In memoriam Irwan Parawansa Daeng Sila: SAYA sudah pensiun

  • Whatsapp
Irwan Parawansa (Daeng Sila

DPRD Makassar

Sepintas orang bisa keliru melihatnya dan menganggapnya sebagai bodyguard karena memang postur dan gaya jalannya mirip bodyguard.

PELAKITA.ID – KABAR duka selalu menyesakkan dada. Kali ini saya terima kabar melalui kriman WA dari teman, Senin 13 Februari 2023. Innalilahi Wainnalilahirojiun, telah wafat Drs Irwan Parawansa. Almarhum dikenal sebagai guru di SMA Negeri 1 Makassar.

Dalam beberapa tahun terakhir, saya cukup intens berinteraksi dengan almarhum. Itu pun dikenalkan oleh kawan yang merupakan sahabat karibnya di dunia seniman. Terakhir kali saya bertemu dengan “Daeng Sila”, begitu ia akrab disapa, awal 2022.

Read More

Sebelumnya setiap kali berkunjung ke Surabaya,Jawa Timur, selalu menghubungi saya untuk menemuinya.

“Saya datang berobat di sini,” ujarnya yang ditemani Ali Mannaggalli, keponakannya (anak bungsu Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa).

Sesekali Ali menimpali obrolan kami. Ia mengaku habis mengantar  Om Sila terapi bekam.

“Saya yang selalu mengatar kalau beliau ke Surabaya. Saya masih ingat juga dulu Om Sila yang selalu mengantar kami ke sekolah waktu masih kecil di Makassar,” kenangnya.

Saat itu Daeng Sila masih kelihatan ceria dan banyak senyum. Meskipun saya tahu dari informasi kawan di Makassar, bahwa almarhum kerap mengeluhkan diabetes yang dideritanya dan telah berkomplikasi dengan penyakit lainnya.

Pasca pensiun, Irwan sebenarnya menyimpan hasrat untuk mengisi masa purna tugasnya di Surabaya dengan membuka usaha kuliner dengan menu khas Makassar seperti coto, pallubasa dan ikan bakar.

“Cari-cari maki dulu ruko yang bisa kita sewa untuk jual makanan Makassar,” katanya seingat saya.

Irwan sebenarnya belum lama “pensiun” sebagai guru di SMA Negeri 1 Makassar.

“Insya Allah tidak lama lagi saya resmi pensiun,” ujarnya pelan bercampur sedih saat kami bertemu di Surabaya.

Ia seperti berat mengucapkan kata itu, karena saking cintanya almarhum terhadap profesi “pahlawan tanpa tada jasa” yang ia tekuni selama ini.

Karena baginya, dari situlah ia banyak belajar mengenal berbagai karakter siswa (i) yang pernah bersamanya.

“Alhamdulillah segalanya menambah modal pengetahuan untuk mengenal lebih dekat berbagai karakter manusia,” tutur Irwan.

Menurut cerita dari kawan, nama Irwan Parawansa sangat dikenal di kalangan siswa dan guru SMA 1 Makassar.

Bahkan orang tua siswa pun demikian, kadang meminta nomor handphonenya hanya untuk bisa berkomunikasi ikhwal keamanan anaknya di sekolah.

Guru mata pelajaran sejarah ini perawakannya tinggi besar. Sepintas orang bisa keliru melihatnya dan menganggapnya sebagai bodyguard karena memang postur dan gaya jalannya mirip bodyguard.

“Apalagi kalau dia sudah pake kacamata hitam dan batik khas Solo, orang mengira dia pasukan khusus Pengamanan Presiden (Paspampres),” cerita Kiblat Said, sohibnya yang mantan jurnalis Suara Pembaruan di Makassar.

Pemain teater

Sebelum jadi guru, Irwan yang kelahiran Makassar 19 April 1962 ini sejak remaja justru memiliki hobi dan kegemaran yang terbilang unik.

Ia menekuni olahraga tinju yang waktu itu tergabung di sasana Rajawali Boxing Club (RBC) yang dipimpin Atong.

Pada saat yang sama di sekolahnya ia juga terbilang aktif dalam dunia seniman dengan tergabung dalam grup “Teater Tiga” (ekstrakulikuler di SMA 3 Makassar) dan saat tamat dilanjutkan bergabung ke “Teater Tambora”.

Seiring perjalanan waktu, pada tahun 1989, bermodal ijazah sarjana pendidikan dari IKIP Ujungpandang (sekarang Bernama UNM), Irwan diyatakan lulus seleksi CPNS.

Ia mengikuti prajabatan, lalu ditempatkan di Parepare, dan diperbantukan mengajar di SMA Nasional milik Yayasan Nasional pimpinan Andi Dagong.

Pada tahun 1995, Irwan dipindahkan ke Makassar atas disposisi surat Kanwil Depdikbud Sulsel, Drs.Aminuddin Macmud kepada Kormin Kanwil Depdikbud dan pindah tugas mengajar bidang studi sejarah di SMA Negeri 1 di Makassar hingga pensiun pada tahun 2022.

“Pengalaman dari selama mengajar, terkadang saya merenung bahwa menjadi pejuang pendidikan tidaklah mudah. Walau begitu, saya merasa bangga jadi guru karena ada kemuliaan yang dapat diraih demi menjadi modal dalam kehidupan,” ujarnya suatu ketika.

Yang saya tahu, ada dua filofosi hidup almarhum. Selalu berusaha mengetahui sesuatu sebelum orang mengetahuinya. Dan janganlah memulai sesuatu dengan emosional sebab ujungnya bisa menjadi malu yang di dapatkan.

Selamat jalan Irwan Parawansa. Takdir telah mengantarkanmu Kembali pada sang Khalik pemilik semesta. Semoga amal ibadah dan pengabdianmu diterima di sisiNya.


Penulis: Rusman Madjulekka

Jakarta, 13 Februari 2023

Related posts