Setahun di Pulau Jampea, Habituasi paparkan hasil fasilitasi sosial hingga ekologi

  • Whatsapp
Direktur Eksekutif Habituasi saat memaparkan hasil fasilitasi di Pulau Jampea (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Habituasi adalah sebuah environmental enterprise, yang mengambil bagian dalam menciptakan kesehatan yang berkelanjutan dan kemakmuran bagi manusia dan alam.

Habituasi memiliki 3 misi utama, yaitu mengembangkan dan mempromosikan mata pencaharian yang berkelanjutan. Lalu, menyediakan solusi ramah lingkungan dengan menghabituasikan gaya Hidup Hijau dan pilihan-pilihan bertanggung-jawab, dan mempromosikan strategi-strategi Manajemen Kebencanaan untuk meningkatkan kesadaran kesiap-siagaan bencana dan membangun manajemen kebencanaan yang terintegrasi.

Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Pulau Tanah Jampea (disingkat PEKA LAUT Jampea), salah satu program kerja Habituasi, dilakukan di Pulau Tanah Jampea, Kabupaten Kepulauan Selayar.

Program Peka Laut Jampea ini rencananya akan dilakukan selama 5 tahun secara bertahap. Program tahap 1 telah dilakukan dari April 2021 sampai Juni 2022 dengan dukungan dari Critical Ecosystem Partnership Fund (CEPF) melalui Burung Indonesia selaku organisasi representative di Indonesia.

Dalam program tahap 1 ini, Habituasi menitik-beratkan kegiatan pada pemetaan potensi kelautan partisipatif dan pengelolaan Sumber Daya Ikan (SDI) skala kecil. Untuk kegiatan pemetaan potensi kelautan partisipatif, Habituasi telah melakukan

Rapid assessment untuk analisa pengamatan dan penilaian kondisi ekologi pendukung pengelollan SDI skala kecil dimana ada 6 Stasiun pengamatan Terumbu karang/inventarisasi tutupan ikan dan demersal/dasar laut, 3 stasiun pengamatan Padang Lamun dan 3 stasiun pengamatan Hutan Mangrove.

Hasil analisa pengamatan ilmiah tersebut sebagai berikut:

  • Kondisi Terumbu Karang perairan Pulau Tanah Jampea di 4 stasisun pengamatan dalam kondisi kategori buruk. Sedangkan 1 stasiun dalam kategori rusak sedang, dan hanya 1 stasiun pengamatan yang dalam masuk dalam kriteria baik (dengan kategori tutupan karang 57.07%).
  • Rata-rata penutupan lamun di lokasi pengamatan padang Lamun tergolong dalam kondisi sedang sampai padat dengan nilai persentase berkisar 36,3 – 53,9 persen.
  • Stasiun pengamatan hutan Mangrove di Pulau Tanah Jampea merupakan hutan alami dengan kondisi baik.
  • Selain Rapid assessment tersebut, Habituasi melakukan assessment untuk mengetahui biota laut dan binatang penting dan dilindungi yang terdapat di Pulau Jampea. Biota laut penting yang terdata terdapat di Laut Jampea diantaranya adalah ikan Napoleon, Ikan Kakatua, dan Kima. Terdapat pula binatang lain yang masuk dalam kategori terancam punah yaitu Burung Kakatua kecil jambul kuning. Sedang Burung Kehicap Jampea merupakan burung endemic Pulau Jampea yang dilindungi yang jumnlahnya semakin berkurang.
  • Habituasi juga melakukan analisa untuk mengetahui kondisi ekonomi, sosial,  kesehatan, perubahan iklim dan kebencanaan di tahap awal ini.
  • Terdapat 2 kecamatan di Pulau Tanah Jampea, Kecamatan Pasimasunggu dan Kecamatan Pasimasunggu Timur. Untuk pengelolaan sumber daya ikan skala kecil, Habituasi fokus mendampingi nelayan di 2 desa di Kecamatan Pasimasunggu untuk tahap awal ini.
  • Dua desa tersebut adalah desa Kembang Ragi dan Desa Labuang Pamajang. Desa Kembang Ragi merupakan ibu kota kecamatan Pasimasunggu, di mana kegiatan ekonomi Pulau Tanah Jampea terkonsentrasi di desa ini. Terdapat pelabuhan laut Jampea, satu-satunya pelabuhan di Pulau Tanah Jampea di desa ini. Sedangkan Desa Labuang Pamajang merupakan desa yang tertinggal meski letak geografisnya bersebelahan dengan Desa Kembang Ragi. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan yang buruk dan medan yang harus dilalui cukup menantang dibanding desa yang lain saat ini.
  • Sinyal Ponsel juga sangat terbatas di desa Labuang Pamajang, demikian juga dengan sinyal internet. Untuk berkomunikasi dengan ponsel, sebagian besar masyarakat harus ke perbatasan desa atau ke desa Kembang Ragi.
  • Ada 1 kelompok nelayan dampingan untuk masing-masing desa: Kelompok nelayan Kembang Ragi di Desa Kembang Ragi, dan Kelompok Nelayan Bajangan di Desa Labuang Pamajang. Total nelayan yang didampingi di 2 desa ini adalah 35 nelayan beserta pasangannya.
  • Setiap pelatihan yang diberikan oleh Habituasi, termasuk pelatihan praktek penangkapan ramah lingkungan,  dilakukan untuk nelayan dan istrimereka secara terpisah. Hal ini ditujukan untuk memastikan akses pengetahuan yang sama untuk pengaru-utamaan gender dalam sector pengelolaan SDI skala kecil ramah lingkungan.

Semua kegiatan tahap 1 ini dapat dilakukan oleh Habituasi dengan dukungan dari PemDa Kepulauan Selayar, mulai dari tingkat Kabupaten hingga desa.

H. Saiful Arif S.H., Wakil Bupati Kepulauan Selayar telah mendampingi proses pelaksanaan program sejak Mei 2021 dengan memberikan arahan dan masukan pelaksanaan, baik ke Habituasi maupun ke OPD terkait program Peka Laut Jampea.

Sebagai momentum puncak kegiatan tahap 1 ini, Pada hari Selasa, tanggal 28 Juni 2022 telah dilaksanakan kegiatan Kampanye perlindungan Laut Jampea dan Penandatanganan Nota kesepahaman (MoU)antara Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar dan Habituasi.

Acara penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dilakukan oleh Bapak H. Saiful Arif S.H., mewakili Bupati Kepulauan Selayar dan Najemia T selaku Direktur Habituasi, disaksikan oleh Kapolsek Pasimasunggu, Danramil Pasimasunggu, Disperindagkum, Dinas Kelautan dan Perikanan dan segenap undangan.

Di samping Kegiatan Kampanye dan Penandatanganan MoU tersebut, panitia dari Habituasi juga menggelar pementasan seni tari mari lindungi laut, lomba mewarnai peka laut Jampea tingkat anak-anak, Talk Show dan diskusi tentang pembelajaran dan tantangan melindungi laut Jampea sebagai bagian dari rangkaian acara.

Habituasi juga memperkenalkan 5 produk alternatif hasil pengelolaan SDI skala kecil ramah lingkungan dari pendampingan kelompok nelayan di dua desa di kecamatan Pasimasunggu.

Sehari sebelumnya (Senin, 27 Juni 2022), masih dalam rangkaian kegiatan, telah pula dilakukan penandatangan MoU antara Camat Pasimasunggu dan 2 Ketua kelompok nelayan dampingan program.

 

Editor: K. Azis

Related posts