PELAKITA.ID – Menyebut nama Muhammad Iqbal Djawad, memori penulis mengembara ke Koridor Agrokompleks Unhas tahun 1990. Terkenang seorang pria atletis, rapi jali dengan kulit bersih menyapa kami di salah satu ruangan TPB.
Dia layaknya pemuda metropolis di masanya, pengampu mata kuliah Ekologi Laut saat itu.
Anak-anak Kelautan seperti saya sangat bersemangat, inilah mata kuliah induk yang bisa disebut ilmu segala ilmu pengelolaan sumber daya kelautan. Tersiar kabar kalau dia wisudawan termuda, tak sampai empat tahun kuliah!
Pria itu masuk satu dua kali sebelum terbang ke Hiroshima, ke Negeri Sakura. Keramahtamahannya bersemayam di sanubari mahasiswa Kelautan seperti kami kala itu.
Sombere’ dan cepat akrab dengan mahssiwa.
***
Tiga puluh lima tahun kemudian, hari ini, pria itu berdiri tegak di depan Rapat Paripurna Senat Akademik Unhas untuk menyampaikan orasipengukuhan Guru Besar berjudul Fisiologi Lingkungan, Bioenergetika dan Stresor: Tantangan yang Dihadapi Akuakultur, Selasa, 18/2/2025.
Resmi sudah, Kakanda sensei Iqbal ‘Imba’ Djawad yang kita kenal selama ini sebagai teman diskusi, teman perjalanan dan teman bakucalla bergelar Guru Besar bidang Fisiologi Akuakultur Unhas!
Dengan pencapaian itu, sosok bernama lengkap Prof. Ir. Muhammad Iqbal Djawad, M.Sc, Ph.D yang lahir di Ujung Pandang; pada 18 Maret 1967 dengan pangkap IVc/Pembina Utama Muda resmi sebagai Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas dari Departemen Budidaya Perikanan.
Riwayat pendidikan dan keluarga
Pria yang menghabiskan masa pendidikan dasar hingga menengah atas di PPSP IKIP Ujung Pandang itu mendalami bidang akualkultur sejak tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Perikanan pada tahun 1983.
Iqbal menyelesaikan pendidiiikan S1 pada tahun 1987, sekitar empat tahun lalu melanjutkan studi pada Hiroshima University, fokus Research Student dan S2 dari tahun tahun 91 hingga 94.
Doktor atau Ph.D diraih pada universitas yang sama pada bidang Aquatic Animal Physiology pada tahun 1997.
Keluarga Iqbal adalah keluarga dosen, ayahnya Drs And Djawad adalah Dosen IKIP Ujung Pandang pada masanya. Istrinya Meta Sekar Puji Astuti, SS, MA, Ph.D adalah dosen pada Fakultas Ilmu Bahasa Unhas. Kedua buah hati mereka sedang mendalami studi di dua kampus berbeda. Satu di Jepang, satu di Unhas.
Putra mereka, Adhiqa Rafifanda Iqbal, saat ini studi di Global Studies Ritsumeikan University Japan/Att in Co.Ltd, Nagoya Japan sementara yang kedua, Vanya Kananga Iqbal kuliah di HI Universitas Hasanuddin.
Mungkin pembaca belum tahu kalau ayahanda Iqbal adalah tokoh asal Bantaeng sementara ibunya Rostinah Djawab berdarah Kajang Bulukumba.
Beragam jabatan dan penghargaan
Bagi penulis, jabatan yang ‘memorable’ yang dipegang Iqbal adalah saat ditunjuk Pemerintah RI sebagai atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo sejak 2012 hingga 2016 atau 5 tahun.
Namanya mewangi sebagai alumni Unhas yang banyak memfasilitasi kerjasama penelitian, peningkatan kapasitas para pihak antar kedua negara bahkan dengan negara-negara Asean.
Lahir dari keluarga dosen dan tradisi Bugis-Makassar yang kuat memeri motivasi kuat bagi Iqbal untuk mengejar hakikat pendidikan setinggi dan dan sejauh mungkin.
Buktinya, dia berhasil mendapat penghargaan sebagai wisudawan termuda dari Universitas Hasanuddin pada tahun 1987. 8 tahun kemudian dia mendapat penghargaan sebagai Dosen Berprestasi UNHAS terbaik 1.
Tak tanggung-tanggung, pada 2009 dianugerahi Best Performance Innovation Award dari Perdana Menteri India.
Dari Pemerintah, penghrgaan datang pada 2001 Satya Lencana Karya Satya 10 Tahun dan pada 2011: Satya Lencana Karya Satya 20 Tahun serta pada 2021: Satya Lencana Karya Satya 30 Tahun.
Sebagai pakar budidaya perikanan, tapak-tapak pengembaraan ilmu dan atensi seorang Iqbal Djawab terpahat pada sejumlah artefak proyek-proyek strategis nasional.
Tentu kaitannya dengan budidaya perikanan sebagai salah satu pilar ekonomi nasional. Ingat budidaya perikanan, tentu kita ingat udang, bandeng hingga ikan-ikan budidaya air laut.
Antara tahun 2020 hingga 2024 Iqbal banyakwara-wiri pesisir dan pulau-pulau Indonesia. Dia berkunjung dari petak-petak tambak di Sulawesi Barat hingga di Aceh.
Dia adalah anggota Tim Ahli Pokja Nasional Peningkatan Produksi Industri Udang Nasional, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI.
Tak hanya itu, level jejaringnya pun menginternasional. Pada tahun 2022 bahkan hingga sekarang dia adalah Indonesian Coordinator of The ASEAN European Academic University Network (ASEA-UNINET).
Sebelumnya, antara tahun 2019 hingga 2021 sebagai Indonesia Vice National Coordinator of ASEAUNINET (ASEAN-European Academic University Network (ASEA-UNINET).
Iqbal sejak 2018 hingga sekarang adalah Tim Reviewer Dana Abadi Pendidikan Indonesia
(Beasiswa LPDP), Indonesia. Sementara pada 2016 hingga 2020 sebagai Direktur Kemitraan Internasional, Universitas Hasanuddin.
Prestasi membanggakan yang melekat pada diri Iqbal sejak 2012 adalah saat menjadi atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo hingga 2016.
Mulai tahun 2009 hingga sekarang , dia adalah Adjunct Professor at Center for Southeast Asian Studies, Ohio University, USA Dia memulai debut sebagai dosen sejak tahun 1989 hingga sekarang pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Itu sejumlah tanggung jawab dan pengabdian profesi seorang Iqbal Djawab, sosok yang kami adik-adiknya nyaman memanggilnya Om Imba.
Sosodara pembaca sekalian, Om Imba adalah pejalan, peneliti, penulis yang kreatif, banyak tulisannya berseliweran di medsos, di kanal pewarta hingga jurnal-jurnal internasional. Buku dan jurnalnya pun sudah banyak jadi sumber sitasi orang per orang, mahasiswa domestik hingga mancanegara.
Tidak perlu menuliskan judul-judul buku yang sudah disusunnya. Kita masih bisa membayangkan segudang ilmu pengalaman dan pembelajaran di antara tahun 1987 hingga 2000-an terutama pengalaman selama tinggal di Jepang selama 5 tahun.
Inspirasi tentang keunggulan Jepang hingga corak diaspora Indonesia di negeri Sakura pasti banyak bersemayam di memori dan benak Sensei Imba. Kita tunggu buku-buku serupa itu. Sugoii, sensei Imba!
___
Sensei (先生) adalah sufiks yang digunakan oleh orang-orang Jepang sebagai panggilan untuk orang yang dihormati karena posisinya. Biasanya yang mendapatkan gelar ini adalah seorang guru.
Penulis: Denun