Kuncinya ada pada tiga pilar utama yang menggerakkan perekonomian secara menyeluruh: investasi, pendidikan dan modal manusia, serta kemajuan teknologi.
PELAKITA.ID – Pada tahun 2014, Bill Gates pernah membagikan sebuah fakta mencengangkan lewat Twitter: China menggunakan lebih banyak semen hanya dalam tiga tahun dibandingkan total penggunaan semen Amerika Serikat sepanjang abad ke-20. Ya, hanya dalam tiga tahun!
Sejak memulai reformasi ekonominya sekitar tahun 1980, kebangkitan China yang pesat dan tampaknya tak terbendung telah menjadi salah satu peristiwa ekonomi dan geopolitik paling penting di era modern. Beberapa ekonom bahkan menyebutnya sebagai “China Miracle” atau keajaiban China.
Kalau kamu penasaran bagaimana negara ini bisa tumbuh secepat itu, coba lihat transformasi Shanghai antara tahun 1990 dan 2010. Dalam dua dekade saja, kota yang dulunya hanyalah sebuah desa kecil berubah menjadi salah satu metropolitan terbesar di dunia.
Pertumbuhan luar biasa ini membuat banyak orang—termasuk para ekonom—heran.
Bagaimana mungkin negara dengan populasi 1,4 miliar orang bisa melesat begitu cepat dari negara agraris yang kesulitan menjadi kekuatan industri global, sementara negara-negara lain yang lebih kecil dan tampaknya punya kondisi lebih baik tidak mengalami hal serupa?
Ternyata, ini bukan semata-mata soal populasi. India, misalnya, memiliki jumlah penduduk yang hampir sama, tetapi pertumbuhannya jauh lebih lambat.
Beberapa orang berpendapat bahwa pertumbuhan China disebabkan oleh kebijakan membuka pasar pada era 1980-an. Tapi negara lain seperti Korea Selatan, Jepang, dan India juga melakukan hal yang sama.
Jadi, meski reformasi pasar itu penting, hal tersebut bukanlah sesuatu yang eksklusif bagi China.
Ada juga yang bilang pertumbuhan pesat itu karena China menjadi raksasa manufaktur berkat tenaga kerja murah dan globalisasi. Tapi banyak negara berkembang juga memiliki kondisi serupa, dan tetap saja tidak mengalami ledakan pertumbuhan seperti China.
Lalu, apa sebenarnya rahasia di balik perkembangan China yang begitu cepat dan mengesankan?
Kuncinya ada pada tiga pilar utama yang menggerakkan perekonomian secara menyeluruh: investasi, pendidikan dan modal manusia, serta kemajuan teknologi.
China secara konsisten melakukan investasi besar-besaran di berbagai sektor sebagai bagian dari strategi pembangunannya. Sejak tahun 1980, lebih dari 30% dari PDB-nya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, layanan kesehatan, kesejahteraan sosial, pelayanan publik, dan sektor lainnya.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa memang tak perlu lagi mengalokasikan porsi sebesar itu karena infrastrukturnya sudah mapan. Tapi China terus menjaga komitmen investasinya selama puluhan tahun.
Salah satu bentuk investasi paling mencolok adalah pada proyek infrastruktur raksasa. Pemerintah membangun jaringan kereta cepat, jalan tol, bandara modern, dan pelabuhan dalam skala yang luar biasa.
Kini, China memiliki jaringan kereta cepat terbesar di dunia, menghubungkan berbagai kota dan kawasan ekonomi dengan efisiensi tinggi. Infrastruktur ini mempercepat pergerakan manusia dan barang, serta memperkuat daya saing China dalam perdagangan internasional.
Lalu, dari mana China memperoleh dana untuk investasi sebesar itu? Salah satunya adalah melalui arus investasi asing langsung (FDI) dan peran aktif badan usaha milik negara (BUMN).
Untuk menarik FDI, China membentuk Zona Ekonomi Khusus (SEZ) yang menawarkan berbagai insentif seperti pemotongan pajak dan regulasi yang lebih longgar. Kota seperti Shenzhen adalah contoh sukses: dulunya desa nelayan, kini menjadi pusat industri dan teknologi kelas dunia.
Investasi asing tak hanya membawa modal, tapi juga teknologi, manajemen, dan akses pasar global. Perusahaan-perusahaan seperti Apple, Microsoft, dan Tesla bukan hanya membuka pabrik di China, tapi juga berkontribusi dalam mendorong industri lokal dan transfer teknologi.
Sementara itu, China tetap mempertahankan dan bahkan memperkuat peran BUMN, berbeda dari banyak negara lain yang cenderung memprivatisasi.
Di sektor-sektor strategis seperti energi, telekomunikasi, dan transportasi, BUMN China menjadi tulang punggung pembangunan proyek-proyek besar.
Mereka mendapat dukungan dana dan kebijakan dari pemerintah, sehingga mampu mengerjakan proyek-proyek yang terlalu berisiko atau mahal bagi sektor swasta.
Di samping investasi fisik, China juga menaruh perhatian besar pada pengembangan sumber daya manusia.
Meskipun liberalisasi pasar menjadi titik tolak pertumbuhan, keberhasilan jangka panjang China sangat dipengaruhi oleh investasi pada pendidikan dan kesetaraan gender—dua aspek yang relatif tertinggal di negara tetangganya, India.
China terus meningkatkan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan berdaya saing global. Hasilnya terlihat dalam indeks modal manusia versi Bank Dunia tahun 2020.
Skor China berada di angka 0,65—setara dengan negara-negara kaya seperti Chile dan Slovakia—sementara India hanya di angka 0,49, bahkan lebih rendah dari Nepal dan Kenya.
Partisipasi perempuan dalam dunia kerja juga menjadi indikator penting. Meskipun angkanya menurun, partisipasi perempuan di China tetap jauh lebih tinggi dibanding India.
Selain itu, tujuh universitas di China masuk peringkat 100 besar dunia, dan para ilmuwannya terus mencetak kemajuan di bidang kimia, teknik, ilmu material, dan kecerdasan buatan.
Dengan infrastruktur yang kuat dan sumber daya manusia yang unggul, China mampu melangkah lebih jauh ke tahap berikutnya: lompatan teknologi.
Selama beberapa dekade terakhir, China tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pembelajar yang agresif. Salah satu strateginya adalah mensyaratkan perusahaan asing untuk berbagi teknologi jika ingin masuk ke pasar China. Banyak dari mereka diminta membentuk joint venture dengan perusahaan lokal sebagai syarat operasi.
Contohnya, teknologi kereta cepat Shinkansen dari Jepang dipelajari dan diadaptasi oleh perusahaan China seperti CRC Corporation.
Perusahaan Jerman seperti Siemens menyuplai sistem kendali dan sinyal, memungkinkan ekspansi jaringan kereta cepat China menjadi yang terbesar di dunia.
Di sektor otomotif, perusahaan seperti Volkswagen bermitra dengan SAIC Motor Corporation. Hasilnya, perusahaan China kini bisa memproduksi mobil berstandar internasional dan bersaing secara global.
Pemerintah juga memberikan dukungan besar terhadap riset dan pengembangan. Perusahaan raksasa seperti Huawei, Tencent, dan Alibaba memimpin di berbagai lini inovasi, memperkuat posisi China sebagai kekuatan teknologi dunia.
Ketika negara lain mungkin memiliki faktor-faktor pendukung yang sama, keberhasilan China terletak pada skala dan efisiensi pelaksanaan strategi ekonominya yang luar biasa.
Redaksi