Pakar UMI, Lambang Basri: Reformasi moda transportasi sangat diperlukan

  • Whatsapp
Para narasumber diskusi publik Membanguh Konektivitas Transportasi bersama perwakilan Dinas Perhubungan Sulsel (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – UPT Mamminasata Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Selatan menggelar Dialog Publik ‘Membangun Konektivitas Transportasi’ di Hotel Golden Tulip, Makassar, 20/12/2021.

Kadis Perhubungan Sulsel, Dr Muhammad Arafah menegaskan, salah satu visi Pempro Sulawesi Selatan adalah Sulsel Terkoneksi. “Ini tentunya menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai insan perhubungan untuk merealisasikannya,” yang dibacakan oleh H. Muh. Anis, SE, MSi Kabid Angkutan Jalan

Menurutnya, pengguanan fasilitas bandara, pelabuhan, terminal dan serta fasiitas penggunaan transportasi umum perkotaan terus didorong. “Untuk itu, perlu komitmen bersama, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinis dan Pemerintah Kabupaten-Kota dalam mewujudkannya.

Read More

“Melalui Forum LLAJ Sulsel, kami mendorong partisipasi para phak termasuk sinergitas dengan Kepolisaian, pekerjaan umum dan termasuk masyarakat transportasi Indonesia,” sebutnya lagi.

“Kami berharap, kerjasama provinsi dan kabupaten kota semakin terwujud terutama di kawasan perkotaan dimana masalah transportasi semakin komplekjs,” harapnya.

Setelah sambutan Kadis lalu dilanjutkan dialog yang menghadirkan Prof Sakti Adji Adisasmita, Ph.D Guru Besar sistem transportasi UNHAS, Ir Lambang Basri Said Ph.D (akademisi dan pakar transportasi UMI), Kepala Bidang Keamanan dan Ketertiban Lalu Lintas Polda Sulsel Kompol Restu Wijayanto, S.IK dan Kepala UPT Mamminasata, Prayudi Syamsibar.

Dr Lambang Basri Said M.T. Ph.D dari Universitas Muslim Indonesia meminta para pemangku kepentingan di kabupaten-kota dalam wilayah Mamminasata berkoordinasi dan membangun komunikasi efektif untuk menghasilkan moda transportasi yang terkoneksi.

Lambang menyebut bahwa pengembangan moda transportasui sangat dipengaruhi oleh sikap penduduk, budaya, berbagai hal terkait masyarakat akan menjadi pemicu.

“Kita lihat beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang jalan itu berkaitan dengan jumlah kendaraan. Dan, pengeluaran pemerintah untuk transportasi berpengaruh untuk pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Dia menyebut bahwa untuk kawasan Mamminasata atau Sulawesi Selatan secara umum, reformasi moda transportasi sangat diperlukan, baik sisietm maupun pemerintahnya.

“Kita itu ngin mendorong, kepala dinas, kita ingin mendorong bahwa ada komitemn Pemerintah Provinsi dan Pemerintak Kabupaten Kota untuk duduk bersama untuk mengatur. Teman Bus sudah ada, jaringan sudah ada, polarisasi feeder sudah diberi isyarat oleh tim kajian Teman Bus dan itu bisa diakomodir,” ucapnya.

Persoalannya, lanjut Lambang, bagaimana mengakomodasi re-trayek, fungsi trayek untuk angkutan pete-pete dan integrasi dengan sistem Teman Bus,” tutur Dosen Fakultas Teknik Sipil UMI ini.

Dia juga menyebut bahwa kondisi pete-pete secara pandangan persepsi tidak nyaman dari segi umur, jangkauan. “Pete-peye itu baiknya 20 km ke bawah,” ucapnya terkait operasi pete-pete.

Ditambahkan bahwa manfaat pengelolaan transportasi dalam konektivitas adalah pada mobilitas perpndahan orang yang akan lancar.

“Perpindahan orang dan barang itu akan lancar dan stablitas harga barang terpelihara lalu nilai ekonomi kawasan bagus, stabil dan perkembangan wilayah hampir tidak terhambat,” imbuhnya.

Dia menyebut bahwa peran transportasi secara umum di Mamminasat ada baiknya bicaca dua hal. “Bus dan truk, bagiaman yang lain bisa ditekan, bagaimana bisa dibatasi untuk memaksimalkan transportasi massal di bidang orang dan barang,” katanya.

Dia mengingatkan tantangan moda transportasi massal di Kota Mammiansata adalah sistem dan kelembagaannya.

“Sistem pergerakan angkutan umum di Sulsel dibantu oleh pusat, diberikan ke Provinsi, lalu hirarki di bawah, ada impian Kota, ada transportasi smart, persoalannya adalah kombinasi dua keinginan ini tidak jalan melalui sistem kelembagaan,” ungkapnya.

“Mestinya kalau mau jalan harus punya hirarki, pemrrintah punya hirarki, sistem transportasi pun ada hirarki,” katanya.

Lambang juga menyorot fakta tentang operasi Teman Bus yang diprotes pete-pete. Hal yang disebutnya kurang tepat jika menyebut ada yang ‘mengambil dan diambil’ trayeknya.

“Tidak ada mengambil dan diambi tapi yang diperlukan adalah sistem. Tidak mungkin aturan massal beroperasi pada jalan lokal sementara bus telah diimpikan tahun 2003. Itu sudah hampir 20 tahun lalu, mestinya sudah hadir,” sebutnya tekait operasi bus di Kota Makassar

“Secara ril, kita harus pikirkan bahwa operasi pete-pete tidak bisa jauh,” lanjutnya.

Dia juga mengapresiasi inisiatif Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memfasilitasi adanya Project Inplementation Unit (PIU) yang disebutnya bisa menjadi pendorong integrasi, koordinasti dan fasilitasi pengembangan dan interkoneksi transportasi di Mamminasata.

“Saya juga mau masuk nanti jadi anggota kalau PIU ini masih ada ke depan,” katanya.

Sementara itu, Kompol Restu Wijayanto, S.IK memberi pujian untuk Pemprov yang telah mengembangkan sistem transportasi seperti Teman Bus yang menurutnya sangat relevan dengan kebutuhan kota moderen seperti Makassar atau Mamminasata.

“Saya pernah tinggal di Bogota Kolombia dan tahu bahwa di sana itu butuh waktu lebih sepuluh tahun untuk ada BRT di sana,” kata perwira polisi asal Banyumas, Jawa Tengah ini.

“Saya senang bahwa daerah asal saya Banyumas itu sudah mengoperasikan Trans Jateng,” tambahnya terkait aplikasi moda transportasi massal di Jawa Tengah yang sedang dikembangkan dan meliputi Banyumas.

Oleh sebab itu, Kompol Restu menyebut bahwa pengoperasian Teman Bus di Kota Makassar dan sekitarnya perlu didukung dan dijalankan dengan komunikasi dan sosialisasi yang baik.

Dia mengemukakan perlunya kesadaran warga kota untuk menghargai ketentuan atau regulasi transportasi. “Kalau misalnya ada jembatan penyeberangan jangan menengok kiri-kanan lalu segera lari menyeberang jalan, menyeberang di jalanan, naiklah ke jembatan,” katanya sebagai contoh bahwa kesadaran warga masih perlu untuk ditingkatkan.

Dia juga menyebut bahwa banyak pengendara terutama pemotor di sekitar Daya yang melawan arus.

“Saat ada polisi dia berputar, tetapi saat tidak ada polisi dia lawan arus,” imbuhnya.  Dia juga menyampaikan perlunya penyadaran untuk anak usia dini. “Didik anak-anak kita di usia dini untuk menaati aturan yang ada,” tambahanya.

Dialog berlangsung menarik sebab beberapa peserta menanyakan betapa lemahnya perencanaan transportasi massal di Sulawesi Selatan yang diindikasikan tidak berfungsinya hal yang dibangun di Gowa dan Takalar hingga perlunya kesadaran bersama untuk membenahi kapasitas, model koordinasi dan efektivitas keterhubungan di Mamminasata.

“Kami senang sekali saat tahu ada Teman Bus, tapi karena belum melayani ke arah Takalar maka kami berharap Teman Bus bisa beroperasi sampai di sana terutama di jalur Barombong ke Galesong,” harap Parawansa, dari Dishub Takalar.

Sementara Irlan dari Dishub Makassar menyorot masih rendahnya kesadaran warga dalam menjaga fasilitas transportasi dalam kota yang dibangun.

Related posts