Nawa Cita Gubernur Sulteng, Berani Panen 6 Ton Per Hektar

  • Whatsapp
Ilustrasi Pelakita.ID

PELAKITA.ID – Sulawesi Tengah mempunyai posisi strategis sebagai pelintasan perdagangan wilayah regional Sulawesi.

Provinsi ini juga memiliki peran penting sebagai penyangga Ibu Kota Negara (IKN). Dengan keragaman agroekologi yang tinggi—mulai dari iklim kering hingga iklim sedang dan elevasi wilayah yang lengkap—Sulawesi Tengah memiliki potensi pertanian yang sangat besar.

Komoditas unggul seperti kakao, kelapa, cengkeh, dan kopi merupakan komoditas ekspor dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Selain itu, Teluk Tomini dan Teluk Palu adalah kawasan yang sangat kaya, meskipun belum digali secara optimal.

Berani Panen Produktivitas 6 Ton per Hektar

Perlu memberi apresiasi jiika Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk memprioritaskan target produksi hingga 6 ton hektar untuk menjadikan Sulteng sebagai produsen beras utama di Indonesia.

Untuk mencapai target produktivitas 6 ton per hektar, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai serta peningkatan kapasitas pelaku utama produksi pertanian.

Pendekatan utamanya adalah penyediaan benih, pupuk, air, dan alat mesin pertanian (alsintan).

Benih sebagai Titik Awal

Benih merupakan titik awal dari pertumbuhan atau kehidupan, sebagaimana dikatakan oleh banyak peneliti pertanian. Tanpa benih, tidak ada yang dapat dilakukan. Benih dapat diproduksi oleh petani secara mandiri.

Lalu apa pentingnya benih unggul dan bermutu? Benih unggul berperan dalam peningkatan produksi sekitar 15–20 persen. Benih juga lebih murah dibandingkan input lainnya seperti pupuk, dan kualitas panen yang dihasilkan menjadi baik.

Keunggulan Model Produksi Benih di Kelompok Tani

Satu hektar produksi benih mampu mensuplai kebutuhan benih untuk 100 hektar lahan. Benih dapat diproduksi sesuai dengan kondisi alam dan kesukaan pasar.

Dengan luas sawah mencapai 130.000 hektar di Sulawesi Tengah, maka dibutuhkan luas lahan benih sekitar 1.300 hektar atau melibatkan 1.300 petani produsen benih.

Penyediaan benih terdiri dari dua jenis, yaitu benih formal dan benih informal. Benih formal dicirikan dengan sertifikat dan diperiksa oleh BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih), sedangkan benih informal tidak bersertifikat dan tidak diperiksa oleh BPSB.

Pemupukan yang Berimbang

Bagaimana dengan pupuk? Pemupukan dilakukan dengan pupuk kimia menggunakan pendekatan pemupukan berimbang. Tujuannya adalah menjaga kesehatan lahan dan mengurangi penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.

Pemerintah Daerah juga telah menerbitkan Perda Pupuk Organik. Pupuk organik diproduksi oleh petani atau kelompok tani. Keberadaan pupuk organik ini penting untuk meningkatkan kualitas hasil panen dan kesehatan lingkungan.

Irigasi dan Drainase

Irigasi diperbaiki dan ditingkatkan melalui pengembangan sarana irigasi yang lebih baik. Teknologi irigasi intermittent juga mulai diterapkan, diiringi dengan perbaikan sistem drainase sebagai bagian dari pengelolaan air yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Peningkatan Kapasitas Pelaku Utama Produksi Pertanian

Peningkatan kapasitas pelaku utama produksi pertanian menjadi fokus utama. Hal ini mencakup pelatihan, pendampingan, dan penguatan kelembagaan petani agar mampu mengelola usaha taninya secara lebih baik dan mandiri.

Inovasi dan Teknologi

Inovasi dan teknologi menjadi unsur penting dalam mendukung transformasi pertanian. Peran peneliti dan penyuluh sangat vital.

Selain itu, dibutuhkan pula sarana dan prasarana pendukung seperti off-taker (misalnya PT Pertani), unit penggilingan, dan lain-lain. Kolaborasi antara lembaga pemerintah seperti BRIDA dan BRIN menjadi bagian dari strategi bersama untuk membangun ekosistem inovasi di sektor pertanian Sulawesi Tengah. Ini juga yang perlu diapresiasi jika terus bahu membahu dalam mendorong inovasi dan teknologi pertanian di Sulawesi Tengah.

Sinopsis: Penyuluhan sebagai Kekuatan

Penulis setuju dengan apa yang disampaikan oleh pakar Prof. Soemitro Arintadisastra, “Penyuluhan pertanian tanpa ketersediaan materi penyuluhan sama dengan tentara tanpa senjata dan tanpa peluru.” Demikian pula, sebagaimana dinyatakan oleh Badan Litbang Pertanian: “Penyuluhan tanpa peneliti itu buta, peneliti tanpa penyuluh itu lumpuh.”

Penulis:  H. Rustan Rewa