FAO dan KKP Gelar Pelatihan Akuakultur dengan Pendekatan Ekosistem ADPE

  • Whatsapp
Pelatihan ADPE digelar mdengan melaksanakan kunjungan lapangan (dok: Istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Kegiatan Pelatihan Akuakultur dengan Pendekatan Ekosistem (ADPE) atau Ecosystem Approach to Aquaculture (EAA), merupakan salah satu opsi pelatihan pengelolaan perikanan yang mendukung pembangunan perikanan berkelanjutan dengan mengintegrasikan manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial.

ADPE diharapkan dapat mensinkronisasi aspek ekologi dan ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Aminudin dari Food and Agriculture Organization (FAO) Training on the Use of the Ecosystem Approach to Aquaculture (EAA) for Provincial Governments and Fishers’ Community, yang diselenggarakan oleh Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia bekerjasama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan Food and Agriculture Organization (FAO).

Read More

Kegiatan ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi, memperkenalkan, dan memberikan peningkatan kapasitas penilaian budidaya perikanan berkelanjutan dengan menggunakan metode Akuakultur Dengan Pendekatan Eksosistim (ADPE).

Kegiatan Pelatihan ADPE dihadiri 6 pembicara dan 2 Pelatih. Kegiatan berlangsung selama tiga hari dari tanggal 9 hingga 11 Agustus  2023 ini di Sahira Hotel Bogor.

Adapaun pembicara adalah Tb Haeru Rahayu (DJPB) KKP, Dr. Irwan Muliawan (Analis Sosial Ekonomi BBRSEKP), M. Zainuddin, S.Pi (Kadis Kelautan dan Perikanan, Lombok Timur), Rohman, S.Pi., MM (Kabid Perikanan Budidaya dan Perikanan Tangkap Bogor).

Lalu ada Dr. Eddy Supriyono (Guru Besar Ilmu Lingkungan Akuakultur), Nur Ahyani, M.Sc (Koordinator Akuakultur, WWF Indonesia) dan Pelatih oleh Iman I. Barizi (Analis Akuakultur Ahli Madya KKP), dan Ir. Badrudin, M.Si (konsultan ADPE) serta dihadiri 50 orang dari berbagai Instansi Daerah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, Dinas Perikanan Kabupaten/Kota dan NGO yang bergerak di bidang kelautan dan perikanan, dan 250 orang hadir secara online.

Abdul Wahid membuka Pelatihan ADPE menyampaikan tentang pentingnya Pelatihan Akuakultur Dengan Pendekatan Ekosistem (ADPE) dalam mendukung budidaya perikanan sektor Kelautan dan Perikanan berkelanjutan.

Menurutnya, ADPE sejalan dengan arah kebijakan KKP yaitu budidaya perikanan laut, pesisir dan darat yang ramah lingkungan.

“Dalam pelaksanaannya perlu kolaborasi dengan stakeholder terkait. Perlunya percontohan Kawasan budidaya dengan pendekatan ADPE untuk mengubah mindset masyarakat menjadi sadar untuk menjaga Kesehatan ekosistem, bukan hanya mengejar produksi tetapi juga mempertimbangkan aspek keberlanjutan,” jelasnya.

Rohman mengatakan dukungannya terkait Kabupaten Bogor dengan iklim yang dimilikinya (kelayakan lahan dan air, kisaran suhu, curah hujan, dan sebagainya) telah menunjukkan kesesuaian yang cukup tinggi untuk digunakan sebagai lahan usaha budidaya berbagai spesies ikan, baik ikan konsumsi maupun ikan hias.

Bogor sebagai Lokasi ADPE. Kawasan ini dipilih karena merupakan sentra penghasil budidaya ikan koi hias kualitas nomor satu ada di Ciseeng Bogor dengan total produksi sekitar 2 ton/tahun.

Badrudin selaku konsultan ADPE, yang menjelaskan tentang pengertian ADPE, manfaat penerapan ADPE, Roadmap menuju ADPE Indonesia, dasar pelaksanaan ADPE (Perdirjen Perikanan Budidaya KKP Nomor 154/Per-DJPB/2019), cara penerapan ADPE, prinsip dalam penerapan ADPE, Siklus Implementasi dan penilaian ADPE, harapan dalam pelaksanaan ADPE di Seluruh Daerah yang ada kegiatan budidaya.

Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan KKP, Tinggal Hermawan mengatakan bahwa kali ini pengembangan perikanan dan budidaya sudah mulai berbasis kawasan.

“Hal ditandai dengan pengembangan terobosan pertama budidaya yang nantinya berbasis kawasan terintegrasi sera mendorong pengembangan Pelatihan Akuakultur Dengan Pendekatan Ekosistem (ADPE) berkelanjutan melalui sertifikasi, ketelusuran investasi serta dukungan kebijakan strategi branding,” terangnya.

“Harapan ke depannya menjadi program ADPE, untuk para stakeholder baik pemerintah maupun Lembaga dapat pembuatan join action yang akan dilakukan bersama untuk pengembangan industri Akuakultur berkelanjutan,” sebutnya.

Dia menjelaskan, tiga kebijakan KKP meliputi evaluasi data seluruh tambak budidaya di Indonesia sehingga data base yang dimiliki akan menjadi dasar kebijakan selanjutnya yang lebih terarah dan terukur.

“Revitalisasi tambak tradisional menjadi semi intensif untuk meningkatkan produktivitas budidaya, serta membuat modelling system tambak modern terintegrasi yang berkelanjutkan,” pungkasnya.

 

Penulis: Jawadin

Related posts