Pidato menggugah Prof Husni Tanra saat menerima penghargaan dari Pemerintah Jepang

  • Whatsapp
Prof Husrni Tanra bersama istri (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – izinkan saya meng-share pidato bapak. Pidato yg mengalami berkali-kali editan, bahkan sampai H-2. Pidato yang membuat bapak begitu bersemangat berlatih berbahasa Jepang lagi, setelah berpuluh-puluh tahun.

Pidato yang membuat saya terbang kembali ke Makassar, karena hanya mau diterjemahin oleh putrinya. Sejatinya, selalu ada sosok yang tak minta pujian, tak butuh sanjungan, namun selalu setia mendampingi..

Read More

Dua paragraf penggalan kalimat di atas adalah ungkapan isi hati Nurini Tanra, putri Prof Husni Tanra yang baru saja mendapat penghargaan dari Pemerintah Jepang.

Melalui akun FB Rini pula, admin membagikan pidato Sang Prof, sosok yang merupakan perih gelar Ph.D pertama bidang kesehatan asal Indonesia di Jepang. Mari simak.

***

Hari ini, sungguh merupakan hari yang sangat istemewa, amat membahagiakan bahkan tidak pernah saya impikan sebelumnya, akan dianugrahi penghargaan dari Pemerintah Jepang.

Sejujurnya, ingin saya katakan bahwa, penganugrahan ini rasanya belum pantas bagi orang seperti saya untuk menerimanya. Karena itu, saya menganggap ini adalah hadiah dari Tuhan yang diberikan melalui Pemerintah Jepang.

Karena itu perkenankan saya pertama-tama memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAAH SWT, terimakasih yang tak terhingga kepada Pemerintah Jepang, terlebih kepada Bapak Konsul Miyakawa yang tanpa upaya dari beliau rasanya penganugrahan ini sulit menjadi kenyataan.

Dari tahun 1976 hingga1981, saya mendapat pendidikan spesialis anestesi di Universitas Hiroshima selama lima setengah tahun. Dan karena saat itu umumnya dokter-dokter dari Indonesia melajutkan pendidikan ke Amerika Serikat atau pun Belanda, sehingga saya menjadi dokter Indonesia pertama yang memperoleh gelar PhD di Jepang,

Sepulang saya ke Indonesia, kemudian minat para dokter Indonesia untuk belajar ke Jepang pun mulai meningkat. Dan sampai saat ini, alumni Jepang di UNHAS telah mencapai 270 orang, yang 50 orang di antaranya adalah dokter. Saya sendiri bekerjasama dengan RS. Onomichi, dalam melaksanakan program singkat 3 bulan yang telah berlangsung selama 8 tahun yang telah diikuti oleh 76 orang residen.

Takdir Tuhan yang membawa saya belajar ke Jepang, ternyata memang pilihan yang sangat tepat. Bukan hanya untuk menuntut ilmu, namun yang paling banyak memengaruhi hidup saya adalah, budaya bangsa Jepang.

Saya yakin semua orang mengakui bahwa orang Jepang itu sangat unik. Tidak ada bangsa lain yang menyamainya, ditinjau dari kejujuran, kesopanan, kerjakeras, kebersihan, serta jiwa saling tolong-menolong.

Sejauh yang saya ketahui, tidak ada pula negara yang memberikan kesempatan untuk berkujung kembali ke Jepang, seperti Program Tsudoi, kepada para alumninya sepulang mereka ke negara masing-masing.

Dan hari ini menjadi hari yang lebih istemewa lagi bagi saya, karena faktanya penganugrahan Pemerintah Jepang ini diberikan kepada seseorang yang pernah belajar di Jepang 45 tahun yang lalu. Terlebih, penganugrahan kali ini, diadakan oleh Pemerintah Jepang bersama dengan almamater saya, yaitu Universitas Hasanuddin. Sungguh, inilah bukti sebenarnya dari persahabatan antara Jepang dan Indonesia.

Kiranya persahabatan yang telah terjalin baik antara Indonesia dan Jepang terus meningkat, di masa mendatang. Serta harapan saya, makin banyak mahasiswa yang belajar ke Jepang. Karena, di samping bahasa Jepang tentunya, yang terpenting, kita pun akan mengenal budaya Jepang.

Terakhir, saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh hadirin yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri acara penganugrahan ini, kepada Rektor Universitas Hasanuddin, kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan khususnya kepada Departemen Anestesi, beserta semua pihak yang telah berpartisipasi untuk kelancaran acara ini.

Selanjutnya, izinkan pula saya mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Prof. Soichi Iijima yang pertama kali menerima saya sebagai mahasiswa di Universitas Hiroshima, kpd Profesor saya ketika itu, Profesor Michio Morio, serta kod rektor Univeritas Hiroshima saat ini, Profesor Mitsuo Ochi.

Suatu hal yang tidak boleh saya lupakan, di sini hadir pula sosok yang sangat istimewa, seseorang yang telah menemani saya dalam menjalani kehidupan saya, yang telah mendukung saya lebih dari siapa pun, yaitu istri saya.

Terima kasih.

 

 

 

 

Related posts