PELAKITA.ID – Kepala Desa Balambano, Muhamat Ronal M, menaruh harapan besar pada geliat baru ekonomi warganya.
Ia percaya, kehadiran rumah produksi gula aren di desanya bukan hanya soal pengolahan nira menjadi manisan, melainkan juga tentang menyalakan kembali semangat kebersamaan dan kemandirian masyarakat.
“Dengan adanya rumah produksi ini, warga Dusun Balambano dapat berkontribusi dalam menjaga dan merawat fasilitas yang sudah ada. Rumah produksi juga bisa menyerap tenaga kerja, membantu ibu-ibu di sekitar agar lebih produktif, bahkan menjadi media edukasi karena letaknya tepat di depan SDN 259 Balambano,” ujar Muhamat Ronal dengan nada optimistis.
Harapan itu bukan tanpa dasar. Sejak beberapa bulan terakhir, Desa Balambano di Kecamatan Wasuponda memang tengah menapaki babak baru dalam perjalanan ekonominya.
Didukung oleh PT Vale Indonesia dan Pemerintah Desa, rumah produksi gula aren yang berdiri di desa ini menjadi simbol kolaborasi, pembelajaran, dan kebanggaan bersama.
Langkah-langkah penguatan kelembagaan dimulai sejak September 2025, ketika Yahyuddin, fasilitator desa bersama kepala desa, perangkat, dan pelaku usaha gula aren bergotong royong menyusun Standard Operating Procedure (SOP) produksi.
Panduan ini memastikan setiap tahapan — mulai dari penyadapan nira, pengolahan, hingga pengemasan — dilakukan secara seragam, higienis, dan sesuai standar mutu.
Draft SOP kini telah rampung dan dijadwalkan untuk dipresentasikan dalam forum musyawarah desa pada 13 November 2025, agar seluruh pihak dapat menyepakati panduan kerja yang realistis dan aplikatif di lapangan.
Sebagai bentuk komitmen pemerintah desa, Surat Keputusan (SK) Kelompok telah diterbitkan sebagai landasan hukum operasional bagi para pengrajin.
Langkah ini mempertegas tekad Desa Balambano untuk membangun kelompok usaha yang profesional, transparan, dan siap bermitra dengan berbagai pihak.
Dalam prosesnya, fasilitator desa dan Community Development Officer (CDO) PT Vale turut memberikan asistensi dalam penyusunan visi, misi, serta pembagian peran pengurus kelompok agar setiap anggota memahami tanggung jawabnya dalam mengelola rumah produksi secara berkelanjutan.
“Pada pertengahan November, diharapkan akan digelar pelatihan lanjutan untuk memperkuat kapasitas kelompok, khususnya dalam bidang administrasi, pencatatan keuangan, pengelolaan aset, dan tata kelola kelembagaan,” kata Yahyuddin yang akrab disapa Yayank.
Peningkatan kapasitas ini diharapkan menjadi tonggak penting bagi rumah produksi agar mampu berdiri di atas kaki sendiri — tidak hanya mengandalkan bantuan eksternal, tetapi juga dapat mengelola sumber daya lokal dengan cara yang efisien dan akuntabel.
Ke depan, fokus kerja juga diarahkan pada legalitas dan perluasan pasar. Pemerintah Desa dan fasilitator akan menjembatani kelompok pengrajin dengan lembaga sertifikasi seperti BPOM, Halal, dan PIRT, agar produk gula aren Balambano mampu menembus pasar yang lebih luas.
“Upaya ini disertai dengan pendampingan dalam memasarkan produk, baik secara daring maupun luring, termasuk menjajaki potensi pembeli dan sumber pendanaan lain di luar bantuan PT Vale dan Pemerintah Desa,” sebut Yayank.
Semua langkah strategis ini berpuncak pada satu cita-cita besar: menjadikan Rumah Produksi Gula Aren Balambano sebagai pusat kebanggaan desa — tempat di mana tradisi bertemu inovasi, dan gotong royong berpadu dengan profesionalisme.
Kini, rumah produksi gula aren bukan lagi sekadar dapur nira, melainkan laboratorium sosial-ekonomi, tempat masyarakat belajar, berkolaborasi, dan membangun masa depan.
Bila proses ini terus dijaga dengan semangat kebersamaan, bukan mustahil suatu hari Gula Aren Balambano akan dikenal luas — bukan hanya karena rasanya yang manis, tetapi karena kisah di baliknya yang menginspirasi.
Redaksi
