Kolom Khusnul Yaqin | Islam, Gerakan Pembebasan dan Keadilan bagi Kaum Tertindas

  • Whatsapp

PELAKITA.ID – Dalam peradaban manusia, selalu ada dua arus yang bertentangan: mereka yang menindas dan mereka yang ditindas.

Sejarah bukanlah sekadar catatan tentang kemajuan ilmu dan teknologi, tetapi juga rekaman panjang penderitaan kaum lemah yang kerap dilupakan oleh mereka yang menikmati puncak peradaban, seperti yang terjadi di Palestina.

Islam, sebagai risalah yang turun kepada manusia, bukan sekadar ajaran spiritual yang terlepas dari realitas sosial, tetapi hadir sebagai sebuah revolusi moral yang mewajibkan pembelaan terhadap kaum tertindas.

Nabi Muhammad SAW, sosok yang tidak hanya membawa wahyu tetapi juga membangun masyarakat yang berkeadilan, menunjukkan bahwa keberpihakan pada kaum lemah bukanlah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Sabda beliau:
إِنَّمَا تُنْصَرُونَ وَتُرْحَمُونَ وَتُرْزَقُونَ بِضُعَفَائِكُم

“Sesungguhnya kalian ditolong, diberikan kasih sayang, dan diberikan rezeki karena orang-orang tertindas di antara kalian.”
(HR. Abu Dawud, no. 2594, dan An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra, no. 10848)

Hadis ini bukan sekadar janji ilahiah, tetapi juga sebuah pernyataan filosofis tentang bagaimana dunia bekerja. Kebaikan, keberkahan, dan pertolongan Allah tidak turun begitu saja kepada manusia tanpa sebab.

Semua itu hadir sebagai konsekuensi dari keberpihakan terhadap mereka yang lemah. Ini adalah hukum alam yang ditetapkan oleh Sang Pencipta, sebuah sistem keseimbangan yang memastikan keberlangsungan spesies manusia.

Namun, realitas yang kita hadapi hari ini justru menunjukkan bahwa keserakahan telah menjadi sistem yang mengakar dalam struktur sosial. Penindasan terjadi dalam berbagai bentuk: eksploitasi ekonomi, ketidakadilan hukum, hingga manipulasi politik yang meminggirkan mereka yang tak bersuara.

Model kehidupan ini terus berulang dalam berbagai episode sejarah umat manusia. Jika penindasan dibiarkan tanpa ada perlawanan, maka kehancuran adalah keniscayaan.

Islam datang bukan sekadar untuk memberikan janji-janji surga bagi yang beribadah, tetapi untuk menegakkan keadilan di dunia ini. Kaum lemah bukanlah beban masyarakat, melainkan ujian bagi mereka yang merasa kuat.

Mereka yang memiliki kekuatan, baik dalam bentuk ilmu, harta, atau kekuasaan, tidak diberikan anugerah itu untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk memastikan tidak ada yang tertindas.

Keberlanjutan spesies manusia tidak bergantung pada kekuatan individu, melainkan pada solidaritas sosial. Allah menetapkan bahwa kemakmuran hanya akan turun ketika manusia peduli terhadap sesamanya.

Dalam sistem ini, ketidakpedulian bukan hanya dosa moral, tetapi juga ancaman bagi keberlanjutan umat manusia.

Jika kita mengabaikan kaum lemah, kita bukan hanya sedang mengingkari ajaran Islam, tetapi juga sedang menggali kuburan bagi peradaban kita sendiri.

Sebaliknya, jika kita memilih untuk berpihak pada mereka yang tertindas, kita tidak hanya sedang mengikuti jalan para nabi, tetapi juga sedang menulis sejarah baru bagi masa depan yang lebih adil dan bermartabat.

Imam Ali bin Abi Thalib bersabda :
كُونُوا لِلظَّالِمِ خَصْمًا وَلِلْمَظْلُومِ عَوْنًا

“Jadilah kalian sebagai penentang kaum penindas dan penolong bagi kaum tertindas.”
(Nahjul Balaghah, Hikmah 47)

Tamalanrea Mas, 15 Maret 2025

___
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin