MPRG Unhas rintis pengelolaan sampah plastik partisipatif di 3 kabupaten Sulsel

  • Whatsapp
Tim MPRG (Ahmad Faizal, Tri Harianto, Shinta Werorilangi, Wilma Moka)

DPRD Makassar

Tujuan utama kegiatan ini adalah mengurangi kebocoran sampah plastik dari sungia. Lokasinya di Sungai Maros di KabupatenMaros, Sungai Kariango di Kabupaten Pinrang, dan Sungai Cenranae di Kabupaten Bone.

Shinta Werorilangi, Ph.D, Team Leader (MPRG)

Read More

PELAKITA.ID – Hasill riset Jenna Jambeck pada 2015 menunjukkan Indonesia adalah kontributor sampah plastik peringkat dua terbesar di dunia. Indonesia menyumbang 2,5 juta ton sampah plastik atau nomor dua setelah China.

Posisi Kepulauan Indonesia yang merupakan bagian dari The Great Pacific Garbage Patch serta ARLINDO atau Alur Laut Indonesia menjadi salah satu wadah atau kanal,

Itu pula mengapa perlu antisipasi pada tingkat grassroot agar sampah tak mengotori dan merusak lautan secara terus menerus.

Posisi itu pula yang menjadi alasan mengapa Indonesia perlu upaya pencegahan kebocoran sampah plastik dari sungai masuk ke lautan dengan mendayagunakan seluruh kekuatan untuk mencegah sampah dari daratan.

“Iya, kami menyebutnya, preventing river bound plastic.  Unhas telah membentuk tim Kelompok Peneliti Sampah Lautan atau Marine Plastic Research MPRG  Group Unhas,” jelas Shinta Werorilangi, Ph.D, team leader proyek yang dikerjasamakan dengan organisasi internasional Alliance to End Plastic Waste (AEPW).

“Sebelum itu, kita sudah sering sampaikan dalam banyak kesempatan ke publik bahkan ke mahasiswa peserta KKN tentang ancaman sampah ini. Tanpa tindakan atau antisipasi, lautan kita akan suram ke depan,” sebut Shinta yang merupakan ahli pencemaran laut di FIKP Unhas saat ditemui di Ruang Dekan WD 3 FIKP Unhas, 4/1/2023.

Dia menyebut, upaya pengelolaan sampah sesungguhnya bukan hal baru, hanya saja sudah banyak program namun lemah di kepastian keberlanjutan pengelolaan dan terbatasnya kapasitas masyarakat pengelola.

“Perlu pelibatan masyarakat sejak perencanaan termasuk konstruksi dan penguatan kelembagaan pengelola,” ujar Shinta.

Ada kebijakan

“Kita kan ada kebijakan pemerintah ya, seperti dalam tahun 2017 dimana pemerintah mencanangkan Indonesia bebas sampah di tahun 2050 dan Indonesia harus mengurangi sampah plastik lautan sampai 70% di tahun 2025,” ungkap Shinta.

Terkait itu, Shinta menyebut dalam tahun 2018, Pemerintah RI pun mengeluarkan Perpres No 83 tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut.

Mahasisw KKN pada empat kabupaten saat mengikuti opelatihan bersama MPRG Unhas (dok: istimewa)

“Lalu ada pula Rencana Aksi Nasional RAN tertuang di Pasal 2 Ayat 3  yang menyebut pertama, adanya gerakan nasional peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan, kedua, pengelolaan sampah bersumber dari daratan;” ucap Shinta.

“Ketiga, penanggulangan sampah di pesisir dan laut, keempat, adanya mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, pengawasan, dan penegakan hukum; dan kelima penelitian dan pengembangan,” paparnya.

Shinta menyebut, kelima strategi tersebut harapannya mampu menggerakkan kesadaran seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan secara serentak sehingga bisa tercapai pengurangan sampai 70 persen sampah plastic di tahun 2025.

“Pertanyaan, tersisa 3 tahun lagi, bisakah tercapai?” ucapnya.

Aksi MPRG

Shinta menerangkan, Marine Plastic Research Group, MPRG – UNHAS eksis untuk menangani sampah plastik yang ada di laut.

“80 persen sampah itu berasal dari daratan yang terbawa oleh aliran sungai masuk ke daerah laut. Oleh karena itu sangat penting untuk mencegah masuknya sampah plastik dari sungai ke lingkungan laut,” tegasnya.

“Saat ini, kami sebagai bagian dari Kelompok Peneliti Plastik Lautan-Universitas Hasanuddin atau Marine Plastic Research Group mendapat dukungan pendanaan dari the Alliance to End Plastic Waste, AEPW. Kami memfasilitasi dan mendorong pelaksanaan kegiatan yang berupaya mencegah hal itu terjadi,” terang Shinta.

“Salah satunya adalah dengan memasang alat pemerangkap sampah atau trash trap di sungai agar mencegah sampah plastik masuk ke lingkungan laut,” jelasnya.

Sekda Pinrang, Ir Andi Budaya saat memberi sambutan pada kegiatan sosialisasi MPRG di Pinrang (dok: istimewa)

“Tujuan utama kegiatan ini adalah mengurangi kebocoran sampah plastik dari sungai. Lokasinya di Sungai Maros di Kabupaten Maros, Sungai Kariango di Kabupaten Pinrang, dan Sungai Cenranae di Kabupaten Bone,” ungkapnya.

Trash trap yang dimaksud Shinta adalah bangunan yang menghadang dan memerangkap sampah.

“Untuk instalasinya, kami koordinasi dengan otoritas sungai sebab perlu ada izin dan kepastian tidak mengganggu ekosistem saat dipasang,” ujar Shinta.

Dia menyebut, caranya adalah dengan memasang perangkap sampah di sekitar muara sungai, dilengkapi dengan fasilitas pengumpulan dan pemilahan.

Titik yang akan dibanguni TPS yang didukung MPRG Unhas (dok: Irwan Hamid)

“Fasilitas ini yang akan dikelola oleh anggota masyarakat di sekitar lokasi infrastruktur pemerangkap sampah. Ini yang kita sebut partisipatif, pihak lain ikut membantu, baik teknis maupun dukungan kebijakan nantinya,” jelas Shinta.

Dia menyatakan, kegiatan ini akan melibatkan partisipasi warga masyarakat dalam mengoleksi di TPS, menyortir dan membersihkan sampah plastik, serta adanya program penyadaran masyarakat.

“Termasuk melalui pelibatan mahasiswa KKN, pemerintah dan LSM setempat, serta Bank Sampah dan usaha daur ulang sampah atau waste to value,” jelasnya.

Dia berharap, adanya penemuan, recovered, kembali sampah plastik dari wilayah sungai atau perairan dan daratan sekitarnya yang akan secara signifikan mengurangi kemungkinan bocornya sampah plastik ke lingkungan lautan.

“Kita ingin, sampah padat yang telah dikelola seperti plastik dan kompos akan diserahkan ke Bank Sampah untuk memperoleh nilai tukar ekonomi, yang disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat yang lebih baik dalam mengelola sampah plastik,” jelas Shinta.

Untuk memberikan asistensi pada instalasi itu, ada anggota tim yang berpengalaman dalam bindang instalasi perairan dan pesisir yaitu Prof Tri Harianto dari Teknik Sipil Unhas.

“Beliau yang merupakan penanggungjawab dari desain dan konstruksi trash trap di sungai-sungai yang sedang kita siapkan saat ini,” jelas Shinta.

Selain Prof Tri Harianto, tim yang di-SK-kan Dekan FIKP Unhas, Dr Syafruddin pada Januari 2022 ini juga diisi akademisi berpengalaman seperti Wilma J. Caroline Moka, Ph.D, Dr Ahmad Faizal serta Dr Muhammad Kurnia.

“Tim akan bekerja hingga 2024,’ imbuh Shinta.

TPS disiapkan di Pinrang

Pelakita.ID mewawancarai Irwan Hamid, salah seorang pedagang udang di Pinrang mempunyai harapan besar agar sampah yang kerap menjadi ancaman di pesisir Pinrang, terutama di kampung halamannya bisa dienyahkan.

“Alhamdulillah sehat pak, kemarin juga sudah bertemu ibu Shinta dari Unhas dan sempat mampir ke rumah,” balasnya saat dikontak Pelakita.ID.

Tim MPRG bersama para pihak di Pinrang saat penentuan lokasi TPS (dok: istimewa)

“Alhamdulillah bangunan terealisasi. Saat ini kami sedang menyiapkan pembangunan Tempat Pembuangan Sampah atau TPS-nya atas kerjasama dengan Unhas itu,” katanya.

Menurut Irwan, sejak 2017 dia sudah punya gagasan khusus utk daerah Kelurahan Lanrisang terkait penampung sampah ini.

“Mudah mudahan jadi percontohan dan bisa dicontoh desa-desa lain dengan harapan semua kecamatan yang ada di Kabupaten Pinrang bisa terwujud,” sebutnya.

“Semoga tercipta kabupaten Pinrang secara global, bersih dari segala pencemaran yang berimbas kepada pembudiya udang juga. Aamiin,” pungkas pembudidaya udang dan pedagang produk perikanan asal Lanrisang Pinrang ini.

 

Editor: K. Azis

Related posts