Indahnya Suasana Festival Green Tumbilotohe di Buntulia. Pohuwato.

  • Whatsapp
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-15, berawal dari kebiasaan masyarakat Gorontalo yang memasang lampu minyak di sekitar masjid dan jalanan agar memudahkan orang beribadah di malam-malam terakhir Ramadan. (dokL Pemda Pohuwato)

PELAKITA.ID – Tumbilotohe adalah tradisi khas masyarakat Gorontalo yang berupa pemasangan lampu minyak di malam-malam terakhir bulan Ramadan, biasanya berlangsung pada tanggal 27, 28, dan 29 Ramadan. Kata Tumbilotohe sendiri berasal dari bahasa Gorontalo:

Dimensi dan Makna Tradisi

Tumbilotohe bukan hanya sekadar festival cahaya, tetapi juga memiliki makna religius, sosial, dan budaya yang mendalam:

  1. Religius: Merupakan simbol penerangan hati dalam menyambut Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.

  2. Sosial: Menjadi ajang kebersamaan bagi masyarakat yang bekerja sama memasang lampu-lampu di rumah, jalan, dan tempat umum.

  3. Budaya: Tradisi ini sudah diwariskan turun-temurun dan terus berkembang, dari lampu minyak hingga penggunaan lampu listrik dan LED.

Asal Usul Tumbilotohe

Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-15, berawal dari kebiasaan masyarakat Gorontalo yang memasang lampu minyak di sekitar masjid dan jalanan agar memudahkan orang beribadah di malam-malam terakhir Ramadan.

Seiring waktu, pemasangan lampu meluas ke halaman rumah, pekarangan, hingga persawahan, menciptakan lautan cahaya yang memukau.

Saat ini, Tumbilotohe menjadi salah satu ikon budaya Gorontalo yang menarik wisatawan dan tetap dipertahankan sebagai warisan leluhur yang memperkaya identitas masyarakat setempat.

Berikut ini adalah suasana Tumbilotohe sebagaimana dibagikan Bapak Irfan Saleh, salah satu pejabat Pemerintahan di Kabupaten Pohuwato sebagaimana diproduksi oleh Infokom Pemda Pohuwato di laman FB.

Foto 1
Foto 2
Foto 3
Foto 4

 

Sumber Pemda Pohuwato

Related posts