Anemia, ‘Gema Turi’ dan Tantangan Masa Depan Teluk Bintuni

  • Whatsapp
Jumardi Lanta dari COMMIT Foundation saat mewawancarai warga Teluk Bintuni (dok: Pelakita.ID)

Tulisan ini adalah catatan pengalaman penulis berkunjung ke Teluk Bintuni, pada sekitar tiga lalu.

PELAKITA.ID – Di Teluk Bintuni, tampilan fisik yang sehat tidak selalu mencerminkan kondisi tubuh yang sebenarnya.

Seseorang bisa terlihat bugar, aktif, dan mampu bekerja keras, namun tetap mengalami kekurangan hemoglobin (Hb) atau anemia.

Hal ini menjadi perbincangan antara Jumardi Lanta, Program Manager COMMIT Foundation, dan Maria, aktivis Posyandu Mawar Mahuy, di sebuah pagi yang cerah di Teluk Bintuni, Papua Barat.

Maria bukan satu-satunya yang menyadari permasalahan ini. Para pemangku kepentingan seperti Sekretaris Daerah, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, hingga tenaga medis di Puskesmas juga mengakui bahwa anemia dan stunting masih menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi.

Faktor Penyebab Anemia di Teluk Bintuni

Anemia di wilayah ini dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari keterbatasan asupan gizi, minimnya pengetahuan perempuan tentang pentingnya pemeriksaan Hb, hingga kurangnya ketersediaan alat pengecekan Hb. Dengan 28 distrik yang tersebar dari pesisir hingga pegunungan—beberapa hanya dapat dijangkau dengan helikopter—akses terhadap layanan kesehatan masih menjadi tantangan.

Gerakan Melawan Anemia (Gema Turi)

Untuk mengatasi masalah ini, berbagai pihak di Teluk Bintuni kini tengah menggalakkan Gerakan Melawan Anemia di Teluk Bintuni dan Manimeri atau Gema Turi.

“Kami semua sedang mendorong gerakan ini agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya kesehatan darah,” ujar Yeremia dari RSUD Teluk Bintuni.

Sebuah riset sebelumnya mengungkapkan bahwa sekitar 47 persen perempuan usia subur di daerah ini mengalami kekurangan Hb. Sebagai respons, Pemerintah Daerah Teluk Bintuni telah membentuk Tim Gema Turi yang akan bekerja sama dalam menanggulangi anemia.

“Pak Bupati sangat berkomitmen terhadap gerakan ini, dan tim kerja sudah terbentuk dengan adanya Surat Keputusan (SK) resmi,” ungkap Sekretaris Daerah Frans Awak saat berdiskusi dengan tim COMMIT Foundation.

Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Sehat

Untuk mencapai tujuan besar ini, diperlukan sinergi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, pemerintah pusat, komunitas LSM, akademisi, dan sektor swasta.

Dengan komitmen bersama, anemia bukan lagi sekadar tantangan, tetapi sebuah permasalahan yang dapat diatasi demi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Teluk Bintuni.

Kolaborasi para pihak kuncisukses melawan anemia (dok: Pelakita.ID)

Tentang Anemia

Anemia adalah kondisi di mana tubuh mengalami kekurangan sel darah merah atau hemoglobin (Hb) yang cukup untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh.

Orang yang mengalami anemia sering merasa lelah, lemah, pucat, sesak napas, atau pusing. Penyebab anemia bisa beragam, termasuk kekurangan zat besi, vitamin B12, asam folat, penyakit kronis, atau gangguan produksi sel darah merah di sumsum tulang.

Beberapa jenis anemia yang umum meliputi:

  1. Anemia defisiensi besi – disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh.
  2. Anemia megaloblastik – akibat kekurangan vitamin B12 atau asam folat.
  3. Anemia aplastik – terjadi ketika sumsum tulang tidak dapat menghasilkan cukup sel darah merah.
  4. Anemia hemolitik – akibat sel darah merah yang dihancurkan lebih cepat daripada yang diproduksi.
  5. Anemia sel sabit – kondisi genetik yang menyebabkan sel darah merah berbentuk abnormal.

Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya, mulai dari suplemen zat besi dan vitamin hingga terapi medis yang lebih kompleks.

Tentang Teluk Bintuni

Teluk Bintuni adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Wilayah ini memiliki bentang alam yang beragam, meliputi pesisir, rawa-rawa, hutan bakau, serta perbukitan yang kaya akan sumber daya alam. Ibu kota kabupaten ini adalah Bintuni.

Keunggulan Teluk Bintuni karena punya Kekayaan Sumber Daya Alam.

Teluk Bintuni dikenal sebagai salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia, dengan proyek strategis seperti Tangguh LNG, yang dioperasikan oleh BP (British Petroleum). Gas alam dari wilayah ini berkontribusi besar terhadap ekonomi nasional dan internasional.

Pemanfaatan sumber daya alam dengan baik dapat menghambat laju anemia (dok: Istimewa)

Selain gas alam, daerah ini juga kaya akan hasil hutan, perikanan, dan pertanian.

Keanekaragaman Hayati. Wilayah ini memiliki hutan bakau terluas di Indonesia, yang berfungsi sebagai habitat berbagai spesies flora dan fauna langka serta sebagai penyerap karbon alami yang penting bagi lingkungan. Teluk Bintuni juga menjadi rumah bagi satwa endemik Papua seperti burung cendrawasih, kasuari, dan berbagai jenis mamalia eksotis.

Potensi Ekowisata.Keindahan alam Teluk Bintuni menawarkan potensi besar untuk ekowisata, termasuk wisata hutan bakau, ekosistem pantai, serta budaya lokal yang masih sangat kental. Masyarakat adat setempat masih menjaga tradisi mereka, yang bisa menjadi daya tarik wisata budaya.

Kabupaten ini strategis secara ekonomi dan infrastruktur. Dengan adanya proyek LNG Tangguh dan pembangunan infrastruktur yang terus berkembang, Teluk Bintuni menjadi salah satu pusat industri energi di Indonesia Timur. Peningkatan akses transportasi, baik jalur laut maupun darat, semakin mendukung perkembangan ekonomi wilayah ini.

Meskipun memiliki berbagai keunggulan, Teluk Bintuni juga menghadapi tantangan seperti aksesibilitas yang terbatas di beberapa distrik serta masalah kesehatan masyarakat, seperti anemia dan stunting. Namun, dengan dukungan berbagai pihak, wilayah ini terus berkembang dan berpotensi menjadi daerah unggulan di Papua Barat.