Prof Adi Maulana | Bentuk Bumi, Sebuah Inspirasi Kehidupan yang Hakiki

  • Whatsapp
Prof Adi Maulana (dok: Istimewa)

PELAKITA.ID – Pernahkah Anda bertanya apakah Bumi itu bulat atau datar? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan besar selama ribuan tahun, melibatkan berbagai komunitas dan tokoh ilmiah.

Dalam sejarah, ada dua kelompok yang dikenal sebagai pendukung teori Bumi bulat dan kaum Bumi datar.

Seiring perkembangan zaman, informasi tentang bentuk Bumi semakin berkembang, namun masih ada sebagian orang yang percaya bahwa Bumi itu datar, terutama dengan adanya misinformasi yang tersebar luas melalui media sosial.

Read More

Sejak peradaban kuno, berbagai bangsa memiliki pandangan berbeda tentang bentuk Bumi. Bangsa Mesir kuno membayangkan Bumi sebagai cakram datar yang dikelilingi oleh laut, sementara langit dianggap sebagai kubah yang menutupi Bumi.

Filsuf Yunani seperti Thales dari Miletus dan Anaximander juga percaya bahwa Bumi berbentuk datar. Namun, pemikir seperti Pythagoras dan Aristoteles mulai memperkenalkan teori bahwa Bumi berbentuk bulat, meskipun gagasan ini masih menghadapi banyak tantangan.

Bukti Ilmiah Bentuk Bumi

Pada abad ke-15, eksplorasi maritim oleh bangsa Eropa semakin memperjelas bentuk Bumi.

Ferdinand Magellan (1519-1522) dan Sir Francis Drake (1577-1580) membuktikan bahwa Bumi itu bulat melalui pelayaran keliling dunia. Selain itu, pengamatan ilmiah seperti hilangnya kapal secara bertahap di cakrawala dan perubahan posisi bintang di langit mendukung teori ini.

Berbagai bukti ilmiah lainnya semakin menguatkan bahwa Bumi berbentuk bulat:

  • Saat gerhana bulan, Bumi memproyeksikan bayangan bulat di permukaan Bulan.
  • Adanya perubahan garis cakrawala saat seseorang naik ke tempat lebih tinggi.
  • Perbedaan zona waktu di berbagai belahan dunia.
  • Foto-foto Bumi dari luar angkasa yang menunjukkan bentuknya yang sferis.

Bumi sebenarnya tidak sepenuhnya bulat, tetapi berbentuk geo-spherical, sedikit pepat di kutub dan menggelembung di khatulistiwa akibat rotasi Bumi. Fakta ini juga didukung oleh pengamatan ilmiah modern yang menjelaskan pengaruh gaya sentrifugal akibat rotasi Bumi.

Alquran dan Bentuk Bumi

Menariknya, Alquran telah menyebutkan bentuk Bumi yang bulat sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu. Dalam Surat Az-Zumar ayat 5, Allah berfirman:

“Dia (Allah) menciptakan langit dan bumi dengan hak (yang benar). Dia menutupkan malam atas siang, menutupkan siang atas malam, serta menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar menurut waktu yang ditentukan.”

Dalam ayat ini, kata kawwara (membalut) digunakan, menggambarkan bagaimana malam dan siang saling membalut seperti sorban yang melilit kepala, sebuah gambaran yang hanya mungkin terjadi jika Bumi berbentuk bulat.

Selain itu, dalam Surat Luqman ayat 29, disebutkan:

“Tidakkah engkau memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang, memasukkan siang ke dalam malam, dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai pada waktu yang ditentukan?”

Ayat ini menunjukkan bahwa pergantian siang dan malam terjadi secara bertahap, sesuatu yang hanya mungkin terjadi jika Bumi berbentuk bulat. Jika Bumi datar, perubahan siang dan malam akan terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya fajar dan senja.

Makna Ilmiah dan Spiritual Bentuk Bumi

Pemahaman tentang bentuk Bumi bukan sekadar pengetahuan ilmiah, tetapi juga memiliki dampak praktis, filosofis, dan spiritual. Bentuk Bumi yang bulat memungkinkan perkembangan berbagai teknologi seperti GPS, satelit komunikasi, dan pemantauan cuaca.

Pemahaman ini juga membantu manusia memahami pola iklim, pergerakan angin, dan arus laut yang memengaruhi kehidupan sehari-hari.

Lebih dari itu, rotasi Bumi mengingatkan kita akan pergantian waktu dan kefanaan kehidupan.

Dalam malam-malam terakhir bulan suci Ramadan ini, saya teringat bagaimana Bumi yang terus berputar seolah melakukan tawaf dalam orbitnya, selaras dengan kehidupan manusia yang juga harus mencari keseimbangan spiritual, emosional, dan fisik.

Rotasi Bumi mengajarkan kita bahwa segala sesuatu bersifat sementara, dan perjalanan sejati kita adalah menuju kehidupan akhirat.

Wallahu a’lam bishawab.

Related posts