Ada Prof Yusran Yusuf di balik Balla Ratea ri Pucak nan inspiratif

  • Whatsapp
Pemandangan dalam areal Balla Ratea ri Pucak (dok: istimewa)

DPRD Makassar

PELAKITA.ID – Meski harus menempuh jalan kaki sejauh 500 meter pada jalur menanjak dan licin, puluhan alumni Smansa Makassar angkatan 1989 terus menyungging senyum. Mereka antusias saat sampai di tepian bukit yang disebut Balla Ratea ri Pucak.

Adalah Prof Yusran Yusuf, mantan Pj Wali Kota Makassar yang menyambut para alumni SMA Negeri I Makassar angkatan 1989 di kompleks – kita sebut saja Kawasan Balla Ratea ri Pucak sesuai tulisan kaos biru tua yang dikenakan Yusran, Tompobulu, 6 Maret 2021.

Read More

Ditemani istrinya Dr Andi Masniawaty yang juga dosen pada Faklutas MIPA Universitas Hasanuddin, Prof Yusran bercerita tentang kawasan seluas tidak kurang 2,5 hektar yang disebutnya sebagai ruang rekreasi keluarganya sekaligus wahana aneka kegiatan pertanian, perkebunan hingga peternakan.

“Luasnya sekitar 2,5 hekatr. Ini lahan keluarga yang sudah lama sekalimi. Sekira tahun 2000-an,” kata Yusran yang mengenakan kaos biru bertuliskan Balla Ratea ri Pucak saat ditemui Pelakita.ID.  

Di depan alumni Smansa 89 Makassar atau yang acap disebut SOSBOFI itu, Yusran bercerita tentang beragam gagasan yang sudah dijalankan.

“Selain berkebun, bercocok tanam, kami ada kegiatan peternakan. Ini yang unik karena kami tujukan untuk anak yatim piatu. Jadi sistemnya sistem bagi hasil. Ada donatur yang berdonasi untuk anak yatim piatu tetapi melalui ternak kambing,” jelas mantan Ketua TGUPP Sulsel ini.

“Donatur memberikan dananya dengan tujuan sebagai bantuan, pengelola di sini membeli kambing, jenis Ettawa,” imbuh Guru Besar Fakultas Kehutanan Unhas ini.

“Kambing dirawat, hasilnya ada 2 bagian untuk anak yatim piatu, dua bagian untuk pengelola, untuk digunakan dalam pengelolaan sementara 1 bagian untuk donatur. Jadi sebenarnya tetap ada manfaat lanjutan,” paparnya.

Kandang kambing Ettawa untuk anak yatim (dok: istimewa)

Sembari menunjuk kandang ternak yang terdiri dari rangka baja dan atap serupa stainless, Yusran menyebut bahwa saat ini ada sekitar 70 ekor kambing yang ditangani. “Donaturnya ada 50-an orang,” lanjutnya.

Selain cerita inspiratif ternak kambing untuk anak yatim piatu ini, kawasan ini juga mengembangkan sistem kompos dimana kotoran kambing ditampung untuk dijadikan pupuk organik.

Di areal lain juga ada tanaman rumput untuk pakan serta tanaman palawija lain seperti jagung.

Untuk sampai di kawasan ini butuh waktu sekitar satu jam dari pusat Kota Makassar, melintasi kawasan Antang atau bisa juga via BTP Tamalanrea. Untuk sampai ke Balla Ratea ini meski melewati jalur Kompleks Zipur Maros, melewati jalan beton nan rata.

Akses yang mudah dari Makassar, Maros dan Gowa serta suasana kawasan yang masih ‘virgin’ membuat Pucak menjadi strategis untuk dijadikan destinasi rekreasi wisata dan pengembangan usaha pertanian hingga peternakan.

Prof Yusran bukan satu-satunya, dari atas kawasan kita bisa menyaksikan areal yang disebut sebagai milik salah satu mantan gubernur Sulawesi Selatan.

“Untuk saat ini kami lebih banyak gunakan untuk rekreasi keluarga, tempat istirahat. Semacam kebun keluarga, tapi kalau ada yang mau uji coba tanaman atau kerjasama kegiatan riset silakan,” sambuat Dr Masniawaty terkait pengembangan lahan keluarga ini.  

“Awalnya sempat bingung juga, mau diapakan lahan ini, apalagi jauh dan belum ada jalan,” aku Yusran.

Di dalam kawasan nampak pohon-pohon besar menjulang, ada satu rumah panggung besar telah berdiri, di belakang rumah ada dua bangunan,  satu serupa rumah peristirahatan, satunya lagi semacam pondok. Beberapa keluarga alumni Smansa 89 menggunakan ini untuk salat asar.

Penulis bersama Prof Yusran Yusuf (dok: istimewa)

Di sisi selatan ada satu rumah kecil nampaknya diperuntukkan bagi tenaga penjaga atau pengelola kandang ternak kambing yang diceritakan di atas.

“Rumah panggung yang ini, rumah panggung yang kami beli di Takalar, rumah bekas,” ujar Andi Masniawaty yang nampak berbahagia karena disambangi teman-teman seangkatannya di Smansa Makassar.

Momen yang disukai Dr Wati, begitu sapaannya adalah saat sunset. “Indah sekali saat sunset, matahari persis di samping Gunung Sangkeang, lansekap yang terlihat di kejauhan ini adalah Mandai,” tutup Wati.

Momen kebersamaan alumni Smansa Makassar angkatan 1989 di Balla Ratea ri Pucak ini diisi dengana makan siang bersama, menikmati ikan bakar aneka jenis, menyanyi dan foto bersama.

Keren dan inspiratfi ya sosodara?

 

Penulis: K. Azis

Related posts