Perjuangan Sudirman mengawal pangkalan pendaratan ikan Balangtoa Jeneponto

  • Whatsapp

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Jika hendak masuk ke dalam Kota Bontosunggu, atau melintas di atas Jalan Lanto’ Daeng Pasewang, di atas Jembatan Belokallong Kabupaten Jeneponto maka sebelum berbelok kiri dari arah Takalar, kita akan lihat barisan para penjaja ikan di bahu jalan.

Pemandangan itu pula yang membuat Pelakita.ID terhenti dan mampir.

Sekelompok penjual ikan itu, berlokasi persis di sisi kiri sebelum melintas di jembatan. Di bawah dan di sekitar jembatan terdapat belasan perahu berukuran tak lebih 1 groston sandar. Mereka adalah para nelayan pemancing yang datang dari pesisir Binamu membawa ikannya untuk dijual di sisi jalan raya itu. Perahunya seperti balolang yang berbodi runcing.

Read More

Pelakita.ID yang melintas di kawasan itu untuk tujuan Pelabuhan Birea Bantaeng mengamati dan menghitung jumlah perahu dan penjual ikan. Nampak 12 perahu dan di atasnya terdapat pukat.

Ini kunjungan di luar rencana sebab lokasi ini bukanlah pangkalan pendaratan ikan yang tercatat di Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan.

Meski demikian, pemandangan di depan rumah Sudirman, alumni S1 Arsitektur Unhas dan S2 UMI itulah yang membuat decak kagum. Rupanya ada aktivitas bongkar muat ikan dan terpadu dengan halaman depan rumah Sudirman yang nampak tertata baik.

Sudirman (kiri)

Pemandangannya tak kumuh, tidak ada bau amis atau jorok sebagaimana kesan umum pangkalan pendaratan ikan di Indonesia.

Menurut Sudirman, para penjual ikan dan kelompok nelayan yang datang adalah kelompok dampingannya.  Kelompok usaha yang sudah lama difasilitasinya, diperkuat dan terus didorong untuk memanfaatkan sungai, sempadan dan ruang tersedia di bahu jalan untuk usaha.

Selama ini para nelayan bebas menaruh ikan atau menjajakan hasil tangkapannya sehingga perlu pengelolaan.

Demikian tanggapan Sudirman saat bersua Pelakita.ID di rumahnya yang asri.

“Ini masuk Kelurahan Balangtoa, Kecamatan Binamu,” kata pria yang merupakan konsultan pada program-program Kementerian PU. Kadang ada urusan di Makassar, Jakarta dan Jeneponto. “Saya asli sini, lahir besar di sini,” ucapnya.

“Saya bina teman-teman di sini, bagaimaan cara berpiikirnya dalam mengembangkan potensi daerah,” sebut alumni Arsitektur Unhas lulusan awal 2000 ini.

Apa yang disampaikan Sudirman tersebut didasari fakta bahwa ada puluhan perahu nelayan yang datang ke Balangtoa membawa ikan. Mereka belum punya dermaga tambat labuh dan fasilitas untuk bongkar muat ikan.

Posisi strategis Kelurahan Balangtoa yang mempunyai Sungai Belokallong nan luas dan panjang menjadikannya stratgeis untuk didatangi perahu nelayan.

Perahu nelayan di sisi Sungai Belokallong, di dekat lapak ikan Balangtoa (dok: istimewa)

“Sudah lama warga kami berjualan ikan. Saya biarkan saja. Ini penting untuk mereka,” sebut  pria berkacamata itu.

Pelakita.ID menghitung ada 20-an penjaja ikan di Balangtoa pagi itu. Sebagian besar perempuan. Mereka menaruh ikan di atas wadah kotak gabus. Gabur berjejer, di atasnya diletakkan ikan layang, kakap hingga beronang.

Sudirman menyebut, ke depan lokasi pendaratan ikan di Belokallong ini perlu dipejuangkan untuk menjadi perhatian para pihak. Kebutuhan seperti dermaga tambat labuh, penyediaan es, lapak jualan hingga kebutuhan operasi seperti Bahan Bakar Minyak perlu disiapkan.

Sudirman sedang berjuang supaya lokasi bongkar muat ikan dan tempat berjualan ini mendapat respon positif dari pemerintah, Jeneponto atau Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.

Misalnya dimudahkan urusannya dengan adanya fasilitas bongkar muat dan lapak jualan. Dia juga menyebut ada beberapa pihak yang ingin memindahkan lokasi ini tapi ditolaknya.

Dari Balangtoa, Pelakita.ID bergerak ke selatan, ke PPI Birea Bantaeng, satu dari dua puluh dua Pangkalan Pendaratan Ikan yang disebut otoritas DKP Sulsel.

 

 

Penulis: K. Azis

Related posts