PELAKITA.ID – Ir Muliadi Saleh, pemerhari pembangunan desa yang sedang menikmati keindahan pantai Tanjung Babia Pasangkayu, mengirimkan sejumlah larik puisinya ke Pelakita.ID, Ahad, 20 April 2025. Indah betul, mari simak.
Anak Pantai dan Kesetiaan Ombak
Ombak datang, setia,
menyapa pantai tanpa lelah,
seperti janji yang tak pernah lupa,
bahwa laut selalu pulang pada pasirnya.Mereka bertemu dalam peluk buih,
berkejaran di atas batu dan karang,
dengan suara gemuruh yang bukan ancaman,
melainkan nyanyian rindu yang pulang bersahaja.Anak-anak berlarian,
tubuh kecil mereka mecebur dalam riang,
menyambut air asin yang menggigit manja kulit,
tertawa, menjerit, bercampur tawa bahagia.Bau laut mengisi paru-paru mereka,
asin, liar, dan jujur,
menyatu dengan aroma pasir basah,
dan karang yang menyimpan rahasia waktu.Di tangan mereka ada perahu,
mainan sederhana dari kayu tua,
yang tak tergantikan oleh gawai atau layar digital,
karena perahu itu,
mengerti gelombang kecil dan arus liar di hati bocah.Biarkan mereka liar,
karena lautan bukan musuh yang harus ditundukkan,
melainkan sahabat yang mengajarkan kebebasan,
tentang keberanian menantang ombak,
dan kesenangan tanpa syarat dalam air yang tak pernah diam.Mereka adalah anak pantai,
yang tumbuh dari cerita karang dan nyanyian angin,
yang tak akan pernah tahu makna laut,
jika tak pernah mengakrabi asin dan luka kecil dari karang dan kerang.Jangan pernah memunggungi laut,
sebab darat dan lautan
adalah dua sisi dari satu puisi panjang,
orkestra alam yang berdendang dalam irama utuh:
ada air, ada tanah,
ada gelombang, ada akar,
ada debur, ada detak,
semuanya menyatu dalam nyanyian alam yang purba.Anak-anak itu akan dewasa,
tapi pasir akan mengingat jejak mereka,
dan laut akan mengenang suara tawa mereka,
sebab kesetiaan ombak
bukan hanya pada pantai,
tapi juga pada ingatan yang ditanam dalam dada mereka.Pantai Tanjung Babia,20 April 2025
-Moel’S20042025-
