SYL pimpin Pokja Negara G20 bidang pertanian, Prof Farida Patittingi: Kebanggaan bagi Unhas dan Indonesia

  • Whatsapp
Mentan Syahrul Yasin Limpo bersama Dekan FH Unhas,Prof Farida Patittingi dan WD3 FH Unhas, Dr Hasrul (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Direktur Jenderal FAO PBB, QU Dongyu, mendesak negara-negara untuk bertindak dengan cepat dan tegas dalam mengubah sistem pertanian pangan mereka. Hal itu disampaikannya pada hari kedua Pertemuan Menteri Pertanian G20 yang diselenggarakan di Florence, Italia, 18/9/2021.

Adapun anggota G20 – atau kelompok negara kuat perekonomian dunia – adalah Argentina, Australia, Brasil, Kanada, Cina, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Qu menekankan pentingnya inovasi untuk mempercepat transformasi sistem pertanian pangan di tingkat nasional, kebutuhan mendesak untuk meningkatkan investasi di sektor ini, dan pentingnya kebijakan yang memungkinkan yang dapat menguntungkan. semua pemangku kepentingan, termasuk petani kecil.

Read More

KTT Sistem Pangan PBB hanya tinggal beberapa hari lagi, dan Direktur Jenderal Qu telah mengindikasikan bahwa FAO siap untuk mengambil peran utama dalam memastikan bahwa tindakan tindak lanjut dilaksanakan.

G20 yang dimaksud adalah negara-negara yang mewakili 80 persen dari output ekonomi global dan 60 persen dari populasi. Indonesia merupakan salah satu negara utama pada G20. Anggotanya, termasuk Indonesia adalah pemain kunci dalam upaya untuk menyatukan dukungan politik, teknis dan keuangan untuk tindakan nyata untuk mempercepat kemajuan menuju pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Pada pertemuan G20 Italia tahun 2021 menghasilkan Deklarasi Matera tentang ketahanan pangan dan nutrisi awal tahun ini serta menunjuk Mentan Indonesia, Syahrul Yasin Limpo sebagai ketua G20 Pertanian untuk persiapan Indonesia menjadi ketua Kelompok Kerja Pertanian G20 pada tahun 2022 mendatang.

“Indonesia berharap dapat membahas isu pertanian lebih mendalam pada pertemuan tahun depan yang mengangkat tema Recover Together, Recover Stronger,” ungkapnya.

Pertemuan Menteri Pertanian G20 telah menghasilkan adopsi Komunike yang secara eksplisit mengakui pekerjaan FAO, menjanjikan promosi penelitian dan inovasi untuk meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan sistem pertanian pangan, dan membahas topik mulai dari perubahan iklim hingga perdagangan.

Komunike juga menekankan kesempatan untuk “bekerja sama” melalui Koalisi Pangan, aliansi global yang dipimpin oleh FAO, serta proyek Peer to Peer G20, yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik.

Pada pertemuan G20 tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak para peserta delegasi negara G20 untuk meningkatkan peran sektor pertanian berkelanjutan dalam pencapaian Suistainable Development Goals (SDGs) terutama untuk negara Afrika.

“Indonesia terus mendukung Afrika dengan berbagi pengalaman mengenai berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Indonesia dalam meningkatkan produksi pertanian dan pencapaian ketahanan pangan dan gizi,” jelas Syahrul dalam sambutannya pada Open Forum on Sustainable Agriculture, Italia, pada Jumat (17/9/21).

Pertemuan G20 tersebut diisi oleh sambutan pejabat Kementerian Pertanian yang bertukar wawasan tentang peran penelitian dan inovasi dan perlunya berbagi pengetahuan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan ketahanan, serta teknik pemuliaan baru dan peran prospektif ketertelusuran digital. Italia menyelenggarakan dua lokakarya ilmiah, satu tentang resistensi antimikroba dan satu lagi tentang pertanian dan perubahan iklim.

Pertemuan tingkat menteri juga berfokus pada tujuan Zero Hunger, pendekatan One Health dan kontribusi G20 untuk KTT Sistem Pangan PBB 2021 dan COP 26 mendatang.

Pemimpin Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Program Pangan Dunia (WFP), Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Dana Internasional untuk Pembangunan Pertanian (IFAD) juga berpartisipasi dalam acara tersebut.

Pada pertemuan tersebut pula, Ketua Ikatan Keluarga Alumni Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin (IKA FH Unhas) yang juga Menteri Pertanian Indonesia Dr. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH terpilih menjadi ketua G20 bidang pertanian, Jumat (17/9/2021).

Kontribusi untuk pertanian dunia

Berbagai kalangan turut memberikan apresiasi atas terpilihnya mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode tersebut, salah satunya datang dari Dekan Fak. Hukum Unhas Prof.Dr. Farida Patittingi, SH, M.Hum.

“Alhamdulillah tentu kesempatan ini bukan hanya memberikan kebanggaan bagi kalangan alumni dan Civitas Akademika Fakultas Hukum Unhas saja, tapi juga bagi bangsa Indonesia”, kata Prof. Farida.

Prof Farida sebagai mitra strategis IKA Fakultas Hukum mengaku melihat manfaat strategis terpilihnya SYL sebagai ketua Pokja G20 bagi tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan, riset dan kerjasama program.

Menurutnya, selain akan dapat memberikan perspektif dan pandangan hukum pada tata kelola sumberdaya pertanian, juga menjadi bagian dalam perluasan dimensi dan kontribusi keluarga besar Fakultas Hukum Unhas dalam memengaruhi kebijakan global khususnya bidang pertanian di masa datang.

“Jika membaca arah GR 20 ini, seperti pengembangan riset, perbaikan sistem mata rantai pertanian dan dukungan bagi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang dimensinya luas, bukan semata aspek aspek lingkungan, sosial, tetapi juga pada aspek keekonomian dan kepastian hukumnya,” katanya.

“Saya kira Pak Mentan akan bisa menjadikan pencapaian ini sebagai ruang untuk mengkontribusikan gagasan dan harapannya pada perbaikan dan tatakelola pertanian dunia yang pro kemandirian pangan dan mengentaskan kemiskinan di dunia atau menuju zero poverty,” pungkasnya.

 

Editor: K. Azis

Related posts