Prof.Dr. Amran Razak, S.E, M.Sc adalah Ketua Pusat Kajian Manajemen dan Kebijakan Kesehatan FKM-Unhas
Intisari artikel
- Era destruktif telah membawa tantangan besar bagi sistem layanan kesehatan, termasuk dalam aspek penjaminan mutu. Disrupsi digital, pandemi global, dan perubahan ekspektasi masyarakat memaksa sistem kesehatan untuk bertransformasi.
- Tulisan ini membahas bagaimana inovasi dapat digunakan sebagai fondasi untuk membangun masa depan penjaminan mutu yang adaptif, berorientasi pasien, dan berkelanjutan. Pendekatan bottom-up, digitalisasi, serta kolaborasi lintas sektor menjadi kunci dalam menjawab tantangan ini.
PELAKITA.ID – Mutu layanan kesehatan merupakan komponen esensial dalam sistem kesehatan. Namun, era destruktif yang ditandai dengan perkembangan teknologi digital yang pesat, perubahan sosial-ekonomi, serta kondisi krisis seperti pandemi COVID-19 telah menguji ketahanan sistem mutu yang konvensional.
Oleh karena itu, penjaminan mutu tidak dapat lagi mengandalkan pendekatan birokratis dan linier. Dibutuhkan inovasi untuk menjaga dan meningkatkan mutu layanan dalam konteks yang terus berubah.
Tantangan Penjaminan Mutu di Era Destruktif
Perubahan Teknologi
Teknologi seperti telemedicine, big data, AI, dan IoT telah mengubah cara pelayanan diberikan. Namun, adopsi teknologi yang tidak merata menimbulkan kesenjangan kualitas antar wilayah, khususnya di daerah kepulauan dan pedesaan.
Ketimpangan Akses dan Digital Divide
Keterbatasan infrastruktur, literasi digital rendah, dan akses internet yang buruk menjadi hambatan utama dalam menerapkan sistem mutu berbasis digital di wilayah marginal.
Ekspektasi Masyarakat
Masyarakat semakin menuntut layanan yang cepat, transparan, dan personal. Sistem mutu lama yang lambat merespons kebutuhan pasien menjadi kurang relevan.
Krisis Global dan Ketahanan Sistem
Pandemi menunjukkan lemahnya sistem monitoring mutu dalam situasi darurat. Banyak fasilitas kesehatan yang tidak siap menghadapi lonjakan pasien dan gangguan layanan
Inovasi dalam Penjaminan Mutu
Digitalisasi Proses Mutu. Penerapan Electronic Health Record (EHR), dashboard mutu real-time, dan sistem early warning berbasis Artifical Intelegence (AI) dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi pemantauan mutu.
Telemedicine dan Remote Monitoring. Telemedicine memungkinkan pelayanan jarak jauh yang tetap berkualitas, sedangkan RPM (Remote Patient Monitoring) mendukung kontinuitas perawatan kronis dengan pengawasan mutu berbasis data.
Pelibatan Komunitas dan Kader Kesehatan. Model partisipatif yang melibatkan kader lokal dalam pemantauan mutu terbukti efektif di daerah kepulauan, seperti Puskesmas di wilayah Kodingareng, Makassar.
Inovasi Organisasi dan Tata Kelola. Desentralisasi pengambilan keputusan dan pembentukan tim mutu internal yang agile mendorong adaptasi cepat terhadap perubahan situasi.
Masa Depan Penjaminan Mutu: Arah dan Strategi
Reorientasi pada Nilai (Value-Based Quality). Fokus penjaminan mutu akan bergeser ke pendekatan berbasis nilai—mengukur mutu berdasarkan hasil yang bermakna bagi pasien, bukan hanya kepatuhan administratif.
Integrasi Layanan Digital dan Fisik. Hybrid care menjadi model masa depan, di mana mutu pelayanan digital diukur secara paralel dengan layanan tatap muka.
Continuous Quality Improvement (CQI) Berbasis Data. Penggunaan data real-time untuk CQI memungkinkan intervensi cepat sebelum terjadi kegagalan mutu.
Penguatan Ekosistem Kolaboratif. Sinergi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat menjadi fondasi dalam mengembangkan sistem mutu yang resilien dan inklusif.
Studi Kasus: Puskesmas Kepulauan
Sebagai contoh implementasi inovatif, Puskesmas kepulauan di Makassar menggunakan pendekatan supervisi daring untuk audit mutu, kader lokal sebagai agen mutu, sistem rujukan digital, penggunaan aplikasi sederhana berbasis Android untuk pencatatan mutu.
Model ini menunjukkan bahwa inovasi lokal yang disesuaikan dengan konteks geografis mampu mempertahankan mutu layanan.
Apa yang bisa disimpulkan dari penggambaran di atas adalah bahwa penjaminan mutu layanan kesehatan di era destruktif tidak bisa lagi bersandar pada sistem lama. Inovasi adalah keharusan.
Masa depan QA (Quality Assurance) harus inklusif, berbasis teknologi, berorientasi pasien, dan fleksibel terhadap perubahan. Kebijakan yang mendukung transformasi ini serta penguatan kapasitas sumber daya menjadi penentu keberhasilan.
Daftar Pustaka
- World Health Organization. (2020). Quality of care in fragile, conflict-affected and vulnerable settings.
- Porter, M. E. (2010). What is value in health care? *New England Journal of Medicine*, 363(26), 2477–2481.
- Ministry of Health Indonesia. (2022). Pedoman Penjaminan Mutu Fasyankes di Era Digital.
- Donabedian, A. (1988). The quality of care. How can it be assessed? *JAMA*, 260(12), 1743–1748.
- Kodingareng Puskesmas Report. (2023). Innovation in Primary Health Care in Island Settings.
- Razak, Amran.(2025). Exploring Factors Influencing Equitable Access to Healthcare in Urban Makassar through the Dottoro’ta Case, E-jurnal, Andragogi Kesehatan, Vo. 4, No. 2. p13-23.