Dirgahayu Pasangkayu Ke-22 | Cahaya dari Utara Sulawesi Barat yang Terus Bersinar

  • Whatsapp
Ilustrasi HUT Pasangkayu ke-22 (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Di ujung utara Sulawesi Barat, tepat di garis pantai yang bersentuhan dengan samudera, berdiri sebuah kabupaten muda namun matang dalam jiwa—Pasangkayu.

Wilayah yang dulu hanya dikenal sebagai daerah lintasan kini telah menjelma menjadi simpul pertumbuhan ekonomi, pertemuan budaya, dan simbol harapan baru bagi provinsinya.

Pada 18 April tahun ini, Pasangkayu merayakan ulang tahunnya yang ke-22—bukan sekadar momentum administratif, tetapi perayaan kolektif atas semangat kebersamaan, kerja keras, dan cita-cita yang terus menyala.

Laut, Sawit, dan Empang: Tiga Nadi Ekonomi yang Menopang

Pasangkayu adalah kabupaten yang dibentuk oleh alam dan disempurnakan oleh ketekunan manusia. Di sini, keindahan dan produktivitas bersinergi. Lautnya bukan hanya memikat mata, tetapi juga menjadi sumber penghidupan.

Dari Pantai Cinoki yang tenang hingga Pantai Vovasanggayu yang sarat sejarah, dari Tanjung Babia yang menyapa laut bagai jari-jari doa hingga Pasangkayu Beach yang semarak kala senja—seluruh bentang pesisir ini menjadi ruang hidup dan berkah bagi nelayan tradisional serta pelaku pariwisata.

Namun kekuatan Pasangkayu tak hanya datang dari lautnya. Di pedalaman, ribuan hektare kebun sawit terbentang hijau dan subur.

Menurut data Dinas Perkebunan, lebih dari 70.000 hektare lahan sawit aktif menghasilkan CPO (Crude Palm Oil), menjadikan Pasangkayu sebagai salah satu sentra kelapa sawit terbesar di Sulawesi Barat.

Sektor ini bukan hanya penghasil devisa, tetapi juga penyerap tenaga kerja, dari buruh kebun hingga petani plasma dan pekerja pabrik pengolahan.

Tak jauh dari hamparan sawit, empang-empang luas menjadi lanskap penting yang menopang ekonomi rakyat. Budidaya ikan bandeng, nila, dan udang vaname berkembang pesat.

Dinas Kelautan dan Perikanan mencatat nilai produksi perikanan budidaya Pasangkayu telah menembus ratusan miliar rupiah setiap tahun. Ini menunjukkan bahwa kekuatan ekonomi Pasangkayu tidak hanya berpijak pada daratan, tetapi juga berpaut erat dengan potensi perairannya.

UMKM dan Semangat Entrepreneur Desa

Di balik geliat ekonomi makro, tumbuh gerakan akar rumput yang pelan namun pasti mulai mengambil peran strategis: entrepreneur desa.

Aktivitas UMKM di Pasangkayu tumbuh signifikan dalam lima tahun terakhir. Mulai dari pengolahan hasil laut, kerajinan tangan berbasis tradisi, kuliner khas, hingga produk kreatif berbasis digital kini meramaikan pasar regional.

Di Kecamatan Sarjo, misalnya, sekelompok pemuda membentuk koperasi digital yang memasarkan abon ikan ke luar daerah.

“Kami tidak hanya menjual produk, tetapi juga identitas lokal. Setiap bungkus abon membawa cerita tentang laut, keluarga, dan cita rasa Mandar,” ujar Nur Aini, pelaku UMKM muda yang kini rutin menerima pesanan dari Makassar dan Balikpapan.

Program pemberdayaan seperti Entrepreneur Desa menjadi katalisator penting dalam mengangkat potensi lokal. Pemerintah daerah semakin aktif menjembatani UMKM dengan pelatihan, akses modal, dan platform pemasaran digital—kebijakan yang tak sekadar mengejar angka ekonomi, tetapi juga memuliakan martabat masyarakat.

Keragaman yang Menjadi Kekuatan

Salah satu pesona utama Pasangkayu adalah keragamannya. Kabupaten ini adalah miniatur Indonesia—tempat masyarakat Mandar hidup berdampingan harmonis dengan suku Bugis, Kaili, Toraja, Jawa, Bali, hingga warga dari Nusa Tenggara dan Papua.

Keberagaman ini bukan sekat, melainkan jembatan yang menghubungkan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

Pasar tradisional menjadi ruang interaksi lintas-etnis. Perayaan hari besar keagamaan dan adat menjadi milik bersama. Bahasa lokal dan nasional digunakan bergantian dalam harmoni, mencerminkan kematangan sosial dan semangat toleransi masyarakat Pasangkayu.

Dalam konteks ini, Pasangkayu bukan hanya entitas administratif, tetapi juga ruang belajar tentang kebhinekaan yang hidup dan berdaya.

Kepemimpinan yang Melayani dan Mengarahkan

Saat ini, Pasangkayu dinakhodai oleh pasangan pemimpin yang visioner: Drs. H. Yaumil Ambo Djiwa, SH sebagai Bupati dan Dr. Herni Agus sebagai Wakil Bupati. Perpaduan antara pengalaman birokrasi dan wawasan akademik melahirkan arah pembangunan yang tidak hanya teknokratik, tetapi juga inklusif dan partisipatif.

Dalam sebuah wawancara, Bupati Yaumil Ambo Djiwa menegaskan,  “Kami ingin menjadikan Pasangkayu bukan hanya sebagai pusat ekonomi, tetapi juga sebagai rumah yang ramah bagi semua. Ekonomi harus tumbuh, tetapi jangan meninggalkan nilai dan manusia.”

Gagasan ini menjadi dasar dari berbagai program yang kini berjalan di banyak sektor: pendidikan, kesehatan, pertanian, pariwisata, dan pelayanan publik.

Merayakan Harapan, Menatap Masa Depan

Di usia yang masih muda, Pasangkayu telah menampilkan kematangan sebagai daerah otonom. Infrastruktur dasar kian membaik, konektivitas antar wilayah meningkat, dan inovasi publik mulai bertunas dari desa-desa. Namun, tantangan tetap ada—mulai dari isu lingkungan, kesenjangan sosial, hingga ketahanan pangan. Semua itu menuntut kerja keras, kolaborasi, dan keberlanjutan kebijakan.

Namun dengan fondasi sosial yang kokoh, kekayaan alam yang melimpah, serta kepemimpinan yang terbuka, Pasangkayu berada di jalur yang benar.

Pada ulang tahun ke-22 ini, mari kita rayakan bukan hanya dengan pesta, tetapi juga dengan refleksi dan tekad baru: bahwa Pasangkayu akan terus menjadi cahaya dari utara—menerangi Sulawesi Barat dan menginspirasi Indonesia.

Muliadi Saleh
Tenaga Ahli DPR RI
Penulis dan Pemerhati Sosial-Budaya Sulawesi Barat