Ketua ISLA Unhas desak Kemenkomarves tengahi kisruh pupuk untuk petambak udang

  • Whatsapp
Ketua ISLA Unhas (kedua dari kiri) bersama pengurus (dok: istimewa)

DPRD Makassar

Info terkini terkait pupuk untuk petambak di Pinrang: Urea di pengecer Rp. 135 ribu, Phoska Rp. 135 ribu, SP36, petambak belum dapat . Jika jatah pupuk habis, petambak beli bebas, dengan harga Urea Rp. 155, SP36 Rp. 210 ribu.  Inilah realitasnya, petambak udang tidak masuk skema dapat pupuk subsidi. Hanya petani dengan lahan di bawah 2 hektar.

 

Read More

PELAKITA.ID – Pakar budidaya perikanan, alumni Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas angkatan 1994, Dr Tarunamulia menyatakan tanah pada tambak-tambak di Sulawesi Selatan ada yang bersifat sulfat masam dan miskin pupuk Posphat terlarut dan pada tambak berpasir miskin pupuk N atau nitrogen.

“Input alami tersendat gara-gara konstruksi saluran gagal fungsi yang secara teknis menyiapkan kebutuhan budidaya tambak. Di tengah himpitan kurangnya informasi teknologi dan kelangkaan pupuk, pembudidaya menggunakan pupuk kandang yang kadang sudah bercampur hormon dan antibiotik,” jelasnya.

“Bagaimana tambak tradisional bahkan semi-intensif mau hidup dan berproduksi?” tanyanya kepada Pelakita.ID, 1 September 2022.

“Itulah mengapa pupuk menjadi sangat penting jika ingin mendongkrak produksi udang Sulsel, pada udang Vaname atau Windu,” tegas putra Soppeng yang kini bekerja di BRIN ini.

Apa yang disampaikannya tersebut sekaitan dengan kisruh antara ketersediaan pupuk seperti SP36 yang sangat dibuutuhkan oleh petambak ikan atau udang yang menempatkan Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan – sebagai Lembaga negara yang bertanggung jawab menjamn pemberdayaan pembudidaya ikan.

Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Universitas Hasanuddin ikut bicara. Menurutnya, masalah keterbatasan atau ketersediaan pupuk untuk pembudidaya ikan (termasuk udang) sudah lama dirasakan.

Dia yang juga pengusaha tambak ini menyadari bahwa perlu solusi sungguh-sungguh dari negara untuk menjamin ketersediaan pupuk itu.

“Kebutuhan pupuk bagi pembudidaya udang atau ikan ini sangat tinggi. Selain karena faktor lahan tambak kita yang memang semakin miskin unsur hara dari waktu ke waktu seperti phospat, nitrogen, juga karena sistem pasok pupuk yang memang bersoal sejak awal,” kata ketua Kerukunan Keluarga Luwu Raya di Jakarta ini.

Menurut Darwis, persoalan klasik pendistribusian di kalangan petani yang jelas-jelas di bawah kendali Kementerian Pertanian terasa lebih rumit di kalangan pembudidaya atau petambak ikan atau udang.

“Kisruh yang kita lihat di layar kaca, di mana ada kesan saling tunjuk, tidak koordinasi dan cenderung saling lempar tanggung jawab untuk kepastian ketersediaan pupuk bagi pembudiaya udang itu adalah titik puncak persoalan ini. Kasihan petambak udang kita pada mereka pemasok devisa negara,” ujar Darwis.

“Ikut prihatin karena masih adanya perbedaan cara pandang antar Kementerian termasuk belum jelasnya kewenangan siapa sesungguhnya yang berwenang menjamin ketersediaan pupuk bagi pembudidaya perikanan ini,” tambahnya.

“Kemenkomarves, Kementerian Koordinasi Maritim dan Investasi harus turun tangan menengahi ini. Udang ini adalah salah satu dari tiga komoditi perikanan kita di Sulsel yang memberi devisa bagi negara ini. Kebutuhan atas pupuk ini harus diprioritaskan, dijaga dan dikawal,” tegasnya.

Yang bisa dilakukan, lanjut Darwis, adalah memetakan pengguna pupuk budidaya, berapa realisasi dan apa saja gap-nya di lapangan.

Terkait ini, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel, Muhammad Ilyas menyambut baik usulan ISLA Unhas dan mengajak para pihak untuk bersama-sama mengawal dan memastikan ketersediaan pupuk bagi petambak di Sulsel ini.

“Saya ajak kawan-kawan pemerhati budidaya udang atau ikan untuk bersama-sama memetakan, meng-update mekanisme penyediaan pupuk bagi petambak termasuk memastikan kondisi terkini, pasokan dan ketersediaan pupuk untuk petambak kita di Sulsel,” katanya.

Dia juga berharap andai ISLA Unhas bisa memediasi komunikasi antara KKP dan Kementan terkait tata kelola pupuk untuk usaha budidaya perikanan yang memang sangat esensial ini.

Kontribusi udang Sulsel

Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sudirman sangat berharap udang Sulsel terus menjadi kontributor menguatnya ekonomi daerah bahkan nasional. Dia sangat mendukung ini dengan mendukung penuh melalui Program Revitalisasi Udang Windu bernama Pandawa 1.000 di Pinrang. Setibu hektar tambak udang sedang dikelola dan dikembangkan produksinya.

Gubernur paham bahwa sektor perikanan berkontribusi signifkan terhadap perekonomian Sulawesi Selatan. Nilai ekspor terus tumbuh positif. Nilai ekspor perikanan Sulsel mencapai 361 juta dollar AS atau setara dengan Rp51,68 triliun sepanjang tahun 2021 (Kurs Rp14.305).

Volume ekspor perikanan Sulsel sepanjang tahun 2021 mencapai 178 ribu ton. Komoditas rumput laut masih mendominasi, yaitu 152 ribu ton atau 85 persen dari total ekspor perikanan. Nilainya mencapai 164 juta dollar AS.

Jika dibandingkan dengan tahun 2020 lalu, volume ekspor rumput laut Sulsel tumbuh 12 persen. Tahun lalu, capaiannya sebanyak 134 ribu tong dengan nilai 137 juta dollar AS. Salah satu primadonanya adalah udang beku.

Pembaca sekalian, total ekspor mencapai 9.093 ton dengan nilai 82 juta dollar AS.Tahun lalu, ekspor udang beku juga tumbuh positif, yaitu 12 persen. Di mana tahun 2020, volume ekspor udang beku mencapai 8.107 ton dengan nilai 75 juta dollar AS.

 

Editor: K. Azis

Related posts