ‘hanya’  94.400 hasil (0,42 detik).

Siapa Muhammad Ramli Rahim? Lima tahun terakhir, nama mantan ketua Senat MIPA Unhas ini terpaut pada posisi ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI). Organisasi yang dianggap melampaui keterkenalan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Ketokohan dan ketekenalan MRR begitu sapaannya karena dia berhasil menjadikan IGI sebagai salah satu mitra pemerintah dan ‘pemberdaya’ guru. Dia dikenal kawan dekat Anies Baswedan.

Bersama IGI, MRR banyak mendorong tranformasi kebijakan, program pemberdayaan guru hingga penguatan jejaring guru yang selama ini dikategorikan sebagai profesi penting tapi sering terabaikan oleh rezim.

Tapi tidak banyak yang tahu kalau MRR, sesungguhnya adalah potret aktivis ‘mbalelo’ yang pengusaha. Mbalelo karena dia ogah mengambil ijazahnya meski sudah bertahun-tahun tamat kuliah. 

Hal tersebut mencuat saat dia menceritakan motif, pengalaman dan sepak terjangnya sebagai pengusaha pada FGD Mendorong Sinergi dan Kolaborasi Pengusah untuk Memperkuat Daya Saing Ekonomi Nasional di Tengah Pandemi COVID-19 yang digelar oleh PP IKA Unhas dan IKA Unhas Samarinda, 3 Agustus 2021.

Para narasumber dan peserta FGD Penguatan Daya Saing Ekonomi Nasional oleh PP IKA Unhas dan IKA Unhas Samarinda (dok: Pelakita.ID)

MRR hadir bersama beberapa praktisi, pengusaha dan elit BUMN ‘ber-DNA’ Unhas kekinian seperti Syarif Burhanuddin (PUPERA), Haedar A. Karim Nindya Karya, Subhan Semen Gresik, Sapri Pamulu Indah Karya, Alif Abadi KBN, Eka Sastra Pupuk Kaltim, Arief Rosyid BSI hingga Darwis Ismail Teknocorp.

“Minat saya sebagai pengusaha saat keluar dari kampus,” kata MRR di depan tidak kurang seratus peserta FGD daring yang dimoderatori Mappabali, S.H dari IKA Samarinda.

“Ada satu tekad, tidak mau jadi anak buah, masa keluar dari kampus jadi anak buah, keangkuhan anak muda masih ada,” akunya.

Karena itu, lanjut Ramli, sekeluar dari kampus hal pertama yang dilakukan adalah bagaimana menjadi pengusaha. Dia menyebut usaha pertamanya adalah pada bisnis pendidikan bersama sosok pengusaha Ismed Hasan Putra.

“Dia ketua umum persaudaraan haji Indonesia lalu pada tahun 2008 bersama Kanda Mubyl Handaling di Multiniaga, setelah itu mengembangkan lembaga bimbingan Ranu,” katanya.

Ramli pernah mengembangkan usaha koperasi simpan pinjam, kemudian masuk bisnis properti.

“Sempat masuk ke usaha tambang meski hanya kategori galian tambang C di Ranu Nusantara Infrastructure kerjasama dengan Sudirman Said, mantan Menteri ESDM,” ucapnya.  “Kemudian tahun 2008 saya mulai mengelola organisasi, kembali saya fokus ke bisnis.”

Tahun 2016, Ramli memimpin organisasi Ikatan Guru Indonesia. “Kiprah pemberdayan yang banyak saya lakukan adalah mendorog orang memotivasi orang lain sehigga mau berubah lebih baik, tahun 2016 sampai 2021,” tambahnya.

Setelah menyelesaikan mandat sebagai ketua IGI, Ramli tak lagi bersedia untuk kembali maju di IGI.

“Saya tidak mencalonkan diri sebagai ketua IGI dan merasa lima tahun tersita untuk pemberdayan, usaha hampir ditinggalkan, sebagian usaha masih hidup dan dalam tahun 2021 saya diminta kawan-kawan di Nusantara untuk memimpin satu organisasi bernama Jaringan Sekolah Digital Indonesia,” katanya.

MRR mengakui perjalanan karir sejak keluar kampus terutama terkait bisnis sangat dipengaruhi oleh kemampuan berjejaring.

“Jaringan ini begitu penting, karena banyak urusan menjadi lebih mudah. Ada banyak informasi tentang proyek pemerintah, swasta, kadang-kadang alumni yang tunjukkan kita,” tuturnya.

Ramli menyebut untuk bisa masuk jejaring, awalnya tidak mudah dan perlu fasilitasi. Mengambil perandaian mutiara, mutiara bisa bermakna, atau bernilai karena ada penyelam dan membawanya ke etalase.

“Mutiara di dasar lautan kalau tidak diangkat ke permukaan tidak ada nilai, malah lebih untung pemilik toko daripada penyelam itu,” katanya beranalogi.

Menurut MRR, jaringan atau penggambaran seperti itu yang perlu digalakkan di IKA Alumni Unhas.

“Saya cukup gembira, kita ada Whatsapp Group, ada saling bantu, saling merekomendasikan karena sehebat apapun mutiara kalau di dasar lautan, kalau tidak diambil penyelam, dibawa ke toko, dipajang di etalase, tidak akan ada nilainya,” tegasnya.

Okemi pale!

 

Editor: K. Azis

Related posts