Warisan terpentingnya adalah pengingat bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah netral—setiap klaim tentang lingkungan dan pembangunan selalu dibentuk oleh kekuasaan, institusi, dan nilai-nilai sosial.
PELAKITA.ID – Tim Forsyth adalah seorang sarjana terkemuka asal Inggris dalam bidang studi pembangunan, politik lingkungan, dan ekologi politik.
Ia dikenal karena pendekatannya yang kritis dan lintas disiplin dalam memahami bagaimana isu-isu lingkungan dan pembangunan dibingkai serta diatur—terutama di negara-negara Global South atau dunia selatan.
Saat ini, Forsyth menjabat sebagai Profesor Lingkungan dan Pembangunan di London School of Economics and Political Science (LSE).
Karyanya menjadi jembatan antara teori pembangunan, tata kelola lingkungan, dan ilmu politik, dengan fokus pada bagaimana pengetahuan, sains, dan kebijakan saling berinteraksi dalam membentuk hasil sosial dan ekologis.
Siapa Tim Forsyth
Forsyth menempuh pendidikan di bidang geografi dan studi pembangunan, dan sepanjang karier akademiknya ia banyak meneliti politik di balik produksi pengetahuan lingkungan.
Ia melakukan riset lapangan yang luas di Asia Tenggara—terutama di Thailand, Myanmar, dan Nepal—untuk menelaah berbagai isu seperti pengelolaan hutan, adaptasi terhadap perubahan iklim, pengurangan risiko bencana, serta reformasi kebijakan lingkungan.
Ia termasuk dalam generasi ilmuwan yang menentang pendekatan teknokratis dan depolitisasi dalam pembangunan, yakni cara pandang yang menganggap pembangunan semata urusan teknis.
Forsyth menekankan pentingnya melihat kekuasaan, wacana, dan pengetahuan lokal dalam menentukan apa yang dianggap sebagai “kebenaran lingkungan” atau “kebijakan berkelanjutan.”
Warisan Pemikiran dan Kontribusi bagi Diskursus Pembangunan
Warisan intelektual Forsyth terletak pada cara ia membingkai ulang perdebatan tentang pembangunan dan lingkungan melalui kacamata critical political ecology—sebuah pendekatan yang menggabungkan analisis politik, sosial, dan ilmiah dalam memahami persoalan ekologis.
Beberapa kontribusi pentingnya antara lain:
1. Menggugat Ortodoksi Lingkungan
Dalam bukunya Critical Political Ecology: The Politics of Environmental Science (2003), Forsyth berargumen bahwa banyak “krisis lingkungan” yang diterima begitu saja sebenarnya merupakan hasil konstruksi politik dan ilmiah yang sering menutupi realitas lokal.
Pesan utamanya jelas: masalah lingkungan tidak semata bersifat biofisik, melainkan juga politis, sosial, dan epistemologis.
Menjembatani Sistem Pengetahuan
Forsyth mendorong agar pengetahuan lokal, tradisional, dan pengalaman masyarakat diintegrasikan dengan sains dan kebijakan publik. Ia menunjukkan bahwa komunitas yang sering dimarginalkan justru memiliki pemahaman yang lebih tajam tentang proses ekologis dibandingkan para ahli luar.
Risiko, Ketahanan, dan Tata Kelola
Dalam kajian tentang adaptasi terhadap perubahan iklim dan risiko bencana, Forsyth menunjukkan bahwa kerentanan tidak hanya disebabkan oleh bahaya alam, tetapi juga oleh ketimpangan sosial, kegagalan tata kelola, dan marginalisasi historis. Ia mendorong manajemen risiko yang inklusif, partisipatif, dan berbasis konteks lokal.
Keadilan Lingkungan dan Kebijakan Pembangunan
Forsyth juga menyoroti dimensi politik dalam tata kelola lingkungan—bagaimana narasi seperti “deforestasi,” “degradasi,” atau “kerentanan” dapat menguntungkan kelompok tertentu sekaligus menyingkirkan suara masyarakat lokal dari proses pengambilan keputusan.
Gagasan Teoretis dalam Studi Pembangunan
Kekhawatiran utama Forsyth terletak pada upayanya untuk meninjau ulang fondasi epistemologis teori pembangunan. Ia tidak hanya bertanya apa yang salah dengan pembangunan, tetapi juga bagaimana pengetahuan tentang pembangunan itu sendiri diproduksi dan digunakan.
| Fokus Tematik | Pandangan Forsyth |
|---|---|
| Ekologi Politik | Isu pembangunan dan lingkungan harus dianalisis melalui relasi kekuasaan dan politik pengetahuan. |
| Sains dan Ketidakpastian | “Kebenaran ilmiah” tentang lingkungan sering mencerminkan konteks sosial dan politik; karena itu, ketidakpastian harus diakui, bukan disembunyikan. |
| Partisipasi dan Pengetahuan Lokal | Pembangunan seharusnya memberdayakan aktor lokal dengan mengintegrasikan sistem pengetahuan mereka dalam perencanaan dan evaluasi. |
| Tata Kelola Lingkungan Global | Kebijakan lingkungan internasional seperti adaptasi iklim atau REDD+ perlu dipahami sebagai proyek politik yang berpotensi mereproduksi ketimpangan. |
| Kritik Pasca-Pembangunan | Forsyth sejalan dengan pemikir pasca-pembangunan yang mengkritik wacana “pembangunan,” namun ia menekankan reformasi sistem pengetahuan, bukan penolakan total terhadap pembangunan. |
Karya-Karya Utama
Beberapa karya penting Tim Forsyth yang banyak dirujuk antara lain:
-
Critical Political Ecology: The Politics of Environmental Science (Routledge, 2003)
-
Environmental Governance and the Politics of Development (2013, bersama penulis lain)
-
Climate Change and Development: The Political Ecology of Adaptation (2014)
-
Puluhan artikel ilmiah di jurnal seperti World Development, Progress in Development Studies, dan Global Environmental Politics
Penutup
Tim Forsyth dikenal sebagai “penjembatan” antara ilmu alam dan ilmu sosial, antara teori dan kebijakan, serta antara perspektif global dan lokal.
Warisan terpentingnya adalah pengingat bahwa ilmu pengetahuan tidak pernah netral—setiap klaim tentang lingkungan dan pembangunan selalu dibentuk oleh kekuasaan, institusi, dan nilai-nilai sosial.
Dengan mengungkap dinamika ini, Forsyth telah membantu mengarahkan studi pembangunan menuju pendekatan yang lebih reflektif, partisipatif, dan berkeadilan.
Ia menunjukkan bahwa memahami lingkungan bukan hanya soal mengukur dampak alam, tetapi juga memahami siapa yang memiliki suara, siapa yang diabaikan, dan bagaimana pengetahuan dapat digunakan untuk membangun masa depan yang lebih setara.
