Kiprah delapan perempuan tak biasa di ranah kepariwisataan

  • Whatsapp
Delapan perempuan inspiratif di ranah kepariwisataan (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Organisasi PBB yang mengurusi kepariwisataan dunia UNWTO melaporkan bahwa terdapat kesenjangan upah yang terjadi di sektor pariwisata di mana perempuan hanya mendapatkan 30,07 persen lebih kurang daripada laki-laki.

Lantaran itu, Women in Tourism Indonesia (WTID) sebagai platform utama yang mempromosikan kesetaraan gender melalui dunia pariwisata menggelar diskusi online terkait isu di atas, 1 Agustus 2020.

Read More

Diskusi daring ini digelar oleh WTID dengan Conservation International Indonesia (CI), sebuah organisasi yang melindungi keanekaragaman hayati bumi. Mereka berkolaborasi demi mengangkat peran perempuan dalam menghadapi peluang dan tantangan pariwisata di Indonesia.

Penyelenggaraan talkshow tersebut berlangsung sukses dan menegaskan bahwa perempuan yang terlibat dalam sektor pariwisata tidak hanya berada dalam ranah domestik tetapi juga ranah publik seperti pada lingkup kebijakan, manajemen, bisnis, hingga organisasi.

Ada delapan perempuan tangguh dan inspiratif yang telah berbagi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang seperti organisasi nirlaba, industri, dan pelaku bisnis.

Siapa saja mereka? Ini dia.

Redempta Tete Bato

Dempta menyelesaikan studi S1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Pada tahun 2018, Dempta melanjutkan pendidikan nonformal pada program Sustainable Tourism Development dengan beasiswa dari Australia Awards Scholarship.

Sejak tahun 2016 hingga saat ini, Dempta menjabat sebagai ketua di Sumba Hospitality Foundation. Tahun ini ia juga terpilih sebagai Ketua Asosiasi Desa Wisata di Nusa Tenggara Timur.

Ia juga masih memegang dua posisi lain yaitu sebagai Ketua Forum Pariwisata Sumba Barat Daya dan Koordinator Asosiasi Pariwisata Berkelanjutan Sumba.

Atas dedikasinya, Dempta pernah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Sosial Republik Indonesia sebagai Pekerja Sosial Terbaik di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Ranny Tumundo

Lulus sebagai mahasiswa teladan dari program studi S1 Ekonomi Universitas Sam Ratulangi pada tahun 2000, Ranny kemudian melanjutkan karier di beberapa perusahaan swasta seperti PT. LG Cabang Manado dan PT. Sharp Indonesia Cabang Manado dalam kurun waktu tahun 2001-2009.

Ia mengawali karier di bidang pariwisata pada tahun 2010 dengan bekerja di Adventure Carstensz, sebuah operator wisata lokal di Timika.

Kemudian pada tahun 2014-2017 ia menjadi partner lokal pengembangan pariwisata berkelanjutan Raja Ampat. Semenjak tahun 2017 hingga saat ini, ia terpilih sebagai Ketua DPC HPI Raja Ampat.

Ia juga berhasil mendirikan perusahaan operator wisatanya sendiri yaitu Ethnic Journey, yang melayani tur di sekitar Papua, Papua Barat, dan Bali.

Berkat komitmennya, ia mendapatkan penghargaan Mark Plus sebagai inisiator dan pelaksana konsep baru Festival Pesona Bahari Raja Ampat pada tahun 2018. Selain menggeluti dunia pariwisata, ia juga merupakan seorang pegiat literasi melalui Senat Pustaka Raja Ampat.

Sanawiyah

Sanawiyah, yang lebih akrab disapa Wiya, memulai kariernya di BUMDES LKM Labuhan Jambu Kabupaten Sumbawa pada tahun 2010. Setelah 8 tahun berkiprah sebagai staf, ia diangkat menjadi manajer BUMDES pada tahun 2018.

Saat ini, ia juga merangkap jabatan sebagai ketua pengelola wisata hiu paus di sana. Ia membuktikan bahwa keterbatasan  pendidikan bukan suatu kendala untuk maju.

Berkat kegigihannya setiap tahun ia bisa mencapai peningkatan dari segi jabatan, pendapatan, pertumbuhan sebagai individu mandiri serta berwawasan, dan mampu meningkatkan nilai ekonomi dan sosial organisasi BUMDES.

Melalui BUMDES, Wiya mendorong beragam inovasi produk lokal sebagai bagian dari pengembangan wisata hiu paus. Saat ini, manfaat positif dari kegiatan ini telah berdampak langsung terhadap masyarakat sekitar.

Rani Bustar

Berbekal latar belakang pendidikan S1 Ilmu Politik di Universitas Gadjah Mada dan S2 Ilmu Politik di Universitas Indonesia, Rani memiliki pengalaman di bidang jurnalistik selama 15 tahun di koran Bisnis Indonesia dan Bloomberg TV.

Salah satu sisi dari usaha pariwisata Kurabesi Explorer (dok: istimewa)

Pada tahun 2015, Rani dan suaminya mendirikan Kurabesi Explorer, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata berkelanjutan di wilayah Indonesia timur. Semenjak pendirian perusahaan ini, Rani mengawali karier sebagai seorang praktisi di bidang pariwisata berkelanjutan.

Selain mengelola perusahaannya, sejak 2018 hingga saat ini, Rani juga terlibat sebagai co-founder di Pandu Laut Nusantara, sebuah gerakan kolektif independen yang berbasis kesukarelawanan yang memiliki kesadaran bersama untuk menjaga dan merawat laut Indonesia.

Pada tahun 2019, Rani juga terpilih sebagai Wakil Ketua Bidang Lingkungan di Perkumpulan Usaha Wisata Selam Indonesia.

Anindwitya Rizqi Monica

Monica merupakan Founder & Chair womentourism.id yang didirikannya sejak September 2019. Ketertarikannya dengan isu gender dan pariwisata diawali saat ia menulis penelitian skripsi mengenai partisipasi perempuan dalam desa ekowisata untuk syarat kelulusan program S1 Pariwisata UGM.

Hasil penelitian tersebut telah berhasil disertakan pada International Symposium on Tourism, Culture, Community yang diselenggarakan oleh UGM dan Japan Foundation pada tahun 2018.

Ia bersama tim womentourism.id membangun platform digital yang lebih kuat untuk mempromosikan kesetaraan gender & partisipasi perempuan dalam sektor pariwisata.

Sebagai platform yang relatif baru, womentourism.id mampu membangun kolaborasi dengan belasan media partner dan komunitas berbasis pariwisata.

Selain itu, ia merupakan owner JogJamu Indonesia, sebuah usaha bidang Food & Beverage yang menjual produk minuman jamu dan dikemas sebagai oleh-oleh dari Yogyakarta. Dalam bisnisnya, ia juga berfokus pada pemberdayaan perempuan dan mengajak para milenial untuk membudayakan minum jamu sebagai warisan leluhur.

Elisnawaty

Ellys yang berlatar belakang pendidikan Manajemen Sumberdaya Perikanan dari Universitas Haluoleo dan Sustainable Tourism Development dari Griffith University, merupakan pemilik dari Alexa Scuba.

Ia juga merupakan seorang instruktur selam yang telah tersertifikasi dari Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI), Scuba School International (SSI), dan Rebreather Association of International Divers (RAID).

Ellys juga memiliki berbagai pengalaman lain di bidang pariwisata bahari. Pada tahun 2017 ia pernah menjadi Koordinator Konservasi Kelautan dalam sebuah proyek bersama USAID.

Sejak tahun 2011-2017, Ellys menjadi Fasilitator Destinasi di Wakatobi di bawah Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Selain itu, ia juga berpengalaman sebagai reporter di beberapa radio, televisi, dan majalah lokal, serta menjadi pengajar di Fakultas MIPA, Universitas Haluoleo.

Artin Wuriyati

Artin saat ini memegang beberapa posisi pimpinan, di antaranya Direktur Bisnis dan Pengembangan Grup HS (Restoran HS Silver & Omah Dhuwur) dan Konsultan Bisnis Pusaka Tour Indonesia dan Grup Netsol.

Artin memiliki lebih dari 15 tahun pengalaman luas dalam pengembangan bisnis, konsultasi ahli teknis dan pelatihan.

Selain itu, ia adalah Direktur Eksekutif Dewan Promosi Pariwisata Yogyakarta, dan masih aktif terlibat dalam konferensi & pameran internasional, sebagai perwakilan di Rusia, Korea Selatan, Australia, Eropa, Vietnam, Jepang, dll.

Artin juga pernah memperoleh kesuksesan dalam membangun komunitas digital, Selena, yang bertujuan memberdayakan perempuan dalam usaha kecil menengah untuk bekerja dan mempromosikan pekerjaan mereka bersama melalui platform digital.

Pekerjaan konsultasinya juga telah dicatat oleh banyak organisasi, termasuk WWF, Bank Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Kegemarannya dalam pengembangan pariwisata, bisnis, dan isu kesetaraan gender juga mendorong Artin untuk berpartisipasi sebagai penasihat di womentourism.id.

Maulita Sari Hani

Dikenal dengan panggilan Lita Hutapea adalah seorang spesialis wisata bahari berlatar belakang pendidikan pariwisata dan perikanan, Ia mengawali karir pada awal tahun 2000 di bidang pengembangan wisata budaya berbasis masyarakat melalui pertunjukan seni tari dan musik tradisi.

Setelahnya, ia memiliki beragam pengalaman mendesain serta mengelola wisata berkelanjutan dengan bekerja di berbagai organisasi internasional untuk proyek: ekowisata Taman Nasional Bukit 30; ekowisata mangrove di Bitung, Ambon, Kubu Raya, Lombok; wisata bahari berbasis masyarakat lokal/adat pesisir dan pulau-pulau kecil di Raja Ampat, Lombok, Wakatobi; serta wisata satwa (perairan) pinctada maxima, dugong, penyu, paus, hiu dan pari berbasis konservasi di Timur Indonesia.

Lita merupakan founder Indoecotours, sebuah social enterprise yang mendampingi masyarakat pesisir dengan kegiatan konservasi satwa perairan dan mempromosikannya melalui wisata berkelanjutan.

Sebagai seorang penulis, ia telah berkontribusi pada sejumlah buku dan jurnal ilmiah pariwisata bahari. Ia juga terlibat dalam mendesain berbagai dokumen kebijakan pariwisata bahari berkelanjutan di tingkat nasional dan daerah.

Saat ini beliau kerap aktif sebagai anggota dewan penasehat womentourism.id selain bekerja untuk Conservation International Indonesia. Lita memiliki hobi jalan-jalan, berkesenian (musik, menyanyi, menari klasik), menyelam, dan menikmati kuliner lokal.

 

 

 

Related posts