PELAKITA.ID – Luwuk, 17–18 September 2025 – Desa Monsongan di Kabupaten Banggai kini tengah bersiap menjadi salah satu Kampung Perubahan Iklim (Proklim) baru dengan ciri khas pesisir.
Persiapan ini semakin nyata setelah dilaksanakannya kegiatan Sosialisasi Program Desa Proklim di Hotel Swiss Belinn Luwuk, yang menghadirkan berbagai pemangku kepentingan dari tingkat desa, kabupaten, provinsi, hingga kementerian.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya yang digelar di Kota Palu pada Juni 2025. Menurut Dr. Abd Rauf, program ini penting untuk memastikan Proklim baru dapat terlaksana dengan baik, khususnya di wilayah Sulawesi Tengah.
Dukungan Multi Pihak
Sosialisasi dihadiri oleh Kepala Desa Monsongan Rahman M. Ndata, perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup/BPLH Koko Wijanarko, DLH Provinsi Sulawesi Tengah, serta DLH dari Kabupaten Banggai, Banggai Laut, dan Banggai Kepulauan. Selain itu, hadir pula perwakilan RBP-GCF, Koordinator Program Lemsa, mahasiswa kesehatan masyarakat, hingga para praktisi lingkungan.
Perwakilan RBP-GCF menjelaskan bahwa Sulawesi Tengah menerima dukungan dana sebesar 2,8 juta USD, di mana 70 persen diarahkan ke sektor kehutanan dan sisanya untuk mendukung program lingkungan, termasuk pembentukan 20 Proklim baru tahun ini.
Sementara itu, DLH Provinsi Sulawesi Tengah menargetkan pencapaian 500 Proklim di tingkat provinsi dan 20.000 Proklim secara nasional.
“Kami optimis target ini dapat tercapai dengan dukungan DLH kabupaten dan para kepala desa di tingkat tapak,” ujar Ibu Wati dari DLH Provinsi.

Komitmen Desa Monsongan
Kepala Desa Monsongan, Rahman M. Ndata, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengikuti dua kali kegiatan pembinaan dari DLH.
Dalam kesempatan ini, desa telah menyiapkan data-data untuk mendukung penilaian berjenjang Proklim, mulai dari Pratama, Madya, Utama, hingga Lestari.
“Dengan pendampingan dari Lemsa, kami telah menyiapkan sejumlah kegiatan nyata seperti aksi bersih pantai, penanaman mangrove, restorasi terumbu karang, dan pelestarian ekosistem pesisir. Semua ini adalah bagian dari upaya desa dalam menghadapi tantangan perubahan iklim,” jelasnya.

Harapan Perubahan dan Resiliensi
Sementara itu, Koordinator Program Lemsa menegaskan bahwa pendampingan ini ditujukan agar Desa Monsongan dapat membangun ketahanan masyarakat (resilience) terhadap tekanan perubahan iklim maupun dampak bencana.
“Masuknya Desa Monsongan sebagai calon Proklim baru adalah harapan besar untuk mempercepat perbaikan ekosistem pesisir sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kami percaya bahwa semakin banyak program lingkungan di desa, semakin cepat pula pembangunan berkelanjutan terwujud, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Dengan langkah ini, Desa Monsongan tidak hanya memperkuat perannya sebagai desa pesisir yang tangguh, tetapi juga memberi contoh nyata bagaimana kolaborasi lintas pihak dapat mempercepat adaptasi perubahan iklim di tingkat lokal.
___
Penulis Khoirul Zaman Donggoran
